Adhi Karya Sudah Terima Rp13,3 Triliun untuk Proyek LRT Jabodebek
Jum'at, 04 Juni 2021 - 21:04 WIB
JAKARTA - PT Adhi Karya (Persero) mendapatkan dana pembayaran progres pembangunan proyek LRT Jabodebek senilai Rp13,3 triliun. Pembayaran ini menyusul pembangunan LRT Jabodebek yang terus menunjukan progres.
Hingga akhir Mei 2021, progres pembangunan prasarana Kereta LRT Jabodebek secara keseluruhan telah mencapai 84,76%. Adapun, proyek LRT Jabodebek memiliki panjang 44 kilometer. Proyek pembangunan transportasi massal terpanjang dalam satu paket ini memiliki nilai investasi Rp23,3 triliun.
Corporate Secretary Adhi Karya Farid Budiyanto mengatakan, dengan pembangunan yang terus menunjukan progres pihaknya menunjukan keseriusan dan kesiapannya dalam mewujudkan transportasi massal terbarukan untuk masyarakat urban Ibu Kota. Adapun LRT Jabodebek sendiri ditargetkan bisa beroperasi pada 2022.
“Adhi Karya telah mendapatkan pembayaran atas progres yang telah dihasilkan, dengan nilai sejumlah Rp13,3 triliun termasuk pajak,” kata dia dalam keterangannya, Jumat (4/6/2021).
Farid menambahkan, saat ini pihaknya sedang fokus untuk menyelesaikan pembangunan depo LRT di Bekasi Timur. Sempat mengalami keterlambatan karena pembebasan lahan, kini pembangunan depo LRT sudah mulai mengalami progres cukup signifikan.
Adapun pembebasan lahan untuk depo saat ini telah 100%. Sementara progres pembangunannya kini sudah mencapai 44,18%. “Pembangunan depo yang tengah dikerjakan ini menggunakan skema pembayaran turnkey senilai Rp4,2 triliun,” ucapnya.
Nantinya, seluruh kereta ini akan mendapatkan tempat parkirnya sendiri yang terletak di Depo Bekasi Timur. Fungsi Depo adalah untuk melakukan pemeliharaan sarana, antara lain light maintenance, yakni pemeliharaan harian, bulanan, hingga tahunan serta heavy maintenance, yakni pemeliharaan tiap 6 tahunan.
Depo LRT Jabodebek memiliki luas mencapai 10 hektar dengan kapasitas stabling di depo yang dapat menampung hingga 20 trainset. Adapun pembangunan depo sendiri menggunakan skema pembayaran turnkey senilai Rp4,2 triliun. Artinya, Adhi Karya baru akan dibayar oleh pemilik proyek ketika pembangunan sudah selesai seluruhnya
“Pembangunan depo yang tengah dikerjakan ini menggunakan skema pembayaran turnkey senilai Rp4,2 triliun. Hal ini yang mendasari kebutuhan ADHI dalam pre-financing untuk pekerjaan pembangunan dengan proses pinjaman dari bank sindikasi,” jelasnya.
Hingga akhir Mei 2021, progres pembangunan prasarana Kereta LRT Jabodebek secara keseluruhan telah mencapai 84,76%. Adapun, proyek LRT Jabodebek memiliki panjang 44 kilometer. Proyek pembangunan transportasi massal terpanjang dalam satu paket ini memiliki nilai investasi Rp23,3 triliun.
Corporate Secretary Adhi Karya Farid Budiyanto mengatakan, dengan pembangunan yang terus menunjukan progres pihaknya menunjukan keseriusan dan kesiapannya dalam mewujudkan transportasi massal terbarukan untuk masyarakat urban Ibu Kota. Adapun LRT Jabodebek sendiri ditargetkan bisa beroperasi pada 2022.
“Adhi Karya telah mendapatkan pembayaran atas progres yang telah dihasilkan, dengan nilai sejumlah Rp13,3 triliun termasuk pajak,” kata dia dalam keterangannya, Jumat (4/6/2021).
Farid menambahkan, saat ini pihaknya sedang fokus untuk menyelesaikan pembangunan depo LRT di Bekasi Timur. Sempat mengalami keterlambatan karena pembebasan lahan, kini pembangunan depo LRT sudah mulai mengalami progres cukup signifikan.
Adapun pembebasan lahan untuk depo saat ini telah 100%. Sementara progres pembangunannya kini sudah mencapai 44,18%. “Pembangunan depo yang tengah dikerjakan ini menggunakan skema pembayaran turnkey senilai Rp4,2 triliun,” ucapnya.
Nantinya, seluruh kereta ini akan mendapatkan tempat parkirnya sendiri yang terletak di Depo Bekasi Timur. Fungsi Depo adalah untuk melakukan pemeliharaan sarana, antara lain light maintenance, yakni pemeliharaan harian, bulanan, hingga tahunan serta heavy maintenance, yakni pemeliharaan tiap 6 tahunan.
Depo LRT Jabodebek memiliki luas mencapai 10 hektar dengan kapasitas stabling di depo yang dapat menampung hingga 20 trainset. Adapun pembangunan depo sendiri menggunakan skema pembayaran turnkey senilai Rp4,2 triliun. Artinya, Adhi Karya baru akan dibayar oleh pemilik proyek ketika pembangunan sudah selesai seluruhnya
“Pembangunan depo yang tengah dikerjakan ini menggunakan skema pembayaran turnkey senilai Rp4,2 triliun. Hal ini yang mendasari kebutuhan ADHI dalam pre-financing untuk pekerjaan pembangunan dengan proses pinjaman dari bank sindikasi,” jelasnya.
(ind)
Lihat Juga :
tulis komentar anda