Imbas Dampak Corona, 5,2 Juta Pekerja Terancam Menganggur
Sabtu, 18 April 2020 - 10:02 WIB
Keadaan yang tidak pasti sampai kapan masa darurat ini berakhir juga membuat pengusaha akhirnya mengambil kebijakan dengan mengurangi pengeluaran. Satu di antaranya dengan merumahkan, bahkan melakukan PHK. Solihin menambahkan, sudah tidak ada harapan untuk menambah pendapatan karena dari Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) memperpanjang masa darurat Covid-19 hingga 29 Mei 2020.
“Itu artinya setelah Lebaran di mana seharusnya masa-masa puncak penjualan para ritel, pergeseran konsumsi pasti terjadi. Mereka lebih memilih kebutuhan pokok ketimbang pakaian atau barang lain,” ungkap dia.
Aprindo juga memastikan akan selalu memantau anggota mereka untuk bertanggung jawab sesuai peraturan UU. Bagi ritel memang tidak semua anjlok karena consumer good masih berjalan.
Meskipun begitu, para pengusaha ini tetap khawatir karena harus melindungi karyawannya semaksimal mungkin saat masih bekerja di tengah pandemi Covid-19. “Bagaimanapun para pengusaha harus terus bisa memberikan pelayanan kepada masyarakat dan melindungi karyawan. Tidak ada yang senang dengan situasi seperti sekarang ini,” ucap pria yang juga menjabat sebagai corporate affairs director Alfamart ini.
Menanggapi PHK yang kini terjadi akibat pandemi Covid-19, Direktur Eksekutif Institute for Development of Economics and Finance (Indef) Eko Listiyanto mengatakan, ekonomi Indonesia memang tengah melambat sebelum pandemi ini muncul. Perekonomian di Indonesia diprediksi tumbuh hanya sekitar 2%, bahkan Indef memiliki perhitungan sendiri yakni hanya 1,4%.
Lantas, benarkah Indonesia akan mengalami nasib seperti 1998 saat krisis moneter?
“Saya masih optimistis krisis yang kita alami sekarang ini tidak akan sampai seperti 1998. PDB tidak akan seperti dulu minus sampai 13%. Ditambah situasi masyarakat yang masih kondusif sehingga tidak terlalu mengkhawatirkan seperti dulu,” ungkap dia. (Ananda Nararya/Rina Anggraeni)
“Itu artinya setelah Lebaran di mana seharusnya masa-masa puncak penjualan para ritel, pergeseran konsumsi pasti terjadi. Mereka lebih memilih kebutuhan pokok ketimbang pakaian atau barang lain,” ungkap dia.
Aprindo juga memastikan akan selalu memantau anggota mereka untuk bertanggung jawab sesuai peraturan UU. Bagi ritel memang tidak semua anjlok karena consumer good masih berjalan.
Meskipun begitu, para pengusaha ini tetap khawatir karena harus melindungi karyawannya semaksimal mungkin saat masih bekerja di tengah pandemi Covid-19. “Bagaimanapun para pengusaha harus terus bisa memberikan pelayanan kepada masyarakat dan melindungi karyawan. Tidak ada yang senang dengan situasi seperti sekarang ini,” ucap pria yang juga menjabat sebagai corporate affairs director Alfamart ini.
Menanggapi PHK yang kini terjadi akibat pandemi Covid-19, Direktur Eksekutif Institute for Development of Economics and Finance (Indef) Eko Listiyanto mengatakan, ekonomi Indonesia memang tengah melambat sebelum pandemi ini muncul. Perekonomian di Indonesia diprediksi tumbuh hanya sekitar 2%, bahkan Indef memiliki perhitungan sendiri yakni hanya 1,4%.
Lantas, benarkah Indonesia akan mengalami nasib seperti 1998 saat krisis moneter?
“Saya masih optimistis krisis yang kita alami sekarang ini tidak akan sampai seperti 1998. PDB tidak akan seperti dulu minus sampai 13%. Ditambah situasi masyarakat yang masih kondusif sehingga tidak terlalu mengkhawatirkan seperti dulu,” ungkap dia. (Ananda Nararya/Rina Anggraeni)
(ysw)
tulis komentar anda