Kapan RI Mencicipi Energi Nuklir? Ini Jawabannya
Selasa, 08 Desember 2020 - 17:54 WIB
JAKARTA - Pemerintah sedang gencar-gencarnya untuk pindah haluan dari energi fosil menuju ramah lingkungan. Namun untuk penggunaan energi nuklir belum akan dilakukan dalam waktu dekat. Deputi Bidang Kemaritiman dan Sumber Daya Alam Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (Bappenas) Arifin Rudiyanto mengatakan untuk mengarah ke energi nuklir Indonesia masih sangat jauh. Pasalnya Indonesia baru akan menggunakan energi nuklir ketika sumber energi sudah habis.
“Kebijakan yang ada (energi nuklir) memang disebutkan tapi akan digunakan kalau semua eenergi sudah habis,” ujarnya dalam acara Pertamina Energy Webinar Energizing the Energy Transition, Selasa (8/12/2020).
Saat ini menurut Arifin, sumber energi masih sangat banyak. Apalagi, Indonesia juga sedang terus mengembangkan energi terbarukan, misalnya dengan cara mencapurkan minyak kelapa sawit untuk dijadikan bahan bakar minyak (BBM). Adapun target pengembangan energi biofuel untuk tahun 2020 diharapkan bisa mampu mencapai 10 kiloliter per tahun. Nantinya, produksi biofuel ini diharapkan mampu menyentuh angka 43 kiloliter per tahun di tahun 2045.
Hal ini berbeda dengan negara-negara lain di dunia yang akhirnya memilih menggunakan energi nuklir. Beberapa contoh negara yang sudah lebih dahulu menggunakanya seperti Amerika Serikat, Prancis, Korea Selatan hingga Rusia. “Nuklir solusi kalau yang lain tidak bisa dipakai lagi,” ucap Arifin.
Meskipun begitu lanjut Arifin, bukan berarti Indonesia tidak akan beralih juga ke energi nuklir. Seiring berjalannya waktu, bisa juga mulai dipersiapkan energi nuklir sebagai alternatif. Namun hal tersebut tidak akan terealisasi dalam waktu dekat. Karena untuk persiapan operasi pemanfaatan energi numlir ini diperlukan waktu 10 hingga 15 tahun. “Sambil jalan dari persiapan sampai operasi perlu 10-15 tahun. Kalau diputuskan sekarang, 10 tahun mungkin baru beroperasi sambil kembangkan energi lain,” jelasnya.
“Kebijakan yang ada (energi nuklir) memang disebutkan tapi akan digunakan kalau semua eenergi sudah habis,” ujarnya dalam acara Pertamina Energy Webinar Energizing the Energy Transition, Selasa (8/12/2020).
Saat ini menurut Arifin, sumber energi masih sangat banyak. Apalagi, Indonesia juga sedang terus mengembangkan energi terbarukan, misalnya dengan cara mencapurkan minyak kelapa sawit untuk dijadikan bahan bakar minyak (BBM). Adapun target pengembangan energi biofuel untuk tahun 2020 diharapkan bisa mampu mencapai 10 kiloliter per tahun. Nantinya, produksi biofuel ini diharapkan mampu menyentuh angka 43 kiloliter per tahun di tahun 2045.
Hal ini berbeda dengan negara-negara lain di dunia yang akhirnya memilih menggunakan energi nuklir. Beberapa contoh negara yang sudah lebih dahulu menggunakanya seperti Amerika Serikat, Prancis, Korea Selatan hingga Rusia. “Nuklir solusi kalau yang lain tidak bisa dipakai lagi,” ucap Arifin.
Meskipun begitu lanjut Arifin, bukan berarti Indonesia tidak akan beralih juga ke energi nuklir. Seiring berjalannya waktu, bisa juga mulai dipersiapkan energi nuklir sebagai alternatif. Namun hal tersebut tidak akan terealisasi dalam waktu dekat. Karena untuk persiapan operasi pemanfaatan energi numlir ini diperlukan waktu 10 hingga 15 tahun. “Sambil jalan dari persiapan sampai operasi perlu 10-15 tahun. Kalau diputuskan sekarang, 10 tahun mungkin baru beroperasi sambil kembangkan energi lain,” jelasnya.
(nng)
Lihat Juga :
tulis komentar anda