Tingkat Isian Hotel Bulan September hanya 32,12%
Senin, 02 November 2020 - 14:15 WIB
JAKARTA - Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat, tingkat penghunian kamar (TPK) atau okupansi hotel klasifikasi bintang di Indonesia pada September 2020 mengalami penurunan. Kepala BPS memerinci, okupansi hotel mencapai rata-rata 32,12% atau turun 21,40 poin dibandingkan dengan TPK bulan yang sama tahun 2019 yang tercatat sebesar 53,52%.
"Jika dibandingkan dengan TPK Agustus 2020, TPK bulan ini juga mengalami penurunan sebesar 0,81 poin," kata Suhariyanto dalam konferensi pers secara virtual, Senin (2/11/2020).
(Baca Juga: Libur Panjang, Okupansi Hotel di Jabar Tembus 50 Persen)
Dia menambahkan, rata-rata lama menginap tamu asing dan Indonesia pada hotel klasifikasi bintang selama September 2020 tercatat sebesar 1,73 hari. "Ini terjadi penurunan sebesar 0,11 poin jika dibandingkan dengan keadaan September 2019," jelasnya.
Sebagai informasi, jumlah kunjungan wisatawan mancanegara (wisman) atau turis asing ke Indonesia selama September 2020 hanya 153,5 ribu kunjungan. Jumlah tersebut anjlok 88,95% dibandingkan dengan jumlah kunjungan September 2019. Kondisi sama juga terjadi jika dibandingkan Agustus 2020 yang turun 5,94%.
Adapun secara kumulatif (Januari-September2020), BPS mencatat jumlah kunjungan turis ke Indonesia mencapai 3,56 juta kunjungan atau turun 70,57% jika dibandingkan kunjungan wisman pada periode yang sama di 2019 yang berjumlah 12,10 juta kunjungan.
(Baca Juga: Libur Panjang saat Pandemi COVID-19, Hotel di Bandung Incar Okupansi 40%) Terpisah, Wakil Ketua Perhimpunan Hotel dan Restoran Indonesia (PHRI) Maulana Yusran mengatakan bahwa terjadi lonjakan okupansi hotel pada libur panjang pekan lalu. Menurut dia, terjadi kenaikan hingga 30% meski hanya terjadi di tempat tujuan wisata tertentu saja. "Tingkat hunian hotel di beberapa destinasi wisata mengalami kenaikan rata-rata sebesar 30%, ya cukup lumayan," katanya.
Namun, imbuh dia, kenaikan yang terjadi pada okupansi hotel ini tidak merata ke seluruh daerah, tidak seperti biasanya dimana saat terjadi libur panjang seluruh destinasi wisata mengalami lonjakan jumlah pengunjung. Dia menilai masih tingginya kekhawatiran akan penularan virus Corona menjadi penyebabnya. Selain itu, daya beli masyarakat yang belum pulih sepenuhnya juga ikut berpengaruh.
"Jika dibandingkan dengan TPK Agustus 2020, TPK bulan ini juga mengalami penurunan sebesar 0,81 poin," kata Suhariyanto dalam konferensi pers secara virtual, Senin (2/11/2020).
(Baca Juga: Libur Panjang, Okupansi Hotel di Jabar Tembus 50 Persen)
Dia menambahkan, rata-rata lama menginap tamu asing dan Indonesia pada hotel klasifikasi bintang selama September 2020 tercatat sebesar 1,73 hari. "Ini terjadi penurunan sebesar 0,11 poin jika dibandingkan dengan keadaan September 2019," jelasnya.
Sebagai informasi, jumlah kunjungan wisatawan mancanegara (wisman) atau turis asing ke Indonesia selama September 2020 hanya 153,5 ribu kunjungan. Jumlah tersebut anjlok 88,95% dibandingkan dengan jumlah kunjungan September 2019. Kondisi sama juga terjadi jika dibandingkan Agustus 2020 yang turun 5,94%.
Adapun secara kumulatif (Januari-September2020), BPS mencatat jumlah kunjungan turis ke Indonesia mencapai 3,56 juta kunjungan atau turun 70,57% jika dibandingkan kunjungan wisman pada periode yang sama di 2019 yang berjumlah 12,10 juta kunjungan.
(Baca Juga: Libur Panjang saat Pandemi COVID-19, Hotel di Bandung Incar Okupansi 40%) Terpisah, Wakil Ketua Perhimpunan Hotel dan Restoran Indonesia (PHRI) Maulana Yusran mengatakan bahwa terjadi lonjakan okupansi hotel pada libur panjang pekan lalu. Menurut dia, terjadi kenaikan hingga 30% meski hanya terjadi di tempat tujuan wisata tertentu saja. "Tingkat hunian hotel di beberapa destinasi wisata mengalami kenaikan rata-rata sebesar 30%, ya cukup lumayan," katanya.
Namun, imbuh dia, kenaikan yang terjadi pada okupansi hotel ini tidak merata ke seluruh daerah, tidak seperti biasanya dimana saat terjadi libur panjang seluruh destinasi wisata mengalami lonjakan jumlah pengunjung. Dia menilai masih tingginya kekhawatiran akan penularan virus Corona menjadi penyebabnya. Selain itu, daya beli masyarakat yang belum pulih sepenuhnya juga ikut berpengaruh.
(fai)
tulis komentar anda