Erick Thohir: Pejabat BUMN Jangan Jadi Birokrat yang Persulit Rakyat
Kamis, 15 Juli 2021 - 14:06 WIB
JAKARTA - Menteri BUMN Erick Thohir mengingatkan para pejabat peusahaan milik negara tidak menjadi birokrat yang mempersulit pelayanan bagi masyarakat. Sebaliknya, perusahaan pelat merah harus mampu menjadi pelayan publik yang baik.
"BUMN jangan pernah lelah melayani rakyat, BUMN jangan pernah lelah melayani semua, pola pikir kita harus diubah, jangan menjadi tadi, bagian birokrat yang mempersulit, tapi kita harus menjadi bagian yang melayani," tegas Erick, Kamis (15/7/2021).
Erick menambahkan, pemegang saham juga menginstruksikan agar manajemen BUMN meninggalkan pola pikir "BUMN selalu diselamatkan negara" yang kerap terjadi saat perseroan dihadapkan pada masalah. Pola pikir itu, kata Erick, kerap menjadi zona nyaman manajemen yang membuat BUMN tidak bisa berkompetisi, bahkan mengarah pada kehancuran.
"Tinggalkan mindset bahwa BUMN selalu diselamatkan kalau kinerja buruk atau berkasus, mindset ini harus kita bongkar, harus kita tinggalkan. Tidak lagi di comfort zone," tandasnya.
Menurut dia, zona nyaman juga membuat perusahaan negara kehilangan perannya sebagai pelayan masyarakat, peran yang dinilai amat penting untuk membantu rakyat Indonesia pada kondisi kritis.
BUMN yang diamanatkan mengelola kekayaan dalam jumlah besar menurutnya harus bisa menjadi penopang dan agen pembangunan serta lokomotif bangsa. "Karenanya, core value insan BUMN bukan lagi perkara individu melainkan persoalan bangsa," tegasnya.
Lihat Juga: Cegah Eksekutif BUMN Dikriminalisasi, Pakar Hukum UI Minta Business Judgment Rule Diperkuat
"BUMN jangan pernah lelah melayani rakyat, BUMN jangan pernah lelah melayani semua, pola pikir kita harus diubah, jangan menjadi tadi, bagian birokrat yang mempersulit, tapi kita harus menjadi bagian yang melayani," tegas Erick, Kamis (15/7/2021).
Erick menambahkan, pemegang saham juga menginstruksikan agar manajemen BUMN meninggalkan pola pikir "BUMN selalu diselamatkan negara" yang kerap terjadi saat perseroan dihadapkan pada masalah. Pola pikir itu, kata Erick, kerap menjadi zona nyaman manajemen yang membuat BUMN tidak bisa berkompetisi, bahkan mengarah pada kehancuran.
"Tinggalkan mindset bahwa BUMN selalu diselamatkan kalau kinerja buruk atau berkasus, mindset ini harus kita bongkar, harus kita tinggalkan. Tidak lagi di comfort zone," tandasnya.
Menurut dia, zona nyaman juga membuat perusahaan negara kehilangan perannya sebagai pelayan masyarakat, peran yang dinilai amat penting untuk membantu rakyat Indonesia pada kondisi kritis.
BUMN yang diamanatkan mengelola kekayaan dalam jumlah besar menurutnya harus bisa menjadi penopang dan agen pembangunan serta lokomotif bangsa. "Karenanya, core value insan BUMN bukan lagi perkara individu melainkan persoalan bangsa," tegasnya.
Lihat Juga: Cegah Eksekutif BUMN Dikriminalisasi, Pakar Hukum UI Minta Business Judgment Rule Diperkuat
(fai)
tulis komentar anda