Petrokimia Gresik Akan Bangun Pabrik Soda Ash
Sabtu, 10 Juli 2021 - 16:11 WIB
Green Surfactant merupakan produk surfaktan lokal pertama di Indonesia yang dapat digunakan untuk meningkatkan produksi lapangan minyak tua melalui teknologi EOR (Enhanced Oil Recovery). “Ini menjadi terobosan penting bagi industri minyak dan gas (migas) di Indonesia,” tandasnya.
Tidak hanya itu, tahun ini Petrokimia Gresik juga berhasil mendapatkan izin pengecualian gipsum dari kategori Limbah B3 dari Kementerian Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK). Sehingga pemanfaatannya dapat dilakukan secara masif, tidak hanya di lingkup internal perusahaan, tetapi juga dapat mendukung industri lainnya yang membutuhkan gipsum.
(Baca juga:Perangi Covid-19, Petrokimia Gresik Borong GeNose C19)
“Ke depan, pengembangan bisnis dengan optimalisasi potensi yang ada akan difokuskan pada hilirisasi produk untuk memperkuat posisi Petrokimia Gresik sebagai perusahaan berbasis related diversified industry agar terus tumbuh dan sustainable,” jelas Dwi Satriyo.
Memperingati hari ulang tahunnya yang ke-49, Petrokimia Gresik berkomitmen untuk terus memberikan kontribusi bagi Indonesia. Di 2020 lalu, Petrokimia Gresik berhasil mencatat kinerja positif dengan perolehan laba sebesar Rp1,42 triliun (audited) atau 118% dari target Rencana Kerja dan Anggaran Perusahaan (RKAP) 2020.
“Kinerja positif Petrokimia Gresik di 2020 merupakan wujud kontribusi nyata perusahaan dalam mendukung pemerintah memperkuat ekonomi nasional di tengah pandemi Covid-19,” ujar Dwi Satriyo.
Tidak hanya di pasar domestik, adanya global supply shock juga memberikan peluang Petrokimia Gresik untuk melakukan ekspansi pasar dan menggenjot ekspor. Terbukti selama 2020, penjualan ekspor Petrokimia Gresik mencapai 494.000 ton, meningkat 25% dari penjualan ekspor 2019.
Bahkan Petrokimia Gresik mampu menguasai market share pupuk NPS di India sebesar 35%. “Ini membuktikan bahwa Petrokimia Gresik mampu mengubah tantangan menjadi peluang,” tandas Dwi Satriyo.
Tidak hanya itu, tahun ini Petrokimia Gresik juga berhasil mendapatkan izin pengecualian gipsum dari kategori Limbah B3 dari Kementerian Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK). Sehingga pemanfaatannya dapat dilakukan secara masif, tidak hanya di lingkup internal perusahaan, tetapi juga dapat mendukung industri lainnya yang membutuhkan gipsum.
(Baca juga:Perangi Covid-19, Petrokimia Gresik Borong GeNose C19)
“Ke depan, pengembangan bisnis dengan optimalisasi potensi yang ada akan difokuskan pada hilirisasi produk untuk memperkuat posisi Petrokimia Gresik sebagai perusahaan berbasis related diversified industry agar terus tumbuh dan sustainable,” jelas Dwi Satriyo.
Memperingati hari ulang tahunnya yang ke-49, Petrokimia Gresik berkomitmen untuk terus memberikan kontribusi bagi Indonesia. Di 2020 lalu, Petrokimia Gresik berhasil mencatat kinerja positif dengan perolehan laba sebesar Rp1,42 triliun (audited) atau 118% dari target Rencana Kerja dan Anggaran Perusahaan (RKAP) 2020.
“Kinerja positif Petrokimia Gresik di 2020 merupakan wujud kontribusi nyata perusahaan dalam mendukung pemerintah memperkuat ekonomi nasional di tengah pandemi Covid-19,” ujar Dwi Satriyo.
Tidak hanya di pasar domestik, adanya global supply shock juga memberikan peluang Petrokimia Gresik untuk melakukan ekspansi pasar dan menggenjot ekspor. Terbukti selama 2020, penjualan ekspor Petrokimia Gresik mencapai 494.000 ton, meningkat 25% dari penjualan ekspor 2019.
Bahkan Petrokimia Gresik mampu menguasai market share pupuk NPS di India sebesar 35%. “Ini membuktikan bahwa Petrokimia Gresik mampu mengubah tantangan menjadi peluang,” tandas Dwi Satriyo.
(dar)
tulis komentar anda