Banyak Negara Digembok, Penjualan Ritel Online Global Melesat 19%
Senin, 03 Mei 2021 - 16:15 WIB
ZURICH - Pandemi telah memaksa berbagai negara melakukan penguncian wilayah atau lockdown pada tahun lalu. Berdasarkan laporan Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) penjualan online menyumbang hampir seperlima dari total omzet ritel global.
Dilansir dari Reuters Senin (3/5/2021) penjualan online menyumbang 19% dari keseluruhan penjualan ritel pada tahun 2020, naik dari 16% tahun sebelumnya. Menurut proyeksi PBB tentang Perdagangan dan Pembangunan (UNCTAD) berdasarkan kantor statistik nasional di negara-negara ekonomi besar, Korea Selatan melaporkan pangsa tertinggi di 25,9%, naik dari 20,8% tahun sebelumnya. China memiliki pangsa 24,9%, Inggris 23,3% dan Amerika Serikat 14,0%.
“Penjualan e-commerce global naik 4% menjadi US$ 26,7 triliun pada 2019, menurut perkiraan terbaru. Ini termasuk penjualan bisnis-ke-bisnis (B2B) dan bisnis-ke-konsumen (B2C), dan setara dengan 30% dari output ekonomi global tahun itu,” sebut UNCTAD.
Laporan tersebut menyebutkan, pandemi menyebabkan keuntungan beragam bagi perusahaan e-commerce B2C terkemuka pada tahun 2020. Data untuk 13 perusahaan e-commerce teratas, 11 di antaranya berasal dari China dan Amerika Serikat, menunjukkan pembalikan keuntungan yang signifikan untuk perusahaan platform yang menawarkan layanan seperti ride hailing dan travel, yang mengalami penurunan tajam dalam volume barang dagangan kotor (GMV).
"Misalnya, Expedia turun dari peringkat ke-5 pada peringkat 2019 menjadi peringkat 11 pada 2020, Booking Holdings turun dari peringkat ke-6 menjadi peringkat ke-12 dan Airbnb, yang meluncurkan penawaran umum perdana pada 2020, turun dari peringkat 11 ke peringkat 13,” katanya.
Alibaba dari China tetap berada di peringkat teratas, diikuti Amazon di Amerika Serikat. Meskipun terjadi penurunan pada perusahaan jasa, total GMV untuk 13 perusahaan e-commerce B2C teratas naik 20,5% menjadi US$ 2,9 triliun pada tahun 2020, melampaui kenaikan 17,9% pada tahun 2019.
Dilansir dari Reuters Senin (3/5/2021) penjualan online menyumbang 19% dari keseluruhan penjualan ritel pada tahun 2020, naik dari 16% tahun sebelumnya. Menurut proyeksi PBB tentang Perdagangan dan Pembangunan (UNCTAD) berdasarkan kantor statistik nasional di negara-negara ekonomi besar, Korea Selatan melaporkan pangsa tertinggi di 25,9%, naik dari 20,8% tahun sebelumnya. China memiliki pangsa 24,9%, Inggris 23,3% dan Amerika Serikat 14,0%.
“Penjualan e-commerce global naik 4% menjadi US$ 26,7 triliun pada 2019, menurut perkiraan terbaru. Ini termasuk penjualan bisnis-ke-bisnis (B2B) dan bisnis-ke-konsumen (B2C), dan setara dengan 30% dari output ekonomi global tahun itu,” sebut UNCTAD.
Laporan tersebut menyebutkan, pandemi menyebabkan keuntungan beragam bagi perusahaan e-commerce B2C terkemuka pada tahun 2020. Data untuk 13 perusahaan e-commerce teratas, 11 di antaranya berasal dari China dan Amerika Serikat, menunjukkan pembalikan keuntungan yang signifikan untuk perusahaan platform yang menawarkan layanan seperti ride hailing dan travel, yang mengalami penurunan tajam dalam volume barang dagangan kotor (GMV).
"Misalnya, Expedia turun dari peringkat ke-5 pada peringkat 2019 menjadi peringkat 11 pada 2020, Booking Holdings turun dari peringkat ke-6 menjadi peringkat ke-12 dan Airbnb, yang meluncurkan penawaran umum perdana pada 2020, turun dari peringkat 11 ke peringkat 13,” katanya.
Alibaba dari China tetap berada di peringkat teratas, diikuti Amazon di Amerika Serikat. Meskipun terjadi penurunan pada perusahaan jasa, total GMV untuk 13 perusahaan e-commerce B2C teratas naik 20,5% menjadi US$ 2,9 triliun pada tahun 2020, melampaui kenaikan 17,9% pada tahun 2019.
(nng)
tulis komentar anda