Garuda Indonesia Digerogoti 2 Masalah Utama, Karyawan: Bukan Semata Soal Keuangan
Selasa, 10 Agustus 2021 - 14:19 WIB
JAKARTA - Serikat Bersama Karyawan Garuda Indonesia Bersatu (Sekber) mencatat ada dua masalah utama yang dihadapi PT Garuda Indonesia (Persero) Tbk,. Kedua perkara itu dinilai harus menjadi perhatian Kementerian BUMN .
Koordinator Sekber Karyawan Garuda Indonesia, Tomy Tampatty menyebut, masalah tersebut berupa keuangan atau utang emiten senilai Rp 70 triliun dan menurunnya kinerja operasional akibat dari dampak Covid-19.
"Bahwa saat ini ada dua permasalahan utama Garuda Indonesia yang harus menjadi perhatian para pengambil keputusan, pertama permasalahan keuangan terutama hutang yang cukup besar ditambah lagi dengan menurunnya kinerja operasional akibat dari dampak Covid-19 ," ujar Tomy di kawasan Kementerian BUMN, Jakarta, Selasa (10/8/2021)
Kedua adalah permasalahan fundamental bisnis yang perlu ditata kembali dan dikelola secara optimal guna mengoptimalisasi pendapatan. Tomy menilai, untuk menghadapi kondisi tersebut dibutuhkan sumber daya manusia yang memahami sektor Bisnis Airline.
Dia berpandangan, selama ini manajemen terkesan berasumsi bahwa masalah Garuda hanya masalah keuangan semata. Akibatnya, manajemen berkutak kutik pada proses reengineering bidang keuangan semata termasuk restrukturisasi hutang sebagai pilar utamanya.
Namun, belum menyentuh akar masalah dan cenderung memindahkan masalah jangka pendek menjadi masalah jangka panjang. Padahal, masalah fundamental bisnis untuk penciptaan laba dianggap terabaikan.
"Seperti dalam hal ketepatan memilih alat produksi, ketepatan memilih rute yang diterbangi dan ketepatan people process technologi yang dijalankan sehingga bisnisnya menjadi untung," katanya.
Ke depan, kata Tomy, manajemen perlu mengembangkan ekosistem aviasi dan pariwisata dalam suatu strategi bertahan dan tumbuh melalui kolaborasi dan sinergi yang kuat antar BUMN, BUMD, Swasta, UMKM dan pemerintah, sehingga semua stakeholder.
Koordinator Sekber Karyawan Garuda Indonesia, Tomy Tampatty menyebut, masalah tersebut berupa keuangan atau utang emiten senilai Rp 70 triliun dan menurunnya kinerja operasional akibat dari dampak Covid-19.
"Bahwa saat ini ada dua permasalahan utama Garuda Indonesia yang harus menjadi perhatian para pengambil keputusan, pertama permasalahan keuangan terutama hutang yang cukup besar ditambah lagi dengan menurunnya kinerja operasional akibat dari dampak Covid-19 ," ujar Tomy di kawasan Kementerian BUMN, Jakarta, Selasa (10/8/2021)
Kedua adalah permasalahan fundamental bisnis yang perlu ditata kembali dan dikelola secara optimal guna mengoptimalisasi pendapatan. Tomy menilai, untuk menghadapi kondisi tersebut dibutuhkan sumber daya manusia yang memahami sektor Bisnis Airline.
Dia berpandangan, selama ini manajemen terkesan berasumsi bahwa masalah Garuda hanya masalah keuangan semata. Akibatnya, manajemen berkutak kutik pada proses reengineering bidang keuangan semata termasuk restrukturisasi hutang sebagai pilar utamanya.
Namun, belum menyentuh akar masalah dan cenderung memindahkan masalah jangka pendek menjadi masalah jangka panjang. Padahal, masalah fundamental bisnis untuk penciptaan laba dianggap terabaikan.
"Seperti dalam hal ketepatan memilih alat produksi, ketepatan memilih rute yang diterbangi dan ketepatan people process technologi yang dijalankan sehingga bisnisnya menjadi untung," katanya.
Ke depan, kata Tomy, manajemen perlu mengembangkan ekosistem aviasi dan pariwisata dalam suatu strategi bertahan dan tumbuh melalui kolaborasi dan sinergi yang kuat antar BUMN, BUMD, Swasta, UMKM dan pemerintah, sehingga semua stakeholder.
(akr)
tulis komentar anda