RI Baru Mau Bangun Industri Baterai Kendaraan Listrik, Investor Asing Sudah Melirik
Selasa, 02 Februari 2021 - 17:22 WIB
JAKARTA - Kementerian Badan Usaha Milik Negara (BUMN) mengklaim ekosistem industri baterai kendaraan listrik menjadi wacana yang menarik perhatian investor dalam dan luar negeri. Perhatian itu didasari pada bentuk energi masa depan di hampir banyak negara yang akan dikonversi menjadi baterai.
Ketertarikan investor tersebut diperoleh Wakil Menteri (Wamen) BUMN I, Pahala Nugraha Mansury saat menghadiri sejumlah webinar. Dia bercerita, dalam kesempatan itu, para investor memintanya untuk menyampaikan kesiapan Indonesia dalam merespon energi terbarukan (renewable energy), khususnya pembangunan ekosistem industri baterai kendaraan listrik.
"Saya sendiri beberapa waktu yang lalu diundang di beberapa acara webinar sebagai pembicara atau konferensi yang dihadiri oleh investor dalam dan luar negeri, dan memang mereka semua sampaikan salah satu topik yang mereka minta saya bicarakan adalah di bidang karbon atau terkait dengan renewable energy, khususnya mengenai topik baterai," ujar Pahala di Jakarta, Selasa (2/2/2021).
Indonesia dinilai mampu membangun industri baterai kendaraan listrik secara terintegrasi. Keyakinan itu bertolak dari kondisi ekonomi Indonesia yang diklaim menempati posisi ke-7 sebagai negara dengan ekonomi terkuat di dunia pada tahun 2020.
Pertumbuhan ekonomi yang baik akan mempengaruhi kemampuan otoritas suatu negara untuk mengeksplorasi dan mengelola industri baterai. Dalam konteks itu, Indonesia memiliki kekuatan yang mumpuni untuk mendorong perkembangan industri baterai kendaraan listrik yang tengah digodok sejumlah BUMN Engeri.
"Disisi lain, kita sebagai negara yang memiliki posisi yang sangat kuat sumber daya mineral hulu, khususnya saat ini adalah mineral yang sangat dibutuhkan untuk melakukan atau untuk memproduksi baterai. Salah satu kandungan yang paling utama untuk produksi baterai adalah nikel dan Indonesia memiliki cadangan nomor 1 untuk bisa berproduksi nikel di dunia saat ini," kata dia.
Tim Percepatan pembangunan industri baterai kendaraan listrik sendiri tengah menyusun roadmap atau peta jalan industri baterai hingga tajun 2027 mendatang. Untuk mendukung hal itu, pemerintah tengah menggenjot pembangunan Stasiun Pengisian Kendaraan Listrik Umum (SPKLU) dan Stasiun Penukaran Baterai Kendaraan Listrik Umum (SPBKLU).
Saat ini, sudah ada 32 titik SPKLU di 22 lokasi dan proyek percontohan (pilot project) 33 SPBKLU. Sementara pada 2021, direncanakan akan ada pengembangan sistem penyimpanan energi atau Energy Storage System (ESS).
Pada 2022 OEM ditargetkan akan mulai memproduksi kendaraan listrik di Indonesia. Lalu, pada 2024 smelter High Pressure Acid Leaching (HPAL) ditargetkan mulai beroperasi yang dikembangkan oleh PT Aneka Tambang Tbk dan pabrik Pabrik Precursor baterai dan katoda mulai beroperasi yang dikerjakan Pertamina dan MIND ID.
Ketertarikan investor tersebut diperoleh Wakil Menteri (Wamen) BUMN I, Pahala Nugraha Mansury saat menghadiri sejumlah webinar. Dia bercerita, dalam kesempatan itu, para investor memintanya untuk menyampaikan kesiapan Indonesia dalam merespon energi terbarukan (renewable energy), khususnya pembangunan ekosistem industri baterai kendaraan listrik.
"Saya sendiri beberapa waktu yang lalu diundang di beberapa acara webinar sebagai pembicara atau konferensi yang dihadiri oleh investor dalam dan luar negeri, dan memang mereka semua sampaikan salah satu topik yang mereka minta saya bicarakan adalah di bidang karbon atau terkait dengan renewable energy, khususnya mengenai topik baterai," ujar Pahala di Jakarta, Selasa (2/2/2021).
Indonesia dinilai mampu membangun industri baterai kendaraan listrik secara terintegrasi. Keyakinan itu bertolak dari kondisi ekonomi Indonesia yang diklaim menempati posisi ke-7 sebagai negara dengan ekonomi terkuat di dunia pada tahun 2020.
Pertumbuhan ekonomi yang baik akan mempengaruhi kemampuan otoritas suatu negara untuk mengeksplorasi dan mengelola industri baterai. Dalam konteks itu, Indonesia memiliki kekuatan yang mumpuni untuk mendorong perkembangan industri baterai kendaraan listrik yang tengah digodok sejumlah BUMN Engeri.
"Disisi lain, kita sebagai negara yang memiliki posisi yang sangat kuat sumber daya mineral hulu, khususnya saat ini adalah mineral yang sangat dibutuhkan untuk melakukan atau untuk memproduksi baterai. Salah satu kandungan yang paling utama untuk produksi baterai adalah nikel dan Indonesia memiliki cadangan nomor 1 untuk bisa berproduksi nikel di dunia saat ini," kata dia.
Baca Juga
Tim Percepatan pembangunan industri baterai kendaraan listrik sendiri tengah menyusun roadmap atau peta jalan industri baterai hingga tajun 2027 mendatang. Untuk mendukung hal itu, pemerintah tengah menggenjot pembangunan Stasiun Pengisian Kendaraan Listrik Umum (SPKLU) dan Stasiun Penukaran Baterai Kendaraan Listrik Umum (SPBKLU).
Saat ini, sudah ada 32 titik SPKLU di 22 lokasi dan proyek percontohan (pilot project) 33 SPBKLU. Sementara pada 2021, direncanakan akan ada pengembangan sistem penyimpanan energi atau Energy Storage System (ESS).
Pada 2022 OEM ditargetkan akan mulai memproduksi kendaraan listrik di Indonesia. Lalu, pada 2024 smelter High Pressure Acid Leaching (HPAL) ditargetkan mulai beroperasi yang dikembangkan oleh PT Aneka Tambang Tbk dan pabrik Pabrik Precursor baterai dan katoda mulai beroperasi yang dikerjakan Pertamina dan MIND ID.
(akr)
Lihat Juga :
tulis komentar anda