Kinerja Apik Mandiri Syariah di Triwulan I 2020
Selasa, 12 Mei 2020 - 14:06 WIB
JAKARTA - PT Bank Syariah Mandiri (Mandiri Syariah) semakin memperkuat posisinya sebagai bank syariah terbesar di Indonesia dengan mencatatkan kinerja triwulan I 2020 yang semakin baik. Indikator bisnis Mandiri Syariah secara keseluruhan seperti aset, dana pihak ketiga, pembiayaan dengan kualitas baik, margin, serta fee-based income (FBI) naik signifikan.
Direktur Utama Mandiri Syariah Toni EB Subari menyampaikan seluruh manajemen dan pegawai Mandiri Syariah bersyukur atas semua pencapaian perusahaan selama triwulan I tahun 2020. “Alhamdullilah, kami berterimakasih atas dukungan dan kepercayaannya seluruh stakeholders khususnya nasabah kepada Mandiri Syariah. Juga dukungan Mandiri Group kepada Mandiri Syariah baik melalui sinergi produk layanan dan yang lainnya," ujar Toni di Jakarta, Selasa(12/5/2020).
Hingga akhir Maret 2020, Mandiri Syariah membukukan laba bersih sebesar Rp368 miliar, naik 51,53% dibanding periode yang sama tahun lalu. Kenaikan laba ditopang pendapatan margin dan FBI yang antara lain disumbang dari transformasi bisnis digital. Direktur IT, Operation & Digital Banking Mandiri Syariah Achmad Syafii menambahkan pengembangan fitur digital berdampak pada peningkatan jumlah pendapatan FBI.
"FBI digital channel naik 36,97% dari Rp52,06 miliar per Maret 2019 menjadi Rp71,31 miliar per Maret 2020. FBI dari mobile banking berkontribusi tertinggi dengan pertumbuhan sebesar 55,76% dari Rp8,04 miliar per Maret 2019 menjadi Rp12,52 miliar per Maret 2020," ungkap Syafii.
Hingga Maret 2020, user Mandiri Syariah Mobile (MSM) mencapai 1,15 juta user dengan jumlah transaksi sebanyak 8,5 juta transaksi. “Insya Allah kami akan selalu mengembangkan dan meningkatkan layanan digital demi kemudahan dan kenyamanan nasabah,” lanjut Syafii.
Melalui MSM nasabah dapat melakukan pembayaran dengan QRIS, transaksi ke berbagai marketplace, pengisian saldo e-wallet, dan lain-lain. “Bahkan masyarakat bisa membuka rekening online #dirumahsaja. Ini adalah fitur pertama yang dimiliki bank syariah di Indonesia. Dengan #dirumahsaja tentunya sejalan dengan pesan Pemerintah dalam pencegahan penyebaran Covid-19,” tambahnya.
Sementara itu, Direktur Finance, Strategy and Treasury Mandiri Syariah Ade Cahyo Nugroho, mengungkap sampai dengan Maret 2020 dana pihak ketiga (DPK) yang dihimpun Mandiri Syariah tumbuh 16,94% dari Rp87,16 triliun per Maret 2019 menjadi Rp101,92 triliun pada Maret 2020. Dari total dana tersebut, porsi low cost fund mencapai 56,37%.
Pertumbuhan low cost fund tersebut ditopang oleh Tabungan yang naik 14,82% dari semula Rp35,25 triliun per posisi Maret 2019 menjadi Rp40,47 triliun per posisi Maret 2020. “Alhamdullilah, kenaikan tersebut menunjukkan kepercayaan nasabah kepada Mandiri Syariah semakin meningkat. Buat kami ini adalah amanah yang akan kami jaga dengan sebaik-baiknya sekaligus tekad untuk memberikan manfaat lebih bagi umat,” kata Ade.
Perolehan DPK menjadikan aset Mandiri Syariah per akhir Maret 2020 mencapai Rp114,75 triliun atau naik 16,43% dari Maret 2019 yang sebesar Rp98,55 triliun. Atas pencapaian seluruh indikator bisnis diatas, Mandiri Syariah mencatatkan kenaikan signifikan pada rasio laba terhadap ekuitas (return on equity/ROE) di level 16,39% per Maret 2020 dan menjadikan Mandiri Syariah sebagai bank syariah terbesar dengan rasio profitabilitas bank yang baik.
Hingga Maret 2020, Mandiri Syariah telah menyalurkan pembiayaan sebesar Rp75,70 triliun, tumbuh 9,14% dari Maret 2019 yang sebesar Rp69,36 triliun. Pembiayaan Segmen Konsumer (pembiayaan Kendaraan Berkah, Griya Berkah, Pensiun Berkah dan Mitraguna Berkah) menjadi kontributor utama dalam pertumbuhan tersebut.
Ade menuturkan pertumbuhan pembiayaan tersebut disertai perbaikan kualitas yang terjaga baik dengan indikator penurunan NPF Net sebesar 34 basis points (bps) dari 1,29% per Maret 2019 menjadi 0,95% per Maret 2020. Sementara, NPF Gross turun 57 bps dari 3,06% di Maret 2020 menjadi 2,49% per Maret 2020.
