Inflasi Oktober Tak Seberapa Gara-gara Orang Kaya Malas Belanja
Senin, 02 November 2020 - 13:26 WIB
JAKARTA - Setelah tiga bulan berturut-turut deflasi, Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat pada bulan Oktober 2020 terjadi inflasi tipis sebesar 0,07%. Dari 90 kota yang di survei Indeks Harga Konsumen (IHK) , sebanyak 66 kota mengalami inflasi dan 24 kota mengalami deflasi.
Ekonom Indef Bhima Yudistira menilai, rendahnya inflasi, khususnya di Pulau Jawa lebih dipengaruhi oleh rendahnya belanja kelas menengah atas. Bhima mengatakan, perilaku menahan belanja masih jadi faktor utama selama masa pandemi Covid-19.
(Baca Juga: Usai Deflasi Beruntun, Bulan Oktober 2020 Kembali Inflasi 0,07%)
"Belum optimalnya sektor pariwisata seperti hotel dan restoran membuat permintaan bahan-bahan makanan, jasa transportasi masih cenderung rendah," kata Bhima saat dihubungi SINDOnews di Jakarta, Senin (2/11/2020).
Biasanya, kata dia, libur panjang membuat inflasi naik, tapi Oktober lalu arus wisatawan lokal relatif masih sedikit. Jika tren inflasi rendah terus berlanjut, sambung dia, maka pendapatan dunia usaha pun semakin kecil.
"Bahkan bisa menutup operasional bisnisnya karena antara harga jual dengan biaya produksi semakin tipis selisihnya. Efeknya tentu ke semakin lambat pemulihan ekonomi terjadi dan berdampak ke serapan tenaga kerja yang masih rendah," tandasnya.
(Baca Juga: Gara-Gara Banyak yang Pakai Kendaraan Pribadi, Inflasi Jadi Terkerek)
BPS mencatat, dari 90 kota IHK, Inflasi tertinggi terjadi di Sibolga sebesar 1,04% dan terendah terjadi di DKI Jakarta, Cirebon, Bekasi, Jember sebesar 0,01%. Sementara Deflasi tertinggi terjadi di Monokwari sebesar 1,81% dan terendah terjadi di Surabaya 0,02%.
Komponen inti pada Oktober 2020 tercatat mengalami inflasi sebesar 0,04%. Tingkat inflasi komponen inti tahun kalender (Januari– Oktober) 2020 sebesar 1,50% dan tingkat inflasi komponen inti tahun ke tahun (Oktober 2020 terhadap Oktober 2019) sebesar 1,74%.
Ekonom Indef Bhima Yudistira menilai, rendahnya inflasi, khususnya di Pulau Jawa lebih dipengaruhi oleh rendahnya belanja kelas menengah atas. Bhima mengatakan, perilaku menahan belanja masih jadi faktor utama selama masa pandemi Covid-19.
(Baca Juga: Usai Deflasi Beruntun, Bulan Oktober 2020 Kembali Inflasi 0,07%)
"Belum optimalnya sektor pariwisata seperti hotel dan restoran membuat permintaan bahan-bahan makanan, jasa transportasi masih cenderung rendah," kata Bhima saat dihubungi SINDOnews di Jakarta, Senin (2/11/2020).
Biasanya, kata dia, libur panjang membuat inflasi naik, tapi Oktober lalu arus wisatawan lokal relatif masih sedikit. Jika tren inflasi rendah terus berlanjut, sambung dia, maka pendapatan dunia usaha pun semakin kecil.
"Bahkan bisa menutup operasional bisnisnya karena antara harga jual dengan biaya produksi semakin tipis selisihnya. Efeknya tentu ke semakin lambat pemulihan ekonomi terjadi dan berdampak ke serapan tenaga kerja yang masih rendah," tandasnya.
(Baca Juga: Gara-Gara Banyak yang Pakai Kendaraan Pribadi, Inflasi Jadi Terkerek)
BPS mencatat, dari 90 kota IHK, Inflasi tertinggi terjadi di Sibolga sebesar 1,04% dan terendah terjadi di DKI Jakarta, Cirebon, Bekasi, Jember sebesar 0,01%. Sementara Deflasi tertinggi terjadi di Monokwari sebesar 1,81% dan terendah terjadi di Surabaya 0,02%.
Komponen inti pada Oktober 2020 tercatat mengalami inflasi sebesar 0,04%. Tingkat inflasi komponen inti tahun kalender (Januari– Oktober) 2020 sebesar 1,50% dan tingkat inflasi komponen inti tahun ke tahun (Oktober 2020 terhadap Oktober 2019) sebesar 1,74%.
(fai)
tulis komentar anda