Musim Kemarau 2021 Diprediksi Normal, Produksi Sawit Bisa Capai 55,69 Juta Ton
Selasa, 04 Mei 2021 - 16:29 WIB
JAKARTA - Musim kemarau tahun 2021 diprediksi tidak berdampak bagi produksi kelapa sawit. Gabungan Pengusaha Kelapa Sawit Indonesia (Gapki) memprediksi produksi minyak sawit mentah (CPO) mencapai 48,40 juta ton dan minyak kernel sawit mentah (CPKO) 7,29 juta ton. Sehingga total produksi diprediksi mencapai 55,69 juta ton pada tahun 2021.
Ketua Bidang Riset dan Peningkatan Produktivitas Gapki Hasril Hasan Siregar mengatakan, musim kemarau diprediksi akan mundur ke Mei-Juni dan puncaknya pada bulan Agustus serta berpotensi lebih singkat.
Baca juga:Maskapai Super Air Jet: Pemain Baru dengan Pesawat Lama?
"Sesuai kondisi iklim 2019 yang ada kekeringan atau El Nino lemah, 2020 tanpa kekeringan, dan 2021 berpotensi tanpa kekeringan dan mempertimbangkan umur tanaman, maka ada kenaikan produk minyak sawit menjadi 55,69 juta ton pada tahun 2021," ujarnya dalam webinar Ngobrol Bareng Gapki, Selasa (4/5/2021).
Dia menuturkan, meski musim kemarau 2021 diprediksi tidak ekstrim dengan curah hujan normal-atas normal, namun kewaspadaan terhadap kebakaran hutan dan lahan (Karhutla) tetap diperlukan dengan mengutamakan persiapan dan upaya pencegahan. Karhutla berdampak kerugian bagi tanaman kelapa sawit.
"Kebakaran terhadap tanaman kelapa sawit akan berdampak kerugian investasi karena tanaman akan stagnan 1-3 tahun hingga mati jika titik tumbuhnya terbakar," jelasnya.
Baca juga:KPK Geledah 3 Rumah Pribadi Azis Syamsuddin di Jakarta
Ketua Umum Gapki Joko Supriyono mengatakan, pelaku usaha di sektor perkebunan harus bisa melakukan mitigasi terkait prediksi iklim yang akan berpengaruh pada produktivitas tanaman sawit.
"Kita perlu mencari tahu bagaimana mengelola, beradaptasi, dan mitigasi risiko seperti kebakaran hutan dan lahan. Ini yang menjadi penting sekali," ujarnya.
Ketua Bidang Riset dan Peningkatan Produktivitas Gapki Hasril Hasan Siregar mengatakan, musim kemarau diprediksi akan mundur ke Mei-Juni dan puncaknya pada bulan Agustus serta berpotensi lebih singkat.
Baca juga:Maskapai Super Air Jet: Pemain Baru dengan Pesawat Lama?
"Sesuai kondisi iklim 2019 yang ada kekeringan atau El Nino lemah, 2020 tanpa kekeringan, dan 2021 berpotensi tanpa kekeringan dan mempertimbangkan umur tanaman, maka ada kenaikan produk minyak sawit menjadi 55,69 juta ton pada tahun 2021," ujarnya dalam webinar Ngobrol Bareng Gapki, Selasa (4/5/2021).
Dia menuturkan, meski musim kemarau 2021 diprediksi tidak ekstrim dengan curah hujan normal-atas normal, namun kewaspadaan terhadap kebakaran hutan dan lahan (Karhutla) tetap diperlukan dengan mengutamakan persiapan dan upaya pencegahan. Karhutla berdampak kerugian bagi tanaman kelapa sawit.
"Kebakaran terhadap tanaman kelapa sawit akan berdampak kerugian investasi karena tanaman akan stagnan 1-3 tahun hingga mati jika titik tumbuhnya terbakar," jelasnya.
Baca juga:KPK Geledah 3 Rumah Pribadi Azis Syamsuddin di Jakarta
Ketua Umum Gapki Joko Supriyono mengatakan, pelaku usaha di sektor perkebunan harus bisa melakukan mitigasi terkait prediksi iklim yang akan berpengaruh pada produktivitas tanaman sawit.
"Kita perlu mencari tahu bagaimana mengelola, beradaptasi, dan mitigasi risiko seperti kebakaran hutan dan lahan. Ini yang menjadi penting sekali," ujarnya.
(uka)
Lihat Juga :
tulis komentar anda