Dilarang Lapor Kena Covid-19, Said Iqbal: Di Perusahaan Otomotif Ada 15 Buruh Meninggal
Kamis, 15 Juli 2021 - 15:37 WIB
JAKARTA - Konfederasi Serikat Pekerja Indonesia (KSPI) menyebutkan bahwa fakta saat ini sudah banyak buruh yang positif Covid-19. Berdasarkan hasil survei internalnya, sebanyak 10% lebih buruh di kawasan industri manufaktur terpapar Covid-19.
"Setidaknya di setiap pabrik ada ratusan buruh yang terpapar Covid-19 . Ada satu perusahaan di Karawang mempekerjakan 1.700 buruh, setelah dites ada sekitar 200 buruh yang positif Covid-19," ujar Presiden KSPI Said Iqbal dalam konferensi pers virtual di Jakarta, Kamis(15/7/2021).
Said menyebutkan, rata-rata angka buruh terpapar Covid-19 setelah PCR test 10% ke atas. Hal ini dinilainya mengkhawatirkan dan membahayakan kelangsungan dunia usaha dan nyawa buruh.
Baca juga:Kasus Pencabulan Bocah di Tambora, Polisi: Segera Kita Lakukan Penangkapan
"Ini kami enggak mengada-ada, semua sesuai data dan fakta kami datangi di lapangan," tegas Said.
Bahkan, kata Said, nasib mereka sangat memprihatinkan, karena para buruh ini diminta isolasi mandiri di rumah, namun tidak mendapatkan bantuan apa pun dari perusahaan. Sementara itu, untuk melaporkan diri ke fasilitas kesehatan dilarang oleh perusahaan.
"Masalahnya, kalau buruh-buruh ini melaporkan diri ke petugas kesehatan, yang ada pabrik tempat dia bekerja akan ditutup. Ujungnya, buruh itu sendiri yang nantinya justru harus dirumahkan atau dipotong gajinya. Ada wanti-wanti terselubung dari perusahaan, kalau kamu isoman jangan lapor ke satgas," ucapnya.
Sementara, jika si buruh melapor, maka perusahaan ditutup sementara, dan perusahaan ini tidak mau. Kalau ditutup, ada yang dirumahkan dan dipotong gaji, bahkan PHK. Akhirnya, selama 14 hari isolasi mandiri para buruh ini tidak mendapatkan obat ataupun vitamin, bahkan beberapa orang buruh juga mengaku tak mampu membeli kebutuhan tersebut karena harga obat yang naik tinggi.
Baca juga:Ivermectin Dikategorikan sebagai Obat Uji untuk Pengobatan Covid-19
"Akhirnya, penanganan kesembuhan mereka tidak begitu baik dan menularkan ke orang rumah. Di beberapa kasus, bahkan berujung dengan kematian. Selama 14 hari mereka enggak bisa beli vitamin dan obat obatan, itu butuh uang. Uang mereka pas-pasan dan enggak dapat bantuan dari kantornya. BPJS juga enggak nanggung hal itu, akhirnya menular lah ke keluarga, jadi kluster buruh," jelas Said.
Bahkan, lanjut dia, ada yang berujung kematian, maka dari itu isoman ini tinggi angka kematiannya, bisa jadi dari buruh. Said menyebutkan sudah ada beberapa perusahaan yang karyawan meninggal karena Covid-19.
"Salah satu perusahaan otomotif di Bekasi sudah ada 15 orang buruh yang meninggal, perusahaan lainnya di Bandung ada 5 orang, bahkan di Purwakarta ada 20 orang buruh meninggal dalam satu perusahaan karena Covid-19," pungkasnya.
"Setidaknya di setiap pabrik ada ratusan buruh yang terpapar Covid-19 . Ada satu perusahaan di Karawang mempekerjakan 1.700 buruh, setelah dites ada sekitar 200 buruh yang positif Covid-19," ujar Presiden KSPI Said Iqbal dalam konferensi pers virtual di Jakarta, Kamis(15/7/2021).
Said menyebutkan, rata-rata angka buruh terpapar Covid-19 setelah PCR test 10% ke atas. Hal ini dinilainya mengkhawatirkan dan membahayakan kelangsungan dunia usaha dan nyawa buruh.
Baca juga:Kasus Pencabulan Bocah di Tambora, Polisi: Segera Kita Lakukan Penangkapan
"Ini kami enggak mengada-ada, semua sesuai data dan fakta kami datangi di lapangan," tegas Said.
Bahkan, kata Said, nasib mereka sangat memprihatinkan, karena para buruh ini diminta isolasi mandiri di rumah, namun tidak mendapatkan bantuan apa pun dari perusahaan. Sementara itu, untuk melaporkan diri ke fasilitas kesehatan dilarang oleh perusahaan.
"Masalahnya, kalau buruh-buruh ini melaporkan diri ke petugas kesehatan, yang ada pabrik tempat dia bekerja akan ditutup. Ujungnya, buruh itu sendiri yang nantinya justru harus dirumahkan atau dipotong gajinya. Ada wanti-wanti terselubung dari perusahaan, kalau kamu isoman jangan lapor ke satgas," ucapnya.
Sementara, jika si buruh melapor, maka perusahaan ditutup sementara, dan perusahaan ini tidak mau. Kalau ditutup, ada yang dirumahkan dan dipotong gaji, bahkan PHK. Akhirnya, selama 14 hari isolasi mandiri para buruh ini tidak mendapatkan obat ataupun vitamin, bahkan beberapa orang buruh juga mengaku tak mampu membeli kebutuhan tersebut karena harga obat yang naik tinggi.
Baca juga:Ivermectin Dikategorikan sebagai Obat Uji untuk Pengobatan Covid-19
"Akhirnya, penanganan kesembuhan mereka tidak begitu baik dan menularkan ke orang rumah. Di beberapa kasus, bahkan berujung dengan kematian. Selama 14 hari mereka enggak bisa beli vitamin dan obat obatan, itu butuh uang. Uang mereka pas-pasan dan enggak dapat bantuan dari kantornya. BPJS juga enggak nanggung hal itu, akhirnya menular lah ke keluarga, jadi kluster buruh," jelas Said.
Bahkan, lanjut dia, ada yang berujung kematian, maka dari itu isoman ini tinggi angka kematiannya, bisa jadi dari buruh. Said menyebutkan sudah ada beberapa perusahaan yang karyawan meninggal karena Covid-19.
"Salah satu perusahaan otomotif di Bekasi sudah ada 15 orang buruh yang meninggal, perusahaan lainnya di Bandung ada 5 orang, bahkan di Purwakarta ada 20 orang buruh meninggal dalam satu perusahaan karena Covid-19," pungkasnya.
(uka)
tulis komentar anda