"Pertumbuhan pembiayaan memberikan kontribusi positif pada pertumbuhan pendapatan margin bagi hasil bersih yang tumbuh 6,33% (yoy) semula Rp2,1 triliun per Maret 2019 menjadi Rp2,23 triliun per Maret 2020. Sementara FBI meningkat 18,91% dari Rp429 miliar per Maret 2019 menjadi Rp510 miliar per Maret 2020," pungkasnya.
Direktur Utama Mandiri Syariah Toni EB Subari menyampaikan seluruh manajemen dan pegawai Mandiri Syariah bersyukur atas semua pencapaian perusahaan selama triwulan I tahun 2020. “Alhamdullilah, kami berterimakasih atas dukungan dan kepercayaannya seluruh stakeholders khususnya nasabah kepada Mandiri Syariah. Juga dukungan Mandiri Group kepada Mandiri Syariah baik melalui sinergi produk layanan dan yang lainnya," ujar Toni di Jakarta, Selasa(12/5/2020).
Hingga akhir Maret 2020, Mandiri Syariah membukukan laba bersih sebesar Rp368 miliar, naik 51,53% dibanding periode yang sama tahun lalu. Kenaikan laba ditopang pendapatan margin dan FBI yang antara lain disumbang dari transformasi bisnis digital. Direktur IT, Operation & Digital Banking Mandiri Syariah Achmad Syafii menambahkan pengembangan fitur digital berdampak pada peningkatan jumlah pendapatan FBI.
"FBI digital channel naik 36,97% dari Rp52,06 miliar per Maret 2019 menjadi Rp71,31 miliar per Maret 2020. FBI dari mobile banking berkontribusi tertinggi dengan pertumbuhan sebesar 55,76% dari Rp8,04 miliar per Maret 2019 menjadi Rp12,52 miliar per Maret 2020," ungkap Syafii.
Hingga Maret 2020, user Mandiri Syariah Mobile (MSM) mencapai 1,15 juta user dengan jumlah transaksi sebanyak 8,5 juta transaksi. “Insya Allah kami akan selalu mengembangkan dan meningkatkan layanan digital demi kemudahan dan kenyamanan nasabah,” lanjut Syafii.
Melalui MSM nasabah dapat melakukan pembayaran dengan QRIS, transaksi ke berbagai marketplace, pengisian saldo e-wallet, dan lain-lain. “Bahkan masyarakat bisa membuka rekening online #dirumahsaja. Ini adalah fitur pertama yang dimiliki bank syariah di Indonesia. Dengan #dirumahsaja tentunya sejalan dengan pesan Pemerintah dalam pencegahan penyebaran Covid-19,” tambahnya.
Sementara itu, Direktur Finance, Strategy and Treasury Mandiri Syariah Ade Cahyo Nugroho, mengungkap sampai dengan Maret 2020 dana pihak ketiga (DPK) yang dihimpun Mandiri Syariah tumbuh 16,94% dari Rp87,16 triliun per Maret 2019 menjadi Rp101,92 triliun pada Maret 2020. Dari total dana tersebut, porsi low cost fund mencapai 56,37%.
Pertumbuhan low cost fund tersebut ditopang oleh Tabungan yang naik 14,82% dari semula Rp35,25 triliun per posisi Maret 2019 menjadi Rp40,47 triliun per posisi Maret 2020. “Alhamdullilah, kenaikan tersebut menunjukkan kepercayaan nasabah kepada Mandiri Syariah semakin meningkat. Buat kami ini adalah amanah yang akan kami jaga dengan sebaik-baiknya sekaligus tekad untuk memberikan manfaat lebih bagi umat,” kata Ade.
Perolehan DPK menjadikan aset Mandiri Syariah per akhir Maret 2020 mencapai Rp114,75 triliun atau naik 16,43% dari Maret 2019 yang sebesar Rp98,55 triliun. Atas pencapaian seluruh indikator bisnis diatas, Mandiri Syariah mencatatkan kenaikan signifikan pada rasio laba terhadap ekuitas (return on equity/ROE) di level 16,39% per Maret 2020 dan menjadikan Mandiri Syariah sebagai bank syariah terbesar dengan rasio profitabilitas bank yang baik.
Hingga Maret 2020, Mandiri Syariah telah menyalurkan pembiayaan sebesar Rp75,70 triliun, tumbuh 9,14% dari Maret 2019 yang sebesar Rp69,36 triliun. Pembiayaan Segmen Konsumer (pembiayaan Kendaraan Berkah, Griya Berkah, Pensiun Berkah dan Mitraguna Berkah) menjadi kontributor utama dalam pertumbuhan tersebut.
Ade menuturkan pertumbuhan pembiayaan tersebut disertai perbaikan kualitas yang terjaga baik dengan indikator penurunan NPF Net sebesar 34 basis points (bps) dari 1,29% per Maret 2019 menjadi 0,95% per Maret 2020. Sementara, NPF Gross turun 57 bps dari 3,06% di Maret 2020 menjadi 2,49% per Maret 2020.
"Pertumbuhan pembiayaan memberikan kontribusi positif pada pertumbuhan pendapatan margin bagi hasil bersih yang tumbuh 6,33% (yoy) semula Rp2,1 triliun per Maret 2019 menjadi Rp2,23 triliun per Maret 2020. Sementara FBI meningkat 18,91% dari Rp429 miliar per Maret 2019 menjadi Rp510 miliar per Maret 2020," pungkasnya.
(akr)
tulis komentar anda