Naik Tipis, Kondisi Manufaktur Indonesia Memburuk di Triwulan IV/2020
Senin, 02 November 2020 - 10:16 WIB
JAKARTA - Kondisi sektor manufaktur di Indonesia memburuk pada awal triwulan IV/2020. Menurut data survei Purchasing Managers’ Index™ (PMI™) Manufaktur Indonesia dari IHS Markit sedikit naik dari posisi 47,2 pada bulan September ke 47,8 pada bulan Oktober.
Namun demikian, dengan posisi yang masih di bawah 50, data terakhir menunjukkan penurunan lebih jauh pada kondisi kesehatan sektor ini.
(Baca Juga: Wow, Ekspor Manufaktur Tembus Angka USD94 Miliar)
Kepala Ekonom IHS Markit Bernard Aw mengatakan, data PMI terakhir menunjukkan penurunan sektor manufaktur di Indonesia pada awal triwulan keempat, dengan tingkat produksi dan penjualan yang terus merosot.
"Produsen barang Indonesia terus berjuang melawan permintaan yang lemah, biaya tambahan yang naik dan pembatasan terkait Covid-19 yang terus berlanjut. Akibatnya, mereka harus mengurangi kapasitas dan investasi agar dapat terus bertahan," ujarnya dalam keterangan tertulis, Senin (2/11/2020).
Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) di Jakarta dilonggarkan pada pertengahan bulan Oktober hanya memberikan sedikit dorongan terhadap sektor manufaktur. Jumlah karyawan, pembelian input, dan inventaris semuanya terus dikurangi pada bulan Oktober.
"Dampak pelonggaran PSBB pada pertengahan bulan Oktober hanya akan terlihat pada bulan November, namun ketidakpastian berlangsungnya pandemi ini dan juga ketiadaan vaksin yang efektif, dapat menahan permintaan dan aktivitas ekonomi tetap lesu pada bulan-bulan ke depan," jelasnya.
(Baca Juga: Mantap! Kinerja Manufaktur di Kuartal III Naik 44,91 Persen)
Menghadapi penurunan permintaan, perusahaan terus mengurangi jumlah karyawan mereka dengan banyaknya laporan redundansi. Akibatnya, aktivitas pembelian dan tingkat inventaris juga dikurangi. Data harga menunjukkan tekanan margin yang lebih besar karena harga input terus meningkat sedangkan beban output turun pertama kali dalam tujuh bulan.
Volume produksi mengalami kontraksi selama dua bulan berturut-turut pada bulan Oktober, meskipun tingkat penurunan mulai berkurang mencapai laju lebih lambat. Sama halnya dengan output, arus masuk pesanan baru menurun pada laju lebih lambat.
Sementara itu, permintaan eksternal terus melemah pada laju substansial. Para responden menekankan bahwa dampak dari pandemi terus memperburuk kondisi permintaan secara keseluruhan.
Namun demikian, dengan posisi yang masih di bawah 50, data terakhir menunjukkan penurunan lebih jauh pada kondisi kesehatan sektor ini.
(Baca Juga: Wow, Ekspor Manufaktur Tembus Angka USD94 Miliar)
Kepala Ekonom IHS Markit Bernard Aw mengatakan, data PMI terakhir menunjukkan penurunan sektor manufaktur di Indonesia pada awal triwulan keempat, dengan tingkat produksi dan penjualan yang terus merosot.
"Produsen barang Indonesia terus berjuang melawan permintaan yang lemah, biaya tambahan yang naik dan pembatasan terkait Covid-19 yang terus berlanjut. Akibatnya, mereka harus mengurangi kapasitas dan investasi agar dapat terus bertahan," ujarnya dalam keterangan tertulis, Senin (2/11/2020).
Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) di Jakarta dilonggarkan pada pertengahan bulan Oktober hanya memberikan sedikit dorongan terhadap sektor manufaktur. Jumlah karyawan, pembelian input, dan inventaris semuanya terus dikurangi pada bulan Oktober.
"Dampak pelonggaran PSBB pada pertengahan bulan Oktober hanya akan terlihat pada bulan November, namun ketidakpastian berlangsungnya pandemi ini dan juga ketiadaan vaksin yang efektif, dapat menahan permintaan dan aktivitas ekonomi tetap lesu pada bulan-bulan ke depan," jelasnya.
(Baca Juga: Mantap! Kinerja Manufaktur di Kuartal III Naik 44,91 Persen)
Menghadapi penurunan permintaan, perusahaan terus mengurangi jumlah karyawan mereka dengan banyaknya laporan redundansi. Akibatnya, aktivitas pembelian dan tingkat inventaris juga dikurangi. Data harga menunjukkan tekanan margin yang lebih besar karena harga input terus meningkat sedangkan beban output turun pertama kali dalam tujuh bulan.
Volume produksi mengalami kontraksi selama dua bulan berturut-turut pada bulan Oktober, meskipun tingkat penurunan mulai berkurang mencapai laju lebih lambat. Sama halnya dengan output, arus masuk pesanan baru menurun pada laju lebih lambat.
Sementara itu, permintaan eksternal terus melemah pada laju substansial. Para responden menekankan bahwa dampak dari pandemi terus memperburuk kondisi permintaan secara keseluruhan.
(fai)
tulis komentar anda