Wuih Top! Kalbe Farma Kantongi Lisensi Obat Corona Rp15 Triliun
Jum'at, 19 Februari 2021 - 16:21 WIB
JAKARTA - PT Kalbe Farma Tbk (KLBF) melalui anak usahanya PT Kalbe Genexine Biologics (KGBio) menandatangani perjanjian lisensi dengan Genexine Korea Selatan untuk mengembangkan dan melakukan komersialisasi obat imuno -onkologi GX-I7 (Efineptakin Alpha), yakni long-acting interleukin-7 yang menggunakan platform teknologi hyFc Genexine. Lisensi pengembangan dan komersialisasi meliputi wilayah Timur Tengah, Oceania, India, Afrika dan seluruh wilayah Asia kecuali Cina, Jepang dan Korea.
Presiden Direktur PT Kalbe Genexine Biologics, Sie Djohan mengatakan, perjanjian lisensi tersebut secara keseluruhan bernilai USD1,1 miliar atau sekitar Rp15,4 triliun termasuk upfront payment senilai USD27 juta dan akan diikuti dengan milestone registrasi dan komersialisasi serta royalti sebesar 10 persen terhadap pendapatan penjualan.
"Kesepakatan lisensi obat GX-I7 antara KGBio dan Genexine merupakan kesepakatan yang sangat strategis dan penting bagi KGBIo untuk membangun portofolio produk sehingga dapat menyediakan produk therapeutic yang inovatif untuk 655 juta populasi di Asia Tenggara melalui jaringan penjualan dan pemasaran Kalbe dan terus dikembangkan di wilayah India, Oceania dan Timur Tengah," ujar Djohan dikutip dari keterbukaan informasi BEI, Jumat (19/2/2021).
Djohan menambahkan, melalui lisensi ini akan terbangun kolaborasi antara KGBio dengan banyak partner global yang akan membawa KGBio ke level berikutnya untuk menjadi perusahaan bioteknologi terkemuka di Asia Tenggara. Sementara itu, CEO Genexine, Dr Sung, mengatakan, kesepakatan lisensi dengan KGBio telah membuktikan produk GX-I7 memiliki value yang sangat tinggi.
"Genexine akan terus berkolaborasi secara aktif dengan partner global untuk membuktikan agar obat GX-I7 diakui sebagai obat imuno-onkologi yang inovatif," kata Sung.
Selain uji klinik GX-I7 yang dilakukan sebagai obat imuno-onkologi, KGBio juga sedang melakukan uji klinik fase-2 untuk obat Covid-19 di Indonesia dengan harapan dapat mengurangi resiko pasien Covid-19 ke kondisi yang lebih parah. Sebelumnya KGBio telah mendapat persetujuan pelaksanan uji klinik (PPUK) dari Badan Pengawas Obat dan Makanan Republik Indonesia (BPOM).
GX-I7 adalah satu-satunya long-acting interleukin-7 dalam pengembangan di dunia yang dapat meningkatkan jumlah limfosit absolut. Peningkatan jumlah limfosit oleh GX-I7 inilah yang dapat mencegah perburukan kondisi pasien COVID-19 mild atau asymptomatic terutama pada populasi rentan seperti orang tua dengan mengaktivasi T-cells dan system imun pada tahap awal infeksi COVID-19.
Sebagai tambahan, KGBio juga berencana melakukan kombinasi uji klinik GX-I7 dengan anti-PD1 HLX10 untuk meningkatkan dan memperluas value dari keseluruhan pipeline. Akhir Januari 2021 KGBio juga telah menerima investasi dari General Atlantic suatu perusahaan financial investor global dari Amerika Serikat sebesar USD 55 juta sebagai modal inti (primary capital) kepada KGBIo.
