Minggu Depan, Semoga Bukan Skenario Kedua yang Menimpa IHSG
Jum'at, 21 Mei 2021 - 17:05 WIB
JAKARTA - Akhir pekan menjadi waktu yang tak menyenangkan buat indeks harga saham gabungan (IHSG) . Pada penutupan perdagangan Jumat (21/5) IHSG melemah 0,42% atau turun 24,48 poin ke level 5.773,12.
Total volume transaksi mencapai 15,72 miliar dengan nilai transaksi sebesar Rp9,97 triliun. Investor asing mencatat beli bersih atau net buy sebesar Rp129,41 miliar.
Baca juga:Catat Bung! 24 Mei Tarif Tol Medan-Kualanamu-Tebing Tinggi Naik
Praktisi pasar modal, Kefas Evander, mengatakan penurunan IHSG masih dalam kondisi wajar karena saat ini situasi pasar tidak terlalu ramai setelah libur panjang Hari Raya Idulfitri.
"Secara volume transaksi juga tidak sebanyak akhir tahun atau awal tahun kemarin. Apalagi ditambah selesai libur panjang Lebaran, karena market cenderung lebih sepi dibanding biasanya," ujarnya pada closing market IDX Channel, Jumat (21/5/2021).
Menurut dia, pergerakan IHSG masih kurang sentimen positif, baik dari dalam negeri maupun luar negeri sehingga investor masih cenderung wait and see. Dia memprediksi pergerakan IHSG dalam dua skenario.
Skenario pertama jika IHSG mampu rebound pada minggu depan dengan catatan volume transaksi harus kuat. Sementara skenario kedua IHSG akan bergerak melemah ke level 5.300 apabila tidak bisa bertahan di level saat ini, yakni 5.700.
"Sekarang ini IHSG di level 5.700 sangat krusial sekali. Jadi opsi saya dalam minggu depan harus lihat dulu market-nya, ramai atau tidak, tekanan jualnya masih tinggi atau tidak. Kalau ada tanda-tanda mulai rebound, seharusnya masih bisa melanjutkan penguatan, kisarannya minimal ke level 6.000 dulu," jelasnya.
Baca juga:Pemimpin Dunia Sambut Baik Gencatan Senjata Israel-Hamas
Dia melanjutkan, saat ini kondisinya agak sulit untuk trading. Namun untuk investasi, penurunan IHSG dianggap sebagai peluang. Apalagi banyak saham bagus yang harganya sudah murah.
"Ini bisa kita lirik sebenarnya. Menurut saya strategi ke depan perhatikan saja emiten-emiten yang punya corporate action, seperti right issue, pembagian dividen, dan sebagainya. Biasanya yang lagi ramai ada sentimen positif. Tetapi kalau perusahaannya jarang ada corporate action untuk saat ini agak berat," tandasnya.
Total volume transaksi mencapai 15,72 miliar dengan nilai transaksi sebesar Rp9,97 triliun. Investor asing mencatat beli bersih atau net buy sebesar Rp129,41 miliar.
Baca juga:Catat Bung! 24 Mei Tarif Tol Medan-Kualanamu-Tebing Tinggi Naik
Praktisi pasar modal, Kefas Evander, mengatakan penurunan IHSG masih dalam kondisi wajar karena saat ini situasi pasar tidak terlalu ramai setelah libur panjang Hari Raya Idulfitri.
"Secara volume transaksi juga tidak sebanyak akhir tahun atau awal tahun kemarin. Apalagi ditambah selesai libur panjang Lebaran, karena market cenderung lebih sepi dibanding biasanya," ujarnya pada closing market IDX Channel, Jumat (21/5/2021).
Menurut dia, pergerakan IHSG masih kurang sentimen positif, baik dari dalam negeri maupun luar negeri sehingga investor masih cenderung wait and see. Dia memprediksi pergerakan IHSG dalam dua skenario.
Skenario pertama jika IHSG mampu rebound pada minggu depan dengan catatan volume transaksi harus kuat. Sementara skenario kedua IHSG akan bergerak melemah ke level 5.300 apabila tidak bisa bertahan di level saat ini, yakni 5.700.
"Sekarang ini IHSG di level 5.700 sangat krusial sekali. Jadi opsi saya dalam minggu depan harus lihat dulu market-nya, ramai atau tidak, tekanan jualnya masih tinggi atau tidak. Kalau ada tanda-tanda mulai rebound, seharusnya masih bisa melanjutkan penguatan, kisarannya minimal ke level 6.000 dulu," jelasnya.
Baca juga:Pemimpin Dunia Sambut Baik Gencatan Senjata Israel-Hamas
Dia melanjutkan, saat ini kondisinya agak sulit untuk trading. Namun untuk investasi, penurunan IHSG dianggap sebagai peluang. Apalagi banyak saham bagus yang harganya sudah murah.
"Ini bisa kita lirik sebenarnya. Menurut saya strategi ke depan perhatikan saja emiten-emiten yang punya corporate action, seperti right issue, pembagian dividen, dan sebagainya. Biasanya yang lagi ramai ada sentimen positif. Tetapi kalau perusahaannya jarang ada corporate action untuk saat ini agak berat," tandasnya.
(uka)
tulis komentar anda