Nasib Garuda ke Depannya: Terus Dipelihara atau Masuk Liang Kubur
Minggu, 30 Mei 2021 - 15:21 WIB
Booming pariwisata selama 10 tahun terakhir itu bisa dibilang tak menetes ke Garuda. Baru pada tahun 2019, seperti Yenny Wahid katakan dalam twit berikutnya, Garuda mendapatkan laba sebesar USD19 juta.
"Thn 2019 Garuda membukukan keuntungan operasional 19 jt $, tp tetap terbebani banyak hutang, salah satunya Sukuk yang jatuh tempo sebesar 500jt $ ( 8,5T). Sukuk diterbitkan jauh sebelum saya masuk. Sukuk akhirnya berhasil direstrukturisasi".
Raihan laba tahun itu pun sebetulnya bukan karena kinerja okupansi Garuda, tapi efisiensi yang tergolong ketat. Alias, pengurangan biaya di berbagai sektor.
"Itu karena ikat pinggang cost cutting mati-matian, seperti tidak ada training, tidak boleh dinas, dll. Ya bisanya cuma begitu, ngirit berat," kata Arista.
Memang sih, Garuda masih bisa diselamatkan. Tak cuma mengguyurnya dengan uang, tapi juga merombak habis-habisan tubuh Garuda. Mulai dari mengganti jajaran direksi, komisaris, hingga merampingkan organisasi Garuda.
"Bisa diselamatkan, asal jangan salah pilih BOD dan direksi," kata Arista.
Sayangnya, upaya-upaya penyelamatan itu tak akan menjamin Garuda bisa terus terbang. Kini, publik hanya bisa menunggu bagaimana kelanjutan nasib Garuda ke depannya. Apakah masih bisa mengepak, atau justru masuk liang kubur.
"Thn 2019 Garuda membukukan keuntungan operasional 19 jt $, tp tetap terbebani banyak hutang, salah satunya Sukuk yang jatuh tempo sebesar 500jt $ ( 8,5T). Sukuk diterbitkan jauh sebelum saya masuk. Sukuk akhirnya berhasil direstrukturisasi".
Raihan laba tahun itu pun sebetulnya bukan karena kinerja okupansi Garuda, tapi efisiensi yang tergolong ketat. Alias, pengurangan biaya di berbagai sektor.
"Itu karena ikat pinggang cost cutting mati-matian, seperti tidak ada training, tidak boleh dinas, dll. Ya bisanya cuma begitu, ngirit berat," kata Arista.
Memang sih, Garuda masih bisa diselamatkan. Tak cuma mengguyurnya dengan uang, tapi juga merombak habis-habisan tubuh Garuda. Mulai dari mengganti jajaran direksi, komisaris, hingga merampingkan organisasi Garuda.
"Bisa diselamatkan, asal jangan salah pilih BOD dan direksi," kata Arista.
Sayangnya, upaya-upaya penyelamatan itu tak akan menjamin Garuda bisa terus terbang. Kini, publik hanya bisa menunggu bagaimana kelanjutan nasib Garuda ke depannya. Apakah masih bisa mengepak, atau justru masuk liang kubur.
(uka)
tulis komentar anda