Imbas Inflasi 2020, Saat Ini Daya Beli Masih Rendah
Selasa, 05 Januari 2021 - 07:01 WIB
Ekonom Indef Nailul Huda mengatakan, inflasi yang rendah menjadi pekerjaan rumah (PR) pemerintah dalam pemulihan ekonomi secara nasional. “Walaupun dalam tiga bulan terakhir kita mengalami inflasi (dan meningkat), inflasi secara tahunan kita masih sangat rendah di angka 1,68%,” ucapnya. (Baca juga: 5 Fakta Parosmia, Gejala Baru Covid-19)
Menurut Nailul, rendahnya inflasi tahunan membuktikan kemampuan daya beli masyarakat meningkat dalam tiga bulan terakhir, tetapi relatif tetap rendah secara tahunan. Dalam perhitungan ekonomi/PDB konsumsi masyarakat akan sedikit membaik pada kuartal IV/2020. “Namun, masih tidak akan sebesar kuartal IV/2019. Jadi, pertumbuhan ekonomi masih akan minus,” ujarnya.
Sementara itu, menurut, Ekonom CORE Piter Abdullah, inflasi yang rendah ini memberi ruang kepada otoritas khususnya Bank Indonesia (BI) untuk tetap melanjutkan kebijakan moneter longgar dalam rangka mendukung upaya pemulihan ekonomi nasional. “BI untuk tetap melanjutkan kebijakan moneter longgar dalam rangka mendukung upaya pemulihan ekonomi nasional,” tandasnya.
Pertumbuhan Ekonomi
Di sisi lain, Ekonom Pefindo Fikri C Permana memproyeksikan pertumbuhan ekonomi Indonesia mencapai 4,5% pada tahun 2021. Untuk mencapai pertumbuhan tersebut ada berbagai hal yang menjadi faktor kunci terutama distribusi vaksin secara merata.
"Saat ini kami berpegang dengan skenario moderat dengan kemungkinan pertumbuhan ekonomi Indonesia di 4,5% sampai akhir tahun 2021," ujarnya. (Lihat videonya: Bangkai Pesawat Diduga Air Asia Ditemukan di Kalteng)
Menurut dia, tekanan global diperkirakan mulai berkurang di tahun ini. The Fed diperkirakan masih akan menjaga tingkat suku bunga di level yang rendah. Sementara itu, dengan terpilih Joe Biden sebagai Presiden Amerika Serikat (AS) diperkirakan perekonomian AS akan lebih stabil.
"Di saat yang sama kami juga melihat dari dalam negeri inflasi kita akan lebih baik dibandingkan tahun 2020. Kami harap inflasi sesuai perkiraan Bank Indonesia (BI) dalam kisaran 2%-4% di 2021 sehingga bisa menjadi peluang bagi BI untuk menurunkan suku bunga acuan," tuturnya. (Rina Anggreani/Oktiani Endarwati)
Menurut Nailul, rendahnya inflasi tahunan membuktikan kemampuan daya beli masyarakat meningkat dalam tiga bulan terakhir, tetapi relatif tetap rendah secara tahunan. Dalam perhitungan ekonomi/PDB konsumsi masyarakat akan sedikit membaik pada kuartal IV/2020. “Namun, masih tidak akan sebesar kuartal IV/2019. Jadi, pertumbuhan ekonomi masih akan minus,” ujarnya.
Sementara itu, menurut, Ekonom CORE Piter Abdullah, inflasi yang rendah ini memberi ruang kepada otoritas khususnya Bank Indonesia (BI) untuk tetap melanjutkan kebijakan moneter longgar dalam rangka mendukung upaya pemulihan ekonomi nasional. “BI untuk tetap melanjutkan kebijakan moneter longgar dalam rangka mendukung upaya pemulihan ekonomi nasional,” tandasnya.
Pertumbuhan Ekonomi
Di sisi lain, Ekonom Pefindo Fikri C Permana memproyeksikan pertumbuhan ekonomi Indonesia mencapai 4,5% pada tahun 2021. Untuk mencapai pertumbuhan tersebut ada berbagai hal yang menjadi faktor kunci terutama distribusi vaksin secara merata.
"Saat ini kami berpegang dengan skenario moderat dengan kemungkinan pertumbuhan ekonomi Indonesia di 4,5% sampai akhir tahun 2021," ujarnya. (Lihat videonya: Bangkai Pesawat Diduga Air Asia Ditemukan di Kalteng)
Menurut dia, tekanan global diperkirakan mulai berkurang di tahun ini. The Fed diperkirakan masih akan menjaga tingkat suku bunga di level yang rendah. Sementara itu, dengan terpilih Joe Biden sebagai Presiden Amerika Serikat (AS) diperkirakan perekonomian AS akan lebih stabil.
"Di saat yang sama kami juga melihat dari dalam negeri inflasi kita akan lebih baik dibandingkan tahun 2020. Kami harap inflasi sesuai perkiraan Bank Indonesia (BI) dalam kisaran 2%-4% di 2021 sehingga bisa menjadi peluang bagi BI untuk menurunkan suku bunga acuan," tuturnya. (Rina Anggreani/Oktiani Endarwati)
(ysw)
tulis komentar anda