Utang Luar Negeri Capai Rp5.800 Triliun pada Kuartal I/2020
Jum'at, 15 Mei 2020 - 12:49 WIB
JAKARTA - Bank Indonesia (BI) mencatat Utang Luar Negeri (ULN) Indonesia melambat. Posisi ULN Indonesia pada akhir kuartal I/2020 sebesar USD389,3 miliar atau sekitar Rp5.800 triliun dengan asumsi kurs Rp14.900 per dolar AS.
Adapun ULN terdiri dari sektor publik (Pemerintah dan bank sentral) sebesar USD183,8 miliar dan ULN sektor swasta (termasuk BUMN) sebesar USD205,5 miliar.
Direktur Eksekutif Komunikasi BI Onny Widjanarko mengatakan, ULN Indonesia tersebut tumbuh 0,5% secara tahunan (year-on-year/yoy), jauh lebih rendah dibandingkan pertumbuhan kuartal sebelumnya sebesar 7,8% (yoy).
"Perkembangan tersebut disebabkan oleh penurunan ULN publik dan perlambatan pertumbuhan ULN swasta," kata Onny di Jakarta, Jumat (15/5/2020). (Baca Juga : Virus Corona Bisa Bikin Utang Luar Negeri Kembali Melambat )
Dia melanjutkan, ULN Pemerintah mengalami penurunan. Posisi ULN Pemerintah pada akhir kuartal I/2020 tercatat sebesar USD181,0 miliar atau terkontraksi -3,6% (yoy), berbalik dari kondisi triwulan sebelumnya yang tumbuh sebesar 9,1% (yoy).
"Penurunan posisi ULN Pemerintah tersebut antara lain dipengaruhi oleh arus modal keluar dari pasar Surat Berharga Negara (SBN) dan pembayaran SBN yang telah jatuh tempo," katanya.
Dia melanjutkan, pengelolaan ULN Pemerintah dilakukan secara hati-hati dan akuntabel untuk mendukung belanja prioritas pada sektor produktif yang mendukung pertumbuhan ekonomi dan kesejahteraan masyarakat.
"Sektor produktif tersebut mencakup sektor jasa kesehatan dan kegiatan sosial (23,1% dari total ULN Pemerintah), sektor konstruksi (16,3%), sektor jasa pendidikan (16,0%), sektor jasa keuangan dan asuransi (13,3%), serta sektor administrasi pemerintah, pertahanan, dan jaminan sosial wajib (11,5%)," katanya.
Dia menambahkan, tren perlambatan ULN swasta masih berlanjut. ULN swasta pada akhir kuartal I/2020 tumbuh 4,5% (yoy), lebih rendah dibandingkan dengan pertumbuhan triwulan sebelumnya sebesar 6,6% (yoy).
Perkembangan ini disebabkan oleh kontraksi pertumbuhan ULN lembaga keuangan dan melambatnya pertumbuhan ULN perusahaan bukan lembaga keuangan. "Pada akhir kuartal I/2020, ULN lembaga keuangan terkontraksi -2,3% (yoy), berbalik arah dari triwulan sebelumnya yang tumbuh 3,6% (yoy)," ungkapnya.
Dia menambahkan, ULN perusahaan bukan lembaga keuangan juga tumbuh melambat dari 7,6% (yoy) pada kuartal IV/2019 menjadi 6,7% (yoy) pada kuartal I/2020.
"Beberapa sektor dengan pangsa ULN terbesar, yakni mencapai 77,7% dari total ULN swasta, adalah sektor jasa keuangan dan asuransi, sektor pengadaan listrik, gas, uap/air panas dan udara dingin (LGA), sektor pertambangan & penggalian, dan sektor industri pengolahan," pungkasnya.
Adapun ULN terdiri dari sektor publik (Pemerintah dan bank sentral) sebesar USD183,8 miliar dan ULN sektor swasta (termasuk BUMN) sebesar USD205,5 miliar.
Direktur Eksekutif Komunikasi BI Onny Widjanarko mengatakan, ULN Indonesia tersebut tumbuh 0,5% secara tahunan (year-on-year/yoy), jauh lebih rendah dibandingkan pertumbuhan kuartal sebelumnya sebesar 7,8% (yoy).
"Perkembangan tersebut disebabkan oleh penurunan ULN publik dan perlambatan pertumbuhan ULN swasta," kata Onny di Jakarta, Jumat (15/5/2020). (Baca Juga : Virus Corona Bisa Bikin Utang Luar Negeri Kembali Melambat )
Dia melanjutkan, ULN Pemerintah mengalami penurunan. Posisi ULN Pemerintah pada akhir kuartal I/2020 tercatat sebesar USD181,0 miliar atau terkontraksi -3,6% (yoy), berbalik dari kondisi triwulan sebelumnya yang tumbuh sebesar 9,1% (yoy).
"Penurunan posisi ULN Pemerintah tersebut antara lain dipengaruhi oleh arus modal keluar dari pasar Surat Berharga Negara (SBN) dan pembayaran SBN yang telah jatuh tempo," katanya.
Dia melanjutkan, pengelolaan ULN Pemerintah dilakukan secara hati-hati dan akuntabel untuk mendukung belanja prioritas pada sektor produktif yang mendukung pertumbuhan ekonomi dan kesejahteraan masyarakat.
"Sektor produktif tersebut mencakup sektor jasa kesehatan dan kegiatan sosial (23,1% dari total ULN Pemerintah), sektor konstruksi (16,3%), sektor jasa pendidikan (16,0%), sektor jasa keuangan dan asuransi (13,3%), serta sektor administrasi pemerintah, pertahanan, dan jaminan sosial wajib (11,5%)," katanya.
Dia menambahkan, tren perlambatan ULN swasta masih berlanjut. ULN swasta pada akhir kuartal I/2020 tumbuh 4,5% (yoy), lebih rendah dibandingkan dengan pertumbuhan triwulan sebelumnya sebesar 6,6% (yoy).
Perkembangan ini disebabkan oleh kontraksi pertumbuhan ULN lembaga keuangan dan melambatnya pertumbuhan ULN perusahaan bukan lembaga keuangan. "Pada akhir kuartal I/2020, ULN lembaga keuangan terkontraksi -2,3% (yoy), berbalik arah dari triwulan sebelumnya yang tumbuh 3,6% (yoy)," ungkapnya.
Dia menambahkan, ULN perusahaan bukan lembaga keuangan juga tumbuh melambat dari 7,6% (yoy) pada kuartal IV/2019 menjadi 6,7% (yoy) pada kuartal I/2020.
"Beberapa sektor dengan pangsa ULN terbesar, yakni mencapai 77,7% dari total ULN swasta, adalah sektor jasa keuangan dan asuransi, sektor pengadaan listrik, gas, uap/air panas dan udara dingin (LGA), sektor pertambangan & penggalian, dan sektor industri pengolahan," pungkasnya.
(ind)
tulis komentar anda