Di Tengah Pandemi Covid-19, Investasi Kian 'Ngecor': Naik 16,2%
Rabu, 28 Juli 2021 - 16:19 WIB
JAKARTA - Di tengah ketidakpastian akibat pandemi Covid-19, realisasi investasi langsung mencatatkan kinerja yang sangat baik. Realisasi investasi langsung kuartal II-2021 mencapai Rp223,0 triliun atau tumbuh sebesar 16,2% (year on year).
Realisasi terdiri atas penanaman modal dalam negeri (PMDN) sebesar Rp106,2 triliun atau tumbuh 12,7% (yoy). Sementara penanaman modal asing (PMA) sebesar USD7.997,5 juta atau sebesar Rp116,8 triliun sesuai kurs APBN 2021 atau tumbuh sebesar 19,6% (yoy).
Kepala BKF Febrio Kacaribu mengatakan, nilai investasi langsung melanjutkan tren peningkatan yang telah melampaui level sebelum pandemi sejak kuartal I. Kinerja investasi kuartal II tahun 2021 menunjukan perbaikan yang signifikan dalam menyerap investasi baik dari dalam maupun luar negeri, dibandingkan periode yang sama tahun 2020 yang bertumbuh negatif.
Baca juga:Wisata ke Luar Angkasa, dari Crazy Rich, oleh Crazy Rich, untuk Crazy Rich
"Hal ini didorong oleh kepercayaan investor bahwa pemerintah tetap bisa mengendalikan penyebaran Covid-19 maupun varian barunya. Sentimen positif juga berasal dari upaya reformasi struktural melalui UU Cipta Kerja yang diperkirakan memberikan kemudahan dan kepastian bagi para investor," kata Febrio di Jakarta, Rabu (28/7/2021).
Berdasarkan sektor usaha, realisasi PMA terbesar di antaranya adalah industri logam dasar, barang logam, bukan mesin dan peralatannya (USD1,8 miliar), pertambangan (USD0,9 miliar), transportasi, gudang, dan telekomunikasi (USD0,9 miliar), serta listrik, gas, dan air (USD0,8 miliar).
Sedangkan realisasi PMDN terbesar adalah perumahan, kawasan industri, dan perkantoran (Rp20,5 triliun), transportasi, gudang dan telekomunikasi (Rp14,5 triliun), listrik, gas, dan air (Rp11,7 triliun), konstruksi (Rp9,9 triliun), dan industri makanan (Rp7,1 triliun).
"Investasi yang cukup besar terjadi pada sektor padat karya seperti sektor perumahan dan sektor industri seperti industri manufaktur, logam dasar, dan makanan," katanya.
Baca juga:Tagihan RSUP Kepri Rp25 Miliar, Gubernur Desak Biaya Pasien COVID-19 Dilunasi
Peningkatan investasi industri logam dasar terutama bersumber dari PMA atas pembangunan pabrik kendaraan listrik dan industri baterai yang sedang dikembangkan di Indonesia. Kinerja investasi di sektor industri diharapkan akan terus menjadi penggerak pertumbuhan ekonomi nasional ke depan, mengingat kontribusinya yang dominan terhadap PDB. Selain itu, sifat padat karya dari industri ini diharapkan menyerap tenaga kerja manusia dalam kondisi pandemi di tengah belum pulihnya sektor lain.
Perbaikan iklim berusaha sejalan dengan implementasi UU Cipta Kerja berikut PP No. 5 Tahun 2021 tentang Penyelenggaraan Perizinan Berusaha Berbasis Risiko diharapkan akan terus memberikan kontribusi yang besar pada peningkatan investasi langsung di Indonesia.
“Implementasi reformasi struktural terutama untuk kemudahan berusaha pada UU Cipta Kerja dan turunannya ini akan terus dipercepat agar manfaatnya segera dapat dirasakan oleh investor. Sehingga, investasi terus dapat menjadi motor pertumbuhan ekonomi yang berkualitas,” tandasnya.
Realisasi terdiri atas penanaman modal dalam negeri (PMDN) sebesar Rp106,2 triliun atau tumbuh 12,7% (yoy). Sementara penanaman modal asing (PMA) sebesar USD7.997,5 juta atau sebesar Rp116,8 triliun sesuai kurs APBN 2021 atau tumbuh sebesar 19,6% (yoy).
Kepala BKF Febrio Kacaribu mengatakan, nilai investasi langsung melanjutkan tren peningkatan yang telah melampaui level sebelum pandemi sejak kuartal I. Kinerja investasi kuartal II tahun 2021 menunjukan perbaikan yang signifikan dalam menyerap investasi baik dari dalam maupun luar negeri, dibandingkan periode yang sama tahun 2020 yang bertumbuh negatif.
Baca juga:Wisata ke Luar Angkasa, dari Crazy Rich, oleh Crazy Rich, untuk Crazy Rich
"Hal ini didorong oleh kepercayaan investor bahwa pemerintah tetap bisa mengendalikan penyebaran Covid-19 maupun varian barunya. Sentimen positif juga berasal dari upaya reformasi struktural melalui UU Cipta Kerja yang diperkirakan memberikan kemudahan dan kepastian bagi para investor," kata Febrio di Jakarta, Rabu (28/7/2021).
Berdasarkan sektor usaha, realisasi PMA terbesar di antaranya adalah industri logam dasar, barang logam, bukan mesin dan peralatannya (USD1,8 miliar), pertambangan (USD0,9 miliar), transportasi, gudang, dan telekomunikasi (USD0,9 miliar), serta listrik, gas, dan air (USD0,8 miliar).
Sedangkan realisasi PMDN terbesar adalah perumahan, kawasan industri, dan perkantoran (Rp20,5 triliun), transportasi, gudang dan telekomunikasi (Rp14,5 triliun), listrik, gas, dan air (Rp11,7 triliun), konstruksi (Rp9,9 triliun), dan industri makanan (Rp7,1 triliun).
"Investasi yang cukup besar terjadi pada sektor padat karya seperti sektor perumahan dan sektor industri seperti industri manufaktur, logam dasar, dan makanan," katanya.
Baca juga:Tagihan RSUP Kepri Rp25 Miliar, Gubernur Desak Biaya Pasien COVID-19 Dilunasi
Peningkatan investasi industri logam dasar terutama bersumber dari PMA atas pembangunan pabrik kendaraan listrik dan industri baterai yang sedang dikembangkan di Indonesia. Kinerja investasi di sektor industri diharapkan akan terus menjadi penggerak pertumbuhan ekonomi nasional ke depan, mengingat kontribusinya yang dominan terhadap PDB. Selain itu, sifat padat karya dari industri ini diharapkan menyerap tenaga kerja manusia dalam kondisi pandemi di tengah belum pulihnya sektor lain.
Perbaikan iklim berusaha sejalan dengan implementasi UU Cipta Kerja berikut PP No. 5 Tahun 2021 tentang Penyelenggaraan Perizinan Berusaha Berbasis Risiko diharapkan akan terus memberikan kontribusi yang besar pada peningkatan investasi langsung di Indonesia.
“Implementasi reformasi struktural terutama untuk kemudahan berusaha pada UU Cipta Kerja dan turunannya ini akan terus dipercepat agar manfaatnya segera dapat dirasakan oleh investor. Sehingga, investasi terus dapat menjadi motor pertumbuhan ekonomi yang berkualitas,” tandasnya.
(uka)
Lihat Juga :
tulis komentar anda