GoTo Bukan Ancaman, Indef: Terlalu Jauh Menyamakan dengan Dominasi Alibaba di China

Kamis, 20 Mei 2021 - 20:32 WIB
”Saya rasa (kolaborasi GoTo) tidak akan mengarah monopoli melainkan penguasaan pangsa pasar. Tidak akan terjadi monopoli seperti Alibaba walaupun semua perusahaan teknologi pasti ingin sebesar Alibaba. Untuk GoTo, kolaborasi ini akan meningkatkan kemampuan bersaing di tingkat ASEAN dan domestik yang akan semakin ketat,” terangnya.

Pada hampir semua sektor industri khususnya di Indonesia selalu terdapat penguasa pasar dan tidak berarti terjadi monopoli. Di industri produk tembakau misalnya Gudang Garam menguasai 30% pangsa pasar, namun tidak terjadi monopoli karena terdapat kompetitor besar seperti HM Sampoerna dan Djarum.

Begitu juga di industri otomotif baik roda empat maupun roda dua. Di pasar kendaraan roda empat misalnya, grup Astra berdasarkan data Gaikindo merupakan pemimpin pasar sekitar 51% pada 2020, namun tidak berarti melakukan monopoli karena terdapat pemain otomotif lainnya yang berkompetisi.

”Jadi ini strategi penguasaan pasar tapi jelas berbeda dengan monopoli karena tetap terjadi kompetisi,” terusnya.

Nailul menambahkan, kewaspadaan terbesar dari ekonomi digital khususnya sektor e-Commerce adalah kegiatan dumping yang dilakukan dengan cara menjual barang dari luar negeri pada harga murah sehingga bisa membuat pelaku usaha Indonesia khususnya UMKM menyerah.

Hal tersebut pernah terjadi ketika seseorang dengan inisial Mr Hu seorang seller di Shopee menjadi viral karena barang dari China yang super murah sehingga mengancam UMKM Indonesia.

”Untuk impor masih akan jadi ancaman. Jadi kan konsumen e-Commerce atau digital itu price oriented consumer. Karakter seperti ini selalu incar barang murah. Memang layanan cross border ditutup tapi yang jadi masalah bukan itu. Banyak juga seller Indonesia tapi jual barang impor. Mereka impor dari logistik biasa terus dijual lagi dengan harga murah,” ungkapnya.



Seharusnya, kata dia, dari pemerintah terutama Kementerian Koperasi dan UMKM bisa memberikan solusi supaya UMKM lokal bisa bersaing dengan barang impor. Produk lokal kurang bisa bersaing dari sisi harga karena terkait dengan kapasitas produksi yang memengaruhi biaya produksi.

”Misalnya batik dari China murah sekali bisa Rp30 ribu sedangkan batik dari Indonesia dijual Rp90 ribu sampai Rp150 ribu. Distribusi logistik juga termasuk. Biaya pengiriman dari China lebih murah ke Jakarta ketimbang biaya dari Sidoarjo ke Jakarta. Ini harus dituntaskan juga masalah biaya pengiriman yang tidak efisien,” tuturnya.
Halaman :
tulis komentar anda
Follow
Dapatkan berita terkini dan kejutan menarik dari SINDOnews.com, Klik Disini untuk mendaftarkan diri anda sekarang juga!
Video Rekomendasi
Berita Terkait
Rekomendasi
Terpopuler
Berita Terkini More