Meneropong Isi Kantong PT Asabri Hingga 2025
Rabu, 09 Juni 2021 - 22:10 WIB
JAKARTA - Manajemen PT Asabri (Persero) telah menyusun skema cash flow dan indikator likuiditas sejumlah program perseroan. Skema tersebut merupakan proyeksi manajemen terhadap realisasi program hingga 2025 mendatang.
Adapun program yang dimaksud adalah Tabungan Hari Tua (THT), Jaminan Kecelakaan Kerja (JKK), Jaminan Kematian (JKM), hingga dana pensiun. Direktur Utama Asabri, R Wahyu Suparyono menyebut, setiap skema program memiliki karakter yang berbeda-beda.
"Kami melaporkan dan kami telah menyusun proyeksi cash flow dan indikator likuiditas untuk tiap program, jadi THT, JKK, JKM, kami susun karena masing-masing mempunyai karakter yang berbeda, jadi jatuh tempo atau majority pembayarannya," ujarnya saat rapat dengar pendapat (RDP) bersama Komisi VI DPR, Rabu (9/6/2021).
Untuk cash flow THT, manajemen memperkirakan akan terus menurun hingga tahun 2025. Kemudian rasio dana deposito THT secara bulanan pun di bawah satu kali pada tahun tersebut.
Rendahnya rasio tersebut akibat tingginya defisit sebesar Rp589 miliar. Dengan begitu, kondisi perusahaan terbilang aman, namun saldonya semakin menurun. "Jadi, beberapa strategi yang kami sampaikan tadi menjadi perhatian besar agar supaya relatif stabil," katanya.
Kemudian dana JKK, estimasi dana deposito diprediksi semakin meningkat, terutama disebabkan adanya peningkatan deposito, manajemen akan menyiapkan hingga 2025.
Perkiraan itu relatif lebih aman karena nilai klaim bulanan masih stabil atau berada pada kisaran Rp7 miliar per bulan. Rata-rata rasio dana deposito terhadap klaim JKK pun terus meningkat hingga lebih dari 90 kali pada 2025.
Selanjutnya, estimasi pengelolaan dana jaminan kematian. Di mana, dana deposito akan terus meningkat karena disebabkan oleh peningkatan deposito. "Ini klaim bulanan itu stabil sebesar Rp25 miliar per bulan. Karena itu dana deposito terhadap klaimnya terus meningkat hingga 33 kali di tahun 2025," bebernya.
Adapun program yang dimaksud adalah Tabungan Hari Tua (THT), Jaminan Kecelakaan Kerja (JKK), Jaminan Kematian (JKM), hingga dana pensiun. Direktur Utama Asabri, R Wahyu Suparyono menyebut, setiap skema program memiliki karakter yang berbeda-beda.
"Kami melaporkan dan kami telah menyusun proyeksi cash flow dan indikator likuiditas untuk tiap program, jadi THT, JKK, JKM, kami susun karena masing-masing mempunyai karakter yang berbeda, jadi jatuh tempo atau majority pembayarannya," ujarnya saat rapat dengar pendapat (RDP) bersama Komisi VI DPR, Rabu (9/6/2021).
Untuk cash flow THT, manajemen memperkirakan akan terus menurun hingga tahun 2025. Kemudian rasio dana deposito THT secara bulanan pun di bawah satu kali pada tahun tersebut.
Rendahnya rasio tersebut akibat tingginya defisit sebesar Rp589 miliar. Dengan begitu, kondisi perusahaan terbilang aman, namun saldonya semakin menurun. "Jadi, beberapa strategi yang kami sampaikan tadi menjadi perhatian besar agar supaya relatif stabil," katanya.
Kemudian dana JKK, estimasi dana deposito diprediksi semakin meningkat, terutama disebabkan adanya peningkatan deposito, manajemen akan menyiapkan hingga 2025.
Perkiraan itu relatif lebih aman karena nilai klaim bulanan masih stabil atau berada pada kisaran Rp7 miliar per bulan. Rata-rata rasio dana deposito terhadap klaim JKK pun terus meningkat hingga lebih dari 90 kali pada 2025.
Selanjutnya, estimasi pengelolaan dana jaminan kematian. Di mana, dana deposito akan terus meningkat karena disebabkan oleh peningkatan deposito. "Ini klaim bulanan itu stabil sebesar Rp25 miliar per bulan. Karena itu dana deposito terhadap klaimnya terus meningkat hingga 33 kali di tahun 2025," bebernya.
(ind)
Lihat Juga :
tulis komentar anda