Gara-Gara Covid-19, Target Lifting Migas Tahun Ini Bisa Tak Tercapai
Minggu, 19 April 2020 - 17:48 WIB
JAKARTA - Satuan Kerja Khusus Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi (SKK Migas) pesimistis produksi siap jual (lifting) migas mencapai target tahun ini karena terdampak pandemi Covid-19. Selain itu, disebabkan lantaran rendahnya harga minyak dunia dan melemahnya nilai tukar rupiah terhadap dolar AS.
"Lifting migas akan semakin tertekan akibat Covid-19, rendahnya harga minyak dan melemahnya nilai tukar rupiah terhadap dolar AS sehingga sulit untuk mencapai target yang ditetapkan di dalam Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) 2020," ujar Kepala SKK Migas Dwi Soetjipto, di Jakarta, Minggu (19/4/2020).
Menurut dia akan terjadi penurunan outlook lifting migas tahun ini. Berdasarkan laporan SKK Migas lifting migas tahun ini hanya mencapai 725.000 barel per hari (bopd) dan lifting gas 5.727 juta standar kaki kubik per hari (mmscfd).
Angka tersebut turun dibandingkan target APBN 2020 sebanyak 755.000 bph untuk minyak dan gas 5.959 mmscfd. Adapun lifting migas kuartal I/2020 sebesar 1,749 boepd atau tercapai 90,4% dari target APBN 2020 sebesar 1,946 boepd.
Dwi menjelaskan, turunnya proyeksi lifting migas tahun ini disebabkan seluruh kegiatan hulu migas tersendat karena terus meluasnya wabah di sejumlah wilayah di Indonesia sehingga berpengaruh terhadap operasional dan pelaksanaan proyek. Pihaknya menandaskan pembatasan pergerakan membuat transportasi material dan inspeksi peralatan menjadi lebih lama.
Tidak hanya itu, produktivitas tenaga ahli dan tenaga kerja konstruksi juga terganggu karena pergerakannya menjadi terbatas. Selain itu, pengurusan perizinan juga lebih lama karena harus menyesuaikan dengan protokol kesehatan.
Bahkan aktivitas operasional seperti planned shutdown, pengeboran, kerja ulang dan perawatan sumur juga mengalami penundaan. Sejumlah proyek hulu migas yang mengalami penundaan misalnya Proyek Marakes mundur dari September 2020 menjadi tahun 2021 karena pengadaan barang dan tenaga penunjang dari Eni di Italia terhambat. "Penyerapan gas oleh para pembeli juga berkurang akibat menurunnya permintaan," tandasnya.
"Lifting migas akan semakin tertekan akibat Covid-19, rendahnya harga minyak dan melemahnya nilai tukar rupiah terhadap dolar AS sehingga sulit untuk mencapai target yang ditetapkan di dalam Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) 2020," ujar Kepala SKK Migas Dwi Soetjipto, di Jakarta, Minggu (19/4/2020).
Menurut dia akan terjadi penurunan outlook lifting migas tahun ini. Berdasarkan laporan SKK Migas lifting migas tahun ini hanya mencapai 725.000 barel per hari (bopd) dan lifting gas 5.727 juta standar kaki kubik per hari (mmscfd).
Angka tersebut turun dibandingkan target APBN 2020 sebanyak 755.000 bph untuk minyak dan gas 5.959 mmscfd. Adapun lifting migas kuartal I/2020 sebesar 1,749 boepd atau tercapai 90,4% dari target APBN 2020 sebesar 1,946 boepd.
Dwi menjelaskan, turunnya proyeksi lifting migas tahun ini disebabkan seluruh kegiatan hulu migas tersendat karena terus meluasnya wabah di sejumlah wilayah di Indonesia sehingga berpengaruh terhadap operasional dan pelaksanaan proyek. Pihaknya menandaskan pembatasan pergerakan membuat transportasi material dan inspeksi peralatan menjadi lebih lama.
Tidak hanya itu, produktivitas tenaga ahli dan tenaga kerja konstruksi juga terganggu karena pergerakannya menjadi terbatas. Selain itu, pengurusan perizinan juga lebih lama karena harus menyesuaikan dengan protokol kesehatan.
Bahkan aktivitas operasional seperti planned shutdown, pengeboran, kerja ulang dan perawatan sumur juga mengalami penundaan. Sejumlah proyek hulu migas yang mengalami penundaan misalnya Proyek Marakes mundur dari September 2020 menjadi tahun 2021 karena pengadaan barang dan tenaga penunjang dari Eni di Italia terhambat. "Penyerapan gas oleh para pembeli juga berkurang akibat menurunnya permintaan," tandasnya.
(fai)
tulis komentar anda