Punya Duit Pas-pasan, Masyarakat Ini Lebih Banyak Belanja Selama Pandemi
Rabu, 02 Desember 2020 - 23:54 WIB
“Pertumbuhan positif kemungkinan mulai kuartal pertama 2021, jadi akan ada perbaikan, tetapi polanya memang agak relatif lambat,” jelas Chatib.
Sedangkan investasi kemungkinan masih akan turun, yang saat ini yang didorong masih sektor permintaan. Jika permintaan naik akan berdampak pada terangkatnya investasi. “Kalau permintaan sudah ada, investasi akan bertambah,” katanya.
(Baca Juga: Orang Kaya Masih Ogah Belanja dan Terus Simpan Duit, Sri Mulyani Tahu Penyebabnya )
Pengusaha, Founder Ancora Group Gita Wirjawan sepakat, bahwa menjaga permintaan menjadi kunci untuk menjaga ekonomi Indonesia saat ini. “Karena 55-60 persen dari porsi ekonomi kita terkait dengan konsumsi domestik, jadinya retail itu nggak lepas dari pendekatan-pendekatan di mana kita harus menempatkan dana atau uang atau daya beli di setiap anggota masyarakat luas di Indonesia,” kata Gita.
Bulan-bulan terakhir menurut Gita, upaya mendongkrak daya beli masyarakat sudah mulai menampakkan hasil. “Tapi apakah itu akan membawa pemulihan yang meluas, saya melihat ini sangat dibatasi oleh secepat apa kita bisa melakukan vaksinasi,” tambahnya.
Dalam hitungan Gita, butuh vaksinasi 300 ribu orang per hari, agar selama 2021 bisa memfaksinasi 100 juta penduduk. “Namun ada keterbatasan dalam ketersedian vaksin, yang sudah dikonfirm oleh pemerintah, belum mencapai 100 juta untuk 2021,” lanjutnya.
Kemampuan vaksinasi akan berdampak pada kecepatan pemulihan konsumsi. Dari sisi konsumsi ini, Gita juga menyoroti, bahwa Indonesia memiliki keuntungan karena memiliki kelompok usia muda yang sangat besar.
“Ini berkolerasi dengan gaya konsumsi, yang jauh lebih tinggi dibanding teman-teman kita di Asia Tenggara,” tambah Gita.
Ia menegaskan, secara strkctural ekonomi di Indonesia lebih baik dibanding sejumlah negara tetangga seperti Malaysia, Filiphina, dan Thailand. “Namun meskipun kontraksi ekonomi kita tidak separah negara tetangga di asia Tenggara, tetap masih bisa disikapi agar lebih baik lagi,” lanjutnya.
Perbaikan yang dimaksud antara lain dengan memperlancar proses penurunan dana yang BLT dan bansos.
Sedangkan investasi kemungkinan masih akan turun, yang saat ini yang didorong masih sektor permintaan. Jika permintaan naik akan berdampak pada terangkatnya investasi. “Kalau permintaan sudah ada, investasi akan bertambah,” katanya.
(Baca Juga: Orang Kaya Masih Ogah Belanja dan Terus Simpan Duit, Sri Mulyani Tahu Penyebabnya )
Pengusaha, Founder Ancora Group Gita Wirjawan sepakat, bahwa menjaga permintaan menjadi kunci untuk menjaga ekonomi Indonesia saat ini. “Karena 55-60 persen dari porsi ekonomi kita terkait dengan konsumsi domestik, jadinya retail itu nggak lepas dari pendekatan-pendekatan di mana kita harus menempatkan dana atau uang atau daya beli di setiap anggota masyarakat luas di Indonesia,” kata Gita.
Bulan-bulan terakhir menurut Gita, upaya mendongkrak daya beli masyarakat sudah mulai menampakkan hasil. “Tapi apakah itu akan membawa pemulihan yang meluas, saya melihat ini sangat dibatasi oleh secepat apa kita bisa melakukan vaksinasi,” tambahnya.
Dalam hitungan Gita, butuh vaksinasi 300 ribu orang per hari, agar selama 2021 bisa memfaksinasi 100 juta penduduk. “Namun ada keterbatasan dalam ketersedian vaksin, yang sudah dikonfirm oleh pemerintah, belum mencapai 100 juta untuk 2021,” lanjutnya.
Kemampuan vaksinasi akan berdampak pada kecepatan pemulihan konsumsi. Dari sisi konsumsi ini, Gita juga menyoroti, bahwa Indonesia memiliki keuntungan karena memiliki kelompok usia muda yang sangat besar.
“Ini berkolerasi dengan gaya konsumsi, yang jauh lebih tinggi dibanding teman-teman kita di Asia Tenggara,” tambah Gita.
Ia menegaskan, secara strkctural ekonomi di Indonesia lebih baik dibanding sejumlah negara tetangga seperti Malaysia, Filiphina, dan Thailand. “Namun meskipun kontraksi ekonomi kita tidak separah negara tetangga di asia Tenggara, tetap masih bisa disikapi agar lebih baik lagi,” lanjutnya.
Perbaikan yang dimaksud antara lain dengan memperlancar proses penurunan dana yang BLT dan bansos.
Lihat Juga :
tulis komentar anda