Pada tahun 2016, KGBio mendapatkan lisensi long-acting erythropoietin GX-E4 (Efepoetin alfa) dari Genexine untuk terapi anemia, dan saat ini sedang melakukan uji klinis fase 3 di Australia, Taiwan, dan ASEAN. Tahun 2019, KGBio juga menandatangani perjanjian lisensi dengan Henlius (HK 2696), anak perusahaan Fosun Pharma, dengan nilai USD 692 juta, dan menambahkan immune checkpoint inhibitor HLX10 ke dalam portofolionya.
Presiden Direktur PT Kalbe Genexine Biologics, Sie Djohan mengatakan, perjanjian lisensi tersebut secara keseluruhan bernilai USD1,1 miliar atau sekitar Rp15,4 triliun termasuk upfront payment senilai USD27 juta dan akan diikuti dengan milestone registrasi dan komersialisasi serta royalti sebesar 10 persen terhadap pendapatan penjualan.
"Kesepakatan lisensi obat GX-I7 antara KGBio dan Genexine merupakan kesepakatan yang sangat strategis dan penting bagi KGBIo untuk membangun portofolio produk sehingga dapat menyediakan produk therapeutic yang inovatif untuk 655 juta populasi di Asia Tenggara melalui jaringan penjualan dan pemasaran Kalbe dan terus dikembangkan di wilayah India, Oceania dan Timur Tengah," ujar Djohan dikutip dari keterbukaan informasi BEI, Jumat (19/2/2021).
Djohan menambahkan, melalui lisensi ini akan terbangun kolaborasi antara KGBio dengan banyak partner global yang akan membawa KGBio ke level berikutnya untuk menjadi perusahaan bioteknologi terkemuka di Asia Tenggara. Sementara itu, CEO Genexine, Dr Sung, mengatakan, kesepakatan lisensi dengan KGBio telah membuktikan produk GX-I7 memiliki value yang sangat tinggi.
"Genexine akan terus berkolaborasi secara aktif dengan partner global untuk membuktikan agar obat GX-I7 diakui sebagai obat imuno-onkologi yang inovatif," kata Sung.
Selain uji klinik GX-I7 yang dilakukan sebagai obat imuno-onkologi, KGBio juga sedang melakukan uji klinik fase-2 untuk obat Covid-19 di Indonesia dengan harapan dapat mengurangi resiko pasien Covid-19 ke kondisi yang lebih parah. Sebelumnya KGBio telah mendapat persetujuan pelaksanan uji klinik (PPUK) dari Badan Pengawas Obat dan Makanan Republik Indonesia (BPOM).
GX-I7 adalah satu-satunya long-acting interleukin-7 dalam pengembangan di dunia yang dapat meningkatkan jumlah limfosit absolut. Peningkatan jumlah limfosit oleh GX-I7 inilah yang dapat mencegah perburukan kondisi pasien COVID-19 mild atau asymptomatic terutama pada populasi rentan seperti orang tua dengan mengaktivasi T-cells dan system imun pada tahap awal infeksi COVID-19.
Sebagai tambahan, KGBio juga berencana melakukan kombinasi uji klinik GX-I7 dengan anti-PD1 HLX10 untuk meningkatkan dan memperluas value dari keseluruhan pipeline. Akhir Januari 2021 KGBio juga telah menerima investasi dari General Atlantic suatu perusahaan financial investor global dari Amerika Serikat sebesar USD 55 juta sebagai modal inti (primary capital) kepada KGBIo.
Pada tahun 2016, KGBio mendapatkan lisensi long-acting erythropoietin GX-E4 (Efepoetin alfa) dari Genexine untuk terapi anemia, dan saat ini sedang melakukan uji klinis fase 3 di Australia, Taiwan, dan ASEAN. Tahun 2019, KGBio juga menandatangani perjanjian lisensi dengan Henlius (HK 2696), anak perusahaan Fosun Pharma, dengan nilai USD 692 juta, dan menambahkan immune checkpoint inhibitor HLX10 ke dalam portofolionya.
(nng)
tulis komentar anda