Duh Gawat! Varian Delta Bisa Picu Gelombang 2 Covid-19 di Indonesia
Selasa, 22 Juni 2021 - 18:24 WIB
JAKARTA - Masuknya varian delta virus corona bisa memicu gelombang kedua Covid-19 di RI. Pasalnya, mutasi baru virus corona tersebut menularnya lebih cepat dari virus corona sebelumnya. Tak hanya itu, corona yang terus bemutasi bisa menimbulkan gelombang ketiga apabila tidak secara cepat ditangani.
"Downside risk dari covid adalah dari beberapa negara masih terjadi apa yang disebut second wave atau third wave , dan munculnya varian baru masih harus memerlukan penerapan protokol kesehatan, sambil terus mengakselerasi vaksinasi karena memang varian baru maupun kecepatan vaksinasi ini semuanya saling kejar-kejaran," ujar Menteri Keuangan Sri Mulyani, Selasa (22/6/2021).
Guna mengantisipasi itu, Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) difokuskan untuk pemulihan ekonomi nasional dan percepatan vaksinasi dengan tetap mewaspadai risiko Covid-19. Dari sisi pendapatan APBN, pendapatan negara mengalami rebound yang sangat luar biasa. Ini menggambarkan satu sisi adanya dampak komoditas maupun dampak pada ekspor yang melonjak. Namun juga di dalam negeri kita lihat geliat ekonomi di sektor manufaktur, perdagangan, transportasi, jasa keuangan dan juga bahkan kegiatan yang lainnya yang sudah mulai menunjukkan suatu hal yang positif.
"Namun downside-nya adalah belanja negara kita yang meningkat dan mendukung pemulihan ekonomi masih perlu diperbaiki juga dari sisi kualitasnya. Jadi ini kualitas dari belanja dan eksekusi yang sering ditekankan oleh Bapak Presiden menjadi sangat penting. Tentu stimulus fiskal kita desain sehingga pemulihan ekonomi benar-benar bisa berjalan dan terus bisa makin diperkuat," kata dia.
Apabila dilihat dari sisi penanganan covid, kenaikan dari jumlah vaksin dan vaksinasi secara global juga membangun optimisme. Pertemuan G7 minggu lalu, para pemimpin negara menyampaikan akan memberikan satu miliar vaksin kepada kepada negara-negara lain. "Ini tentu memberikan dampak positif karena masih ada negara yang memiliki akses terbatas akan vaksin. Dengan begitu akan memberikan harapan bagi pemulihan ekonomi global yang berkelanjutan," kata dia.
Faktor-faktor yang membuat optimis seperti pemulihan ekonomi global yang berlanjut yang kemudian menimbulkan permintaan terhadap barang barang dan jasa dan berimbas pada perekonomian kita cukup positif. Namun pada saat yang sama downside dari perekonomian global adalah inflasi dari negara Amerika yang kemudian direspons dengan kemungkinan adanya pengetatan moneter yang lebih dini dari yang rencana awal. "Ini menimbulkan antisipasi awal bagi kita terutama untuk tahun 2022," kata dia.
"Downside risk dari covid adalah dari beberapa negara masih terjadi apa yang disebut second wave atau third wave , dan munculnya varian baru masih harus memerlukan penerapan protokol kesehatan, sambil terus mengakselerasi vaksinasi karena memang varian baru maupun kecepatan vaksinasi ini semuanya saling kejar-kejaran," ujar Menteri Keuangan Sri Mulyani, Selasa (22/6/2021).
Guna mengantisipasi itu, Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) difokuskan untuk pemulihan ekonomi nasional dan percepatan vaksinasi dengan tetap mewaspadai risiko Covid-19. Dari sisi pendapatan APBN, pendapatan negara mengalami rebound yang sangat luar biasa. Ini menggambarkan satu sisi adanya dampak komoditas maupun dampak pada ekspor yang melonjak. Namun juga di dalam negeri kita lihat geliat ekonomi di sektor manufaktur, perdagangan, transportasi, jasa keuangan dan juga bahkan kegiatan yang lainnya yang sudah mulai menunjukkan suatu hal yang positif.
"Namun downside-nya adalah belanja negara kita yang meningkat dan mendukung pemulihan ekonomi masih perlu diperbaiki juga dari sisi kualitasnya. Jadi ini kualitas dari belanja dan eksekusi yang sering ditekankan oleh Bapak Presiden menjadi sangat penting. Tentu stimulus fiskal kita desain sehingga pemulihan ekonomi benar-benar bisa berjalan dan terus bisa makin diperkuat," kata dia.
Apabila dilihat dari sisi penanganan covid, kenaikan dari jumlah vaksin dan vaksinasi secara global juga membangun optimisme. Pertemuan G7 minggu lalu, para pemimpin negara menyampaikan akan memberikan satu miliar vaksin kepada kepada negara-negara lain. "Ini tentu memberikan dampak positif karena masih ada negara yang memiliki akses terbatas akan vaksin. Dengan begitu akan memberikan harapan bagi pemulihan ekonomi global yang berkelanjutan," kata dia.
Faktor-faktor yang membuat optimis seperti pemulihan ekonomi global yang berlanjut yang kemudian menimbulkan permintaan terhadap barang barang dan jasa dan berimbas pada perekonomian kita cukup positif. Namun pada saat yang sama downside dari perekonomian global adalah inflasi dari negara Amerika yang kemudian direspons dengan kemungkinan adanya pengetatan moneter yang lebih dini dari yang rencana awal. "Ini menimbulkan antisipasi awal bagi kita terutama untuk tahun 2022," kata dia.
(nng)
Lihat Juga :
tulis komentar anda