Kehadiran Bank Digital Diyakini Bakal Perkuat Industri Perbankan Indonesia
Selasa, 15 Desember 2020 - 21:18 WIB
JAKARTA - Meningkatnya digitalisasi di banyak sektor, pada akhirnya turut meningkatkan kebutuhan transaksi keuangan secara digital di masyarakat. Banyaknya alat pembayaran digital, untuk mendukung transaksi bisnis di perusahaan-perusahaan, mulai level startup hingga decacorn, juga membuat masyarakat Indonesia makin familiar dengan sistem keuangan digital.
(Baca Juga: Bisnis Keuangan Digital Terus Meroket, Pengamat Minta Ada Rasa Lokal )
Ekonom Universitas Pembangunan Nasional (UPN) Veteran Yogyakarta, Ardito Bhinadi mengatakan, Indonesia merupakan pasar besar yang sangat potensial bagi pengembangan ekonomi digital, termasuk perbankan digital. Apalagi saat ini hampir semua transaksi keuangan di berbagai kota utama di Indonesia sudah banyak menggunakan platform digital seperti Gopay, Sopheepay, Dana dan juga OVO.
"Pengalaman transaksi secara digital yang telah dirasakan oleh masyarakat membuat layanan keuangan ini makin diminati. Apalagi transaksi digital jauh lebih efisien dan bisa memenuhi kebutuhan konsumen secara lebih cepat," jelas Ardito.
Menurutnya demografi Indonesia yang semakin banyak penduduk usia milenial merupakan salah satu potensi pasar besar bagi layanan keuangan digital. Oleh karena itu, kehadiran bank digital menjadi sangat strategis bagi penguatan ekonomi Indonesia. Melalui smartphone yang dimiliki, nasabah bank digital memperoleh layanan keuangan digital yang mudah, murah dan cepat.
(Baca Juga: Pengembangan Neobank Harus Didukung Kesiapan Regulator )
Lebih lanjut Ardito mengungkapkan, dengan potensi pasar yang besar, Indonesia seharusnya memiliki banyak bank digital yang kuat mengingat pertumbuhan penduduk yang terus meningkat. Selain itu Indonesia juga diproyeksikan sebagai salah satu negeri dengan ekonomi terbesar keempat di dunia pada 2030.
"Digitalisasi ekonomi adalah kebutuhan mendesak dan ini harus dimanfaatkan oleh industri perbankan. Dengan regulasi yang makin baik oleh OJK, kehadiran bank-bank digital akan semakin melengkapi kekuatan bank-bank konvensional yang sudah ada," ungkapnya.
Berdasarkan proyeksi Standard Chartered pada tahun 2030 PDB Indonesia diperkirakan mencapai USD 10 triliun. Posisi Indonesia hanya dibawah Tiongkok (USD 64,2 triliun), India (USD 46,3 triliun) dan Amerika Serikat (USD 31 triliun).
(Baca Juga: Bisnis Keuangan Digital Terus Meroket, Pengamat Minta Ada Rasa Lokal )
Ekonom Universitas Pembangunan Nasional (UPN) Veteran Yogyakarta, Ardito Bhinadi mengatakan, Indonesia merupakan pasar besar yang sangat potensial bagi pengembangan ekonomi digital, termasuk perbankan digital. Apalagi saat ini hampir semua transaksi keuangan di berbagai kota utama di Indonesia sudah banyak menggunakan platform digital seperti Gopay, Sopheepay, Dana dan juga OVO.
"Pengalaman transaksi secara digital yang telah dirasakan oleh masyarakat membuat layanan keuangan ini makin diminati. Apalagi transaksi digital jauh lebih efisien dan bisa memenuhi kebutuhan konsumen secara lebih cepat," jelas Ardito.
Menurutnya demografi Indonesia yang semakin banyak penduduk usia milenial merupakan salah satu potensi pasar besar bagi layanan keuangan digital. Oleh karena itu, kehadiran bank digital menjadi sangat strategis bagi penguatan ekonomi Indonesia. Melalui smartphone yang dimiliki, nasabah bank digital memperoleh layanan keuangan digital yang mudah, murah dan cepat.
(Baca Juga: Pengembangan Neobank Harus Didukung Kesiapan Regulator )
Lebih lanjut Ardito mengungkapkan, dengan potensi pasar yang besar, Indonesia seharusnya memiliki banyak bank digital yang kuat mengingat pertumbuhan penduduk yang terus meningkat. Selain itu Indonesia juga diproyeksikan sebagai salah satu negeri dengan ekonomi terbesar keempat di dunia pada 2030.
"Digitalisasi ekonomi adalah kebutuhan mendesak dan ini harus dimanfaatkan oleh industri perbankan. Dengan regulasi yang makin baik oleh OJK, kehadiran bank-bank digital akan semakin melengkapi kekuatan bank-bank konvensional yang sudah ada," ungkapnya.
Berdasarkan proyeksi Standard Chartered pada tahun 2030 PDB Indonesia diperkirakan mencapai USD 10 triliun. Posisi Indonesia hanya dibawah Tiongkok (USD 64,2 triliun), India (USD 46,3 triliun) dan Amerika Serikat (USD 31 triliun).
tulis komentar anda