Nasib Pedagang Pasar Tanah Abang: Terjepit Pandemi dan Digitalisasi
Kamis, 29 Juli 2021 - 16:27 WIB
Kini Syafril harus berusaha lebih untuk menutupi sewa kios meski pelanggan yang berbelanja di tokonya tak seramai sebelum pandemi Covid 19. Syafril menyebut, sebelum penerapan PPKM berlevel ini, dirinya bisa meraup omzet hingga Rp500 ribu perhari, namun kondisi saat ini berbanding terbalik dengan apa yang pernah didapatkannya.
Baca juga:8 Tips Menawar Mobil Bekas Agar Dapat Harga Bersaing
"Boro-boro beli, yang lewat saja tidak ada. Sebelum PPKM itu Rp500 ribu sampai Rp300 ribu ada juga. Sekarang, sudah dua hari saya dagang, satu potong pun, tidak ada yang laku," keluhnya.
Kini Syafril hanya berharap kepada pemerintah selaku pemangku kebijakan, seperti kebijakan yang membantu pedagang kecil untuk tetap bertahan meski berjualan secara konvensional.
"Namanya untuk nutup kios, ya pinjam sana sini, yang gak bisa dilakukan, dilakukan sekarang. Kita mau makan, gak ada duit, kita gadai sama tetangga dulu, kita pinjam duit dulu, kita dapat makan yang penting, anak cucu makan, jangan sampai gak makan," tutupnya.
Baca juga:8 Tips Menawar Mobil Bekas Agar Dapat Harga Bersaing
"Boro-boro beli, yang lewat saja tidak ada. Sebelum PPKM itu Rp500 ribu sampai Rp300 ribu ada juga. Sekarang, sudah dua hari saya dagang, satu potong pun, tidak ada yang laku," keluhnya.
Kini Syafril hanya berharap kepada pemerintah selaku pemangku kebijakan, seperti kebijakan yang membantu pedagang kecil untuk tetap bertahan meski berjualan secara konvensional.
"Namanya untuk nutup kios, ya pinjam sana sini, yang gak bisa dilakukan, dilakukan sekarang. Kita mau makan, gak ada duit, kita gadai sama tetangga dulu, kita pinjam duit dulu, kita dapat makan yang penting, anak cucu makan, jangan sampai gak makan," tutupnya.
(uka)
tulis komentar anda