Kemenperin Pikirkan Daur Ulang Baterai Kendaraan Listrik
Senin, 09 November 2020 - 14:33 WIB
JAKARTA - Baterai merupakan komponen yang paling penting dalam kendaraan listrik . Tak hanya mempersiapkan pabrik pembuatan, Indonesia juga harus memikirkan fasilitas recycling (daur ulang) untuk baterai kendaraan listrik. ( Baca juga:Bidik Motor Listrik RI, Oyika Gandeng Produsen Lokal )
Direktur Jenderal Industri Logam, Mesin, Alat Transportasi,dan Elektronika (ILMATE) Kemenperin Taufiek Bawazier, mengatakan bahwa usia baterai listrik hanya mencapai 10-15 tahun. "Artinya, sepuluh tahun ke depan perlu dipersiapkan fasilitas recycling (daur ulang) untuk memperoleh nilai tambah baru, baik berupa material di dalamnya seperti lithium, nikel, cobalt, mangan dan copper, " katanya di Jakarta, Senin (9/11/2020).
Menurut Taufiek, penguasaan teknologi recycling perlu dipikirkan dari sekarang seperti hydrometalurgi dan juga penggunaan teknologi artificial intelligence (AI) dan robotik termasuk skill baru dalam pemrosesan baterai listrik.
Baterai listrik terdiri dari cell, modul, dan pack yang masing-masing diikat kuat oleh perekat yang membutuhkan keahlian khusus, mengingat prasarat safety dan treatment baterai listrik berbeda dengan treatment baterai non-lithium.
“Setiap cell atau modul, dan pack berbeda bentuk, ada yang silinder atau prismatik. Semuanya berbeda tipe di setiap mobil listrik,” tuturnya.
Mengingat kompleksitas proses daur ulang baterai listrik, diperlukan penggunaan teknologi modern dalam proses tersebut. “AI dan robotik menjadi diperlukan untuk mengurangi kesalahan dalam proses daur ulang sehingga potensi kecelakaan menjadi berkurang,” ujarnya.
Selain itu, menurut Taufiek, proses daur ulang dapat meningkatkan pemanfaatan material, baik lithium dan mangan yang berupa carbonat dan nikel serta cobalt berupa sulfat yang dapat diperoleh dengan maksimal sehingga proses circular ekonominya mencapai titik optimal. ( Baca juga:Patung Trump Dibuang ke Tempat Sampah karena Diramalkan Kalah, dan Terbukti )
“Yang terpenting adalah mobil listrik dan baterai listrik dapat diproduksi di dalam negeri. Investasi ke arah sana tentunya dipersiapkan untuk membuka tenaga kerja dengan skill yang baru dan meningkatkan hilirisasi sumber daya alam nasional berupa nikel, cobalt, maupun mangan,” tegasnya.
Direktur Jenderal Industri Logam, Mesin, Alat Transportasi,dan Elektronika (ILMATE) Kemenperin Taufiek Bawazier, mengatakan bahwa usia baterai listrik hanya mencapai 10-15 tahun. "Artinya, sepuluh tahun ke depan perlu dipersiapkan fasilitas recycling (daur ulang) untuk memperoleh nilai tambah baru, baik berupa material di dalamnya seperti lithium, nikel, cobalt, mangan dan copper, " katanya di Jakarta, Senin (9/11/2020).
Menurut Taufiek, penguasaan teknologi recycling perlu dipikirkan dari sekarang seperti hydrometalurgi dan juga penggunaan teknologi artificial intelligence (AI) dan robotik termasuk skill baru dalam pemrosesan baterai listrik.
Baterai listrik terdiri dari cell, modul, dan pack yang masing-masing diikat kuat oleh perekat yang membutuhkan keahlian khusus, mengingat prasarat safety dan treatment baterai listrik berbeda dengan treatment baterai non-lithium.
“Setiap cell atau modul, dan pack berbeda bentuk, ada yang silinder atau prismatik. Semuanya berbeda tipe di setiap mobil listrik,” tuturnya.
Mengingat kompleksitas proses daur ulang baterai listrik, diperlukan penggunaan teknologi modern dalam proses tersebut. “AI dan robotik menjadi diperlukan untuk mengurangi kesalahan dalam proses daur ulang sehingga potensi kecelakaan menjadi berkurang,” ujarnya.
Selain itu, menurut Taufiek, proses daur ulang dapat meningkatkan pemanfaatan material, baik lithium dan mangan yang berupa carbonat dan nikel serta cobalt berupa sulfat yang dapat diperoleh dengan maksimal sehingga proses circular ekonominya mencapai titik optimal. ( Baca juga:Patung Trump Dibuang ke Tempat Sampah karena Diramalkan Kalah, dan Terbukti )
“Yang terpenting adalah mobil listrik dan baterai listrik dapat diproduksi di dalam negeri. Investasi ke arah sana tentunya dipersiapkan untuk membuka tenaga kerja dengan skill yang baru dan meningkatkan hilirisasi sumber daya alam nasional berupa nikel, cobalt, maupun mangan,” tegasnya.
(uka)
Lihat Juga :
tulis komentar anda