Khawatir Pandemi Memburuk, Miliarder Dunia Tumpuk Uang Tunai
Senin, 23 November 2020 - 11:12 WIB
Melansir Bloomberg, bukan hanya miliarder, korporasi di AS juga meningkatkan uang tunai selama mereka bisa menyimpannya. Korporasi juga berharap banyak kepada Presiden terpilih AS Joe Biden untuk mengubah peraturan ekonomi dan menunda kenaikan panjang. Apalagi, Biden juga telah memperingatkan tentang “dark winter” di mana kasus virus corona akan meningkat beberapa bulan sebelum vaksin tersedia bagi publik. (Baca juga: Minat Wisata Petualangan dan Alam Terbuka Meningkat)
“Korporasi saat ini fokus memperkuat keseimbangan neraca dan meningkatkan likuiditas dunia,” kata Nicholas Elfner, pemimpin firma riset Breckinridge Capital Advisors. “Pintunya terbuka, cepat ambil untung sebelum Covid Winter,” ujarnya.
Selain itu, banyak perusahaan juga tidak menjual obligasi untuk membayar utang mereka. Seperti Continenal Resources dan Antero Midstream yang memilih meningkatkan penawaran obligasi untuk membayar kembali utang mereka. Produsen minyak Continental menawarkan obligasi hingga USD1,5 miliar. Hal sama juga dilakukan Tervita, perusahaan Kanada menyediakan obligasi senilai USD500 juta.
“Ke depannya, semakin banyak perusahaan menjual obligasi untuk mengatasi krisis keuangan sebagai dampak Covid-19,” kata Jerry Cudzil, kepala perdagangan kredit TCW Group. “Banyak perusahaan mengakses pasar modal dibandingkan sebelum Covid-19,” imbuhnya.
Banyak perusahaan kapal pesiar juga terkena dampak corona. Carnival, perusahaan kapal pesiar terbesar di dunia, mengajukan penjualan USD1,5 miliar pada sahamnya. Perusahaan kapal pesiar Norwegia, Cruise Line Holdings akan mengambil kesempatan dengan menjual saham untuk mendapatkan uang tunai. “Kita perlu mendapatkan uang dari pasar ekuitas,” kata CEO Cruise Line Holdings, Mark Kempa. (Lihat videonya: Ratusan Pengunjuk Rasa Bakar Gedung Kongres Guatemala)
American Airlines juga menjual saham senilai USD500 juta untuk memperkuat likuiditas. Hal sama juga dilakukan jaringan bioskop, AMC Entertainment Holdings juga mencoba bertahan dengan menawarkan USD20 juta sahamnya. Banyak perusahaan yang terdampak pandemi ingin menggaet lebih banyak investor.
“Banyak perusahaan perawatan kesehatan dan teknologi ingin melihat cahaya di akhir terowongan,” kata Santosh Sreenivasan, kepala JPMorgan Chase & Co’s. “Mereka ingin mengambil uang yang atraktif,” imbuhnya. (Andika H Mustaqim)
“Korporasi saat ini fokus memperkuat keseimbangan neraca dan meningkatkan likuiditas dunia,” kata Nicholas Elfner, pemimpin firma riset Breckinridge Capital Advisors. “Pintunya terbuka, cepat ambil untung sebelum Covid Winter,” ujarnya.
Selain itu, banyak perusahaan juga tidak menjual obligasi untuk membayar utang mereka. Seperti Continenal Resources dan Antero Midstream yang memilih meningkatkan penawaran obligasi untuk membayar kembali utang mereka. Produsen minyak Continental menawarkan obligasi hingga USD1,5 miliar. Hal sama juga dilakukan Tervita, perusahaan Kanada menyediakan obligasi senilai USD500 juta.
“Ke depannya, semakin banyak perusahaan menjual obligasi untuk mengatasi krisis keuangan sebagai dampak Covid-19,” kata Jerry Cudzil, kepala perdagangan kredit TCW Group. “Banyak perusahaan mengakses pasar modal dibandingkan sebelum Covid-19,” imbuhnya.
Banyak perusahaan kapal pesiar juga terkena dampak corona. Carnival, perusahaan kapal pesiar terbesar di dunia, mengajukan penjualan USD1,5 miliar pada sahamnya. Perusahaan kapal pesiar Norwegia, Cruise Line Holdings akan mengambil kesempatan dengan menjual saham untuk mendapatkan uang tunai. “Kita perlu mendapatkan uang dari pasar ekuitas,” kata CEO Cruise Line Holdings, Mark Kempa. (Lihat videonya: Ratusan Pengunjuk Rasa Bakar Gedung Kongres Guatemala)
American Airlines juga menjual saham senilai USD500 juta untuk memperkuat likuiditas. Hal sama juga dilakukan jaringan bioskop, AMC Entertainment Holdings juga mencoba bertahan dengan menawarkan USD20 juta sahamnya. Banyak perusahaan yang terdampak pandemi ingin menggaet lebih banyak investor.
“Banyak perusahaan perawatan kesehatan dan teknologi ingin melihat cahaya di akhir terowongan,” kata Santosh Sreenivasan, kepala JPMorgan Chase & Co’s. “Mereka ingin mengambil uang yang atraktif,” imbuhnya. (Andika H Mustaqim)
(ysw)
tulis komentar anda