Rahasia di Balik Sukses Perusahaan Berusia Ratusan Tahun
Sabtu, 06 Februari 2021 - 18:19 WIB
Salah satunya adalah mempertahankan tradisi. Karena tradisi yang relatif baik misalnya profesionalitas.
“Keputusan rasional is ok. Kalau tradisi yang menghambat ya susah juga dipertahankan,” tegasnya.
Dia menambahkan, perusahaan di Jepang banyak menekankan keberlanjutan perusahaan dibandingkan meningkatkan laba dalam waktu cepat. Selain itu, perusahaan menjadi warisan keluarga yang harus terus dijaga.
Selain itu, panjangnya perjalanan bisnis atau perusahaan di Jepang juga karena mereka lebih harmonis dibandingkan perusahaan di negara Barat seperti di Amerika.
Pengamat pemasaran dari Inventure Yuswohadi menegaskan, perusahaan di Jepang lebih banyak memikirkan bagaimana keharmonisan berbeda dengan perusahaan Amerika yang lebih condong ke arah kompetensi. Bahkan, dia mencontohkan seperti yang dialami oleh Toyota yang pertumbuhannya lambat, namun konsisten dibandingkan dengan GM (General Motors) atau perusahaan lainnya dari negara barat.
“Mereka lebih cenderung agresif karena memang budayanya kompetitif. Jadi, mereka merekrut profesional karena yang ditampilkan performa berbeda dengan Jepang di mana dibutuhkan adalah dedikasi,” tegasnya.
Dia mengakui, pengelolaan yang konservatif sangat lambat, namun pertumbuhannya konsisten. Dia mengibaratkan, jika perusaan Jepang adalah maraton, sedangkan perusahaan Amerika adalah sprinter.
Menurutnya, budaya Asia berbeda dengan budaya barat. Bahkan, budaya Jepang juga jarang dipengaruhi oleh budaya barat.
”Berbeda dengan China yang sekarang sudah lebih kapitalis,” tukasnya. Dia menambahkan, CEO perusahaan Jepang bersifat komunal. Menurut Yuswohadi, kultur yang paling penting dari strategi pemasaran produk dalam perusahaan Jepang adalah konsitensinya. Itu juga menjadi yang utama dalam perusahaan di Jepang.
Sedangkan apa yang terjadi di Indonesia sebenarnya hampir mirip dengan Jepang. Namun, saat ini banyak perusahaan yang sudah dipegang oleh generasi ketiga, sehingga pola pikir pimpinannya sudah sangat kebarat-baratan.
“Keputusan rasional is ok. Kalau tradisi yang menghambat ya susah juga dipertahankan,” tegasnya.
Dia menambahkan, perusahaan di Jepang banyak menekankan keberlanjutan perusahaan dibandingkan meningkatkan laba dalam waktu cepat. Selain itu, perusahaan menjadi warisan keluarga yang harus terus dijaga.
Selain itu, panjangnya perjalanan bisnis atau perusahaan di Jepang juga karena mereka lebih harmonis dibandingkan perusahaan di negara Barat seperti di Amerika.
Pengamat pemasaran dari Inventure Yuswohadi menegaskan, perusahaan di Jepang lebih banyak memikirkan bagaimana keharmonisan berbeda dengan perusahaan Amerika yang lebih condong ke arah kompetensi. Bahkan, dia mencontohkan seperti yang dialami oleh Toyota yang pertumbuhannya lambat, namun konsisten dibandingkan dengan GM (General Motors) atau perusahaan lainnya dari negara barat.
“Mereka lebih cenderung agresif karena memang budayanya kompetitif. Jadi, mereka merekrut profesional karena yang ditampilkan performa berbeda dengan Jepang di mana dibutuhkan adalah dedikasi,” tegasnya.
Dia mengakui, pengelolaan yang konservatif sangat lambat, namun pertumbuhannya konsisten. Dia mengibaratkan, jika perusaan Jepang adalah maraton, sedangkan perusahaan Amerika adalah sprinter.
Menurutnya, budaya Asia berbeda dengan budaya barat. Bahkan, budaya Jepang juga jarang dipengaruhi oleh budaya barat.
”Berbeda dengan China yang sekarang sudah lebih kapitalis,” tukasnya. Dia menambahkan, CEO perusahaan Jepang bersifat komunal. Menurut Yuswohadi, kultur yang paling penting dari strategi pemasaran produk dalam perusahaan Jepang adalah konsitensinya. Itu juga menjadi yang utama dalam perusahaan di Jepang.
Sedangkan apa yang terjadi di Indonesia sebenarnya hampir mirip dengan Jepang. Namun, saat ini banyak perusahaan yang sudah dipegang oleh generasi ketiga, sehingga pola pikir pimpinannya sudah sangat kebarat-baratan.
Lihat Juga :
tulis komentar anda