SYL Minta Jajaran Kementan Tancap Gas Kawal Ketahanan Pangan
Selasa, 26 Mei 2020 - 22:09 WIB
JAKARTA - Menteri Pertanian Syahrul Yasin Limpo (SYL) mengatakan Idul Fitri merupakan momentum untuk kembali fitrah, dengan mau memaafkan satu dengan yang lain. Karena itu, ia meminta jajaran Kementerian Pertanian untuk tidak saling menyalahkan melainkan bekerja keras meningkatkan ketahanan pangan di Indonesia.
"Maaf menjadi penting. Kita melepaskan beban beban kebencian, ganjalan. Makna itu mari kita hadirkan di hari fitri ini. Bukan hanya sekadar mengucapkan maaf, tapi kita mampu menyelesaikan permaslaahan secara proporsional, rasional, dan normatif," kata SYL dalam halal bi halal yang dilakukan secara online di Jakarta, Selasa (26/5/2020).
Menurut dia, halal bi halal secara online ini adalah pengalaman pertama baginya, berbeda dengan tahun sebelumnya. SYL mengatakan semua pihak harus bisa memetik substansi dan hikmah dari adanya pandemi Covid-19.
"Kita bersyukur, dengan pandemi, keberadaan teknologi informasi, artificial intelegent, dan kecanggihan teknologi ini mampu mempertemukan kita semua. Kita harus bisa menyelamatkan kehidupan besok. Hari ini harus lebih baik dari yang kemarin," kata SYL.
Pada kesempatan itu, SYL mengingatkan kepada jajaran Kementan untuk tidak menyandarkan sedikitpun pada importasi, demi kemandirian bangsa. Urusan pangan 267 juta rakyat Indonesia tetap harus ditangani dengan baik.
"Impor memang bukan sesuatu yang diharamkan. Tetapi tidak boleh kemandirian bangsa ini tersandera oleh itu. Kalau begitu, kita harus bekerja lebih keras. Petani harus dimotivasi dan tetap disemangati," ujarnya.
Karenanya, Mentan meminta seluruh jajaran Kementan terus bersemangat, dan tidak boleh mundur walau hanya setapak, meski dalam kondisi terbatas seperti saat ini. Integritas pegawai harus melompat melebihi level yang ada saat ini, dan tidak bekerja setengah hati.
"Mulai hari ini tancap gas mengawal ketahanan pangan. Tidak boleh berpikir dan bertindak biasa. Harus out of the box. Kita tidak boleh membiarkan bangsa yang besar ini terseok-seok," tekan SYL.
Menangani sektor pertanian, menurut SYL, tidak cukup hanya dengan pendekatan teknis. Menurutnya, social engineering agriculture juga dibutuhkan. Bekerja secara humanis dengan pendekatan hati, serta melalui empati.
"Maaf menjadi penting. Kita melepaskan beban beban kebencian, ganjalan. Makna itu mari kita hadirkan di hari fitri ini. Bukan hanya sekadar mengucapkan maaf, tapi kita mampu menyelesaikan permaslaahan secara proporsional, rasional, dan normatif," kata SYL dalam halal bi halal yang dilakukan secara online di Jakarta, Selasa (26/5/2020).
Menurut dia, halal bi halal secara online ini adalah pengalaman pertama baginya, berbeda dengan tahun sebelumnya. SYL mengatakan semua pihak harus bisa memetik substansi dan hikmah dari adanya pandemi Covid-19.
"Kita bersyukur, dengan pandemi, keberadaan teknologi informasi, artificial intelegent, dan kecanggihan teknologi ini mampu mempertemukan kita semua. Kita harus bisa menyelamatkan kehidupan besok. Hari ini harus lebih baik dari yang kemarin," kata SYL.
Pada kesempatan itu, SYL mengingatkan kepada jajaran Kementan untuk tidak menyandarkan sedikitpun pada importasi, demi kemandirian bangsa. Urusan pangan 267 juta rakyat Indonesia tetap harus ditangani dengan baik.
"Impor memang bukan sesuatu yang diharamkan. Tetapi tidak boleh kemandirian bangsa ini tersandera oleh itu. Kalau begitu, kita harus bekerja lebih keras. Petani harus dimotivasi dan tetap disemangati," ujarnya.
Karenanya, Mentan meminta seluruh jajaran Kementan terus bersemangat, dan tidak boleh mundur walau hanya setapak, meski dalam kondisi terbatas seperti saat ini. Integritas pegawai harus melompat melebihi level yang ada saat ini, dan tidak bekerja setengah hati.
"Mulai hari ini tancap gas mengawal ketahanan pangan. Tidak boleh berpikir dan bertindak biasa. Harus out of the box. Kita tidak boleh membiarkan bangsa yang besar ini terseok-seok," tekan SYL.
Menangani sektor pertanian, menurut SYL, tidak cukup hanya dengan pendekatan teknis. Menurutnya, social engineering agriculture juga dibutuhkan. Bekerja secara humanis dengan pendekatan hati, serta melalui empati.
(bon)
tulis komentar anda