Ini Strategi KAI Hadapi Turunnya Pendapatan Akibat Covid-19

Jum'at, 22 Mei 2020 - 18:43 WIB
Di masa pandemi Covid-19, PT KAI mengalami penurunan pendapatan dari penumpang hingga 93%. Foto/Ilustrasi
JAKARTA - Mewabahnya Covid-19 turut berdampak serius terhadap keuangan PT Kereta Api Indonesia (Persero) atau KAI. Direktur Utama KAI Didiek Hartantyo menyampaikan, hal ini sangat terasa terhadap pendapatan harian yang diperoleh KAI dari penumpang.

"Pada hari biasa, kami bisa memperoleh sekitar Rp20-25 miliar per harinya dari penumpang. Pada hari besar, pendapatan harian bisa mencapai Rp39 miliar. Tapi di masa pandemi Covid-19, pendapatan dari penumpang kami menurun hingga 93%, dimana kami memperoleh rata-rata Rp800 juta per harinya," ungkap Didiek dalam konferensi pers virtual di Jakarta, Jumat (22/5/2020).

KAI menggunakan strategi untuk mengamankan aliran kas dan likuiditasnya akibat tekanan pada arus kas yang dalam sekali dalam masa pandemi Covid-19. "Kas dari penumpang turun luar biasa, dimana pendapatan dari penumpang hanya 7-10% dari Rencana Kerja dan Anggaran Perusahaan (RKAP) kami," imbuhnya. (Baca Juga : Dihantam Covid-19, KAI Pastikan Tidak Akan PHK Karyawan )



Dia mengatakan dari segi likuiditas, KAI mengalami defisit sejak bulan Maret, namun likuiditasnya masih dalam kondisi aman. "Kredit modal kerja yang tersedia di perbankan jumlahnya mencapai Rp8 triliun, baru terpakai Rp1,5 triliun, jadi masih ada Rp6,5 triliun yang siap digunakan setiap saat," ucap Didiek.

KAI juga memberlakukan strategi cost efficiency and cost reduction. "Kami melakukan efisiensi biaya terhadap biaya yang bisa dipotong, apabila biaya tersebut tidak bisa dipotong, maka kami akan delay atau tunda pembayarannya," kata Didiek.

KAI memiliki rencana untuk merevisi RKAP dengan koordinasi bersama para pemegang saham. Bukan hanya merevisi target laba, tetapi juga capex serta target dan anggaran lainnya.

"Rencana revisi ini akan dilakukan saat kondisi sudah stabil, dimana kami merasa bahwa situasi sudah tidak bergejolak. Pemerintah akan memberikan dana talangan sekitar Rp3,5 triliun, beberapa rencana investasi yang belum urgent juga kami tunda," ungkapnya.

Untuk servis perawatan, KAI berbicara dengan vendor untuk meminta relaksasi. Sementara itu, untuk angsuran pokok terhadap perbankan, KAI meminta penundaan pembayaran hingga 1 tahun ke depan.

"Selain itu, kami juga melakukan revenue stabilisation. Revenue kami yang berjalan berasal dari angkutan barang, utamanya angkutan batu bara. Ini jadi sumber pendapatan utama KAI dalam masa pandemi," jelas Didiek.

Selama masa pandemi Covid-19, permintaan listrik PLN mengalami penurunan karena melambatnya aktivitas ekonomi, sistem work-from-home dari kantor, dan menurunnya aktivitas produksi pabrik, sehingga hal ini mendorong meningkatnya permintaan batu bara. "Meski laba berkurang, kami akan jaga agar operasional tetap berjalan optimal," pungkas Didiek.
(ind)
tulis komentar anda
Follow
Dapatkan berita terkini dan kejutan menarik dari SINDOnews.com, Klik Disini untuk mendaftarkan diri anda sekarang juga!
Video Rekomendasi
Berita Terkait
Rekomendasi
Terpopuler
Berita Terkini More