Kesenjangan Akibat Pandemi Melebar, Dunia Harus Turun Tangan
Selasa, 02 Februari 2021 - 05:21 WIB
Data kekayaan para miliarder justru meningkat USD3,9 triliun antara Maret hingga Desember 2020 hingga mencapai USD11,95 triliun. Kekayaan 10 miliarder termasuk Bezos, Musk, hingga Bernard Arnault, Bill Gates dan Mark Zuckerberg meningkat USD540 pada periode yang sama.
Kemudian, pajak terhadap keuntungan 32 korporasi global yang untung selama pandemi juga bisa mencapai USD104 miliar pada 2020. Oxfam menyebut jumlah kekayaan tersebut cukup untuk mengatasi kemiskinan yang dihasilkan dari pandemi dan membayar vaksin bagi semua orang di seluruh dunia.
Di sisi lain, dengan data yang disediakan Bank Dunia, Oxfam menyebutkan skenario terburuk tingkat kemiskinan global akan mencapai titik tertinggi pada 2030 di mana 3,4 miliar orang hanya berpendapatan USD5,5 (Rp77.000) per hari.
“Perempuan dan ras serta kelompok etnik yang termarjinalkan semakin menderita pada krisisi ini. Mereka akan lebih jauh lagi terjebak dalam kemiskinan, semakin lapar, dan semakin jauh mendapatkan perawatan kesehatan,” kata Bucher.
Selain perlunya pemerintah menjamin semua orang mendapatkan akses terhadap virus korona dan bantuan keuangan jika kehilangan pekerjaan, Bucher menyarankan kebijakan dunia pascapandemi harus fokus mengakhiri kemiskinan dan melindungi planet.
(Baca juga: Hati-hati! Kemiskinan Melonjak dan Pengangguran Meledak Capai 4,5 Juta Orang )
Bucher menegaskan, pemerintah di seluruh dunia memiliki kesempatan untuk membangun pemulihan ekonomi yang lebih ramah lingkungan dan adil. “Pemerintah harus menginvestisikan pada pelayanan publik dan sektor rendah karbon untuk menciptakan jutaan pekerjaan baru dan menjamin semua orang mendapatkan akses terhadap pendidikan, kesehatan dan perawatan sosial,” ujar Bucher.
“Mereka harus menjamin orang kaya dan perusahaan berkontribusi terhadap pajak yang adil,” paparnya. Dia juga mengatakan, situasi normal baru dalam ekonomi harus bekerja menguntungkan semua orang, bukan hanya sebagian kecil orang saja. Pemerintah di seluruh dunia juga harus membangun kebijakan yang transformatif dan perusahaan untuk melindungi para pekerjanya.
Dalam pandangan profesor ekonomi Universitas Massachusetts Amherst, Jayati Ghosh, kerja sama internaisonal menjadi tantangan yang harus diimplementasikan. Dia menjelaskan pemerintahan baru Amerika Serikat Joe Biden menunjukkan keinginan bergabung dalam mengatasi termasuk penanganan tax haven dan bailout untuk negara berkembang. “Ada banyak tantangan, tetapi banyak hal yang bisa dilakukan secepatnya,” katanya.
Tahun lalu, Oxfam juga menyebutkan kesenjangan orang kaya dan miskin juga bertambah lebar. Pada 2019, jumlah miliarder dunia jumlahnya mencapai 2.153 orang. Walau jumlahnya sedikit ternyata kekayaan mereka melebihi kekayaan 4,6 miliar orang di dunia. Padahal populasi benua diperkirakan mencapai 7,8 miliar pada 2020. Artinya ada 0,00003% orang yang lebih kaya dibanding hampir 60% orang di dunia. Jika 22 orang terkaya di dunia digabungkan kekayaannya, maka mereka masih tetap lebih kaya dibandingkan seluruh kekayaan wanita di Benua Afrika.
Kemudian, pajak terhadap keuntungan 32 korporasi global yang untung selama pandemi juga bisa mencapai USD104 miliar pada 2020. Oxfam menyebut jumlah kekayaan tersebut cukup untuk mengatasi kemiskinan yang dihasilkan dari pandemi dan membayar vaksin bagi semua orang di seluruh dunia.
Di sisi lain, dengan data yang disediakan Bank Dunia, Oxfam menyebutkan skenario terburuk tingkat kemiskinan global akan mencapai titik tertinggi pada 2030 di mana 3,4 miliar orang hanya berpendapatan USD5,5 (Rp77.000) per hari.
“Perempuan dan ras serta kelompok etnik yang termarjinalkan semakin menderita pada krisisi ini. Mereka akan lebih jauh lagi terjebak dalam kemiskinan, semakin lapar, dan semakin jauh mendapatkan perawatan kesehatan,” kata Bucher.
Selain perlunya pemerintah menjamin semua orang mendapatkan akses terhadap virus korona dan bantuan keuangan jika kehilangan pekerjaan, Bucher menyarankan kebijakan dunia pascapandemi harus fokus mengakhiri kemiskinan dan melindungi planet.
(Baca juga: Hati-hati! Kemiskinan Melonjak dan Pengangguran Meledak Capai 4,5 Juta Orang )
Bucher menegaskan, pemerintah di seluruh dunia memiliki kesempatan untuk membangun pemulihan ekonomi yang lebih ramah lingkungan dan adil. “Pemerintah harus menginvestisikan pada pelayanan publik dan sektor rendah karbon untuk menciptakan jutaan pekerjaan baru dan menjamin semua orang mendapatkan akses terhadap pendidikan, kesehatan dan perawatan sosial,” ujar Bucher.
“Mereka harus menjamin orang kaya dan perusahaan berkontribusi terhadap pajak yang adil,” paparnya. Dia juga mengatakan, situasi normal baru dalam ekonomi harus bekerja menguntungkan semua orang, bukan hanya sebagian kecil orang saja. Pemerintah di seluruh dunia juga harus membangun kebijakan yang transformatif dan perusahaan untuk melindungi para pekerjanya.
Dalam pandangan profesor ekonomi Universitas Massachusetts Amherst, Jayati Ghosh, kerja sama internaisonal menjadi tantangan yang harus diimplementasikan. Dia menjelaskan pemerintahan baru Amerika Serikat Joe Biden menunjukkan keinginan bergabung dalam mengatasi termasuk penanganan tax haven dan bailout untuk negara berkembang. “Ada banyak tantangan, tetapi banyak hal yang bisa dilakukan secepatnya,” katanya.
Tahun lalu, Oxfam juga menyebutkan kesenjangan orang kaya dan miskin juga bertambah lebar. Pada 2019, jumlah miliarder dunia jumlahnya mencapai 2.153 orang. Walau jumlahnya sedikit ternyata kekayaan mereka melebihi kekayaan 4,6 miliar orang di dunia. Padahal populasi benua diperkirakan mencapai 7,8 miliar pada 2020. Artinya ada 0,00003% orang yang lebih kaya dibanding hampir 60% orang di dunia. Jika 22 orang terkaya di dunia digabungkan kekayaannya, maka mereka masih tetap lebih kaya dibandingkan seluruh kekayaan wanita di Benua Afrika.
Lihat Juga :
tulis komentar anda