Nilai Impor Maret USD13,35 Miliar, Paling Banyak dari China
Rabu, 15 April 2020 - 22:52 WIB
JAKARTA - Badan Pusat Statistik merilis angka impor Maret 2020 meningkat 15,60% menjadi USD13,35 miliar dibanding periode Februari 2020. Namun, secara kumulatif, impor Januari-Maret 2020 tercatat USD39,17 miliar atau turun 3,69% dibandingkan periode sama tahun sebelumnya sebesar USD40,67 miliar.
Kepala BPS Suhariyanto menerangkan kenaikan nilai impor disebabkan oleh kenaikan impor non migas sebesar 19,83%. Namun dibandingkan periode Maret 2019, angka tersebut turun 1,56%. Adapun China masih menjadi negara yang mendominasi impor non migas ke Indonesia.
"Beberapa negara dengan impor terbesar adalah China senilai USD1 miliar, disusul Hong Kong senilai USD191,7 juta, Taiwan sebesar USD143,1 juta, Swiss USD127,2 juta dan Amerika Serikat senilai USD125 juta," terang Suhariyanto dalam video konferensi di Jakarta, Rabu (15/4/2020).
Suhariyanto menyatakan, nilai impor yang besar dari China kemungkinan dikarenakan kondisi ekonomi China yang telah berangsur pulih dari pandemi, meskipun mereka masih mewaspadai adanya penyebaran virus gelombang kedua.
"Kemungkinan recovery China memang lumayan, tapi sekarang mereka sedang mewaspadai gelombang virus corona yang kedua," ujarnya.
Secara sektoral, nilai impor barang konsumsi tercatat meningkat 43,8% dibanding bulan sebelumnya, dengan nilai USD1,27 miliar. Nilai impor bahan baku penolong meningkat 16,43% sebesar USD10,28 miliar dan nilai impor barang modal menurun 1,55% sebesar USD1,8 miliar dibanding bulan Februari 2020.
Kepala BPS Suhariyanto menerangkan kenaikan nilai impor disebabkan oleh kenaikan impor non migas sebesar 19,83%. Namun dibandingkan periode Maret 2019, angka tersebut turun 1,56%. Adapun China masih menjadi negara yang mendominasi impor non migas ke Indonesia.
"Beberapa negara dengan impor terbesar adalah China senilai USD1 miliar, disusul Hong Kong senilai USD191,7 juta, Taiwan sebesar USD143,1 juta, Swiss USD127,2 juta dan Amerika Serikat senilai USD125 juta," terang Suhariyanto dalam video konferensi di Jakarta, Rabu (15/4/2020).
Suhariyanto menyatakan, nilai impor yang besar dari China kemungkinan dikarenakan kondisi ekonomi China yang telah berangsur pulih dari pandemi, meskipun mereka masih mewaspadai adanya penyebaran virus gelombang kedua.
"Kemungkinan recovery China memang lumayan, tapi sekarang mereka sedang mewaspadai gelombang virus corona yang kedua," ujarnya.
Secara sektoral, nilai impor barang konsumsi tercatat meningkat 43,8% dibanding bulan sebelumnya, dengan nilai USD1,27 miliar. Nilai impor bahan baku penolong meningkat 16,43% sebesar USD10,28 miliar dan nilai impor barang modal menurun 1,55% sebesar USD1,8 miliar dibanding bulan Februari 2020.
(bon)
tulis komentar anda