Kembangkan Blok East Natuna, Ini Rekomendasi dari IATMI
Jum'at, 13 Agustus 2021 - 19:43 WIB
Dengan kondisi tersebut, Blok East Natuna diperkirakan memiliki sumber daya kontingen sebesar 46 TCF. Jumlah itu hampir sama dengan total cadangan gas Indonesia yang sebesar 55 TCF (2P di awal 2020). Namun, selain kandungan CO2-nya yang tinggi, tantangan lain pengembangan blok itu adalah lokasinya yang terpencil. Jarak Blok East Natuna ke Pulau Natuna mencapai 225 km dan ke Pulau Sumatera mencapai 1.000 km.
Ketua FGD Pengembangan Blok East Natuna Ngurah Beni Setiawan mengatakan, pemisahan CO2 beserta pemanfaatannya adalah tantangan terbesar untuk mengembangkan Blok East Natuna. Untuk menjawab tantangan itu, kata dia, dua teknologi bisa diterapkan, yaitu pemanfaatan supercritical gas expansion dan air laut sebagai pre-cooling untuk meningkatkan efisiensi pemisahan CO2, dan penggunaan wellhead turbo expander untuk menurunkan beban pendinginan selama proses pemisahan CO2.
"Di samping CO2 reinjection, beberapa alternatif pemanfaatan CO2 yang bertujuan untuk meningkatkan keekonomian juga didiskusikan secara komprehensif selama sesi FGD, di antaranya adalah penggunaan supercritical CO2 sebagai working fluid pada pembangkit tenaga listrik, serta pemanfaatan CO2 untuk EOR pada lapangan-lapangan minyak di Sumatera," paparnya.
Selain penerapan teknologi, sambungnya, dukungan pemerintah juga sangat diperlukan untuk mendukung keekonomian proyek raksasa tersebut. Untuk hal ini, SKK Migas telah menyampaikan dukungannya dan keterbukaannya untuk berdiskusi mengenai kondisi fiskal dan insentif terkait pengembangan Blok East Natuna.
Hadi Ismoyo mengatakan, dengan kebutuhan energi yang terus meningkat dan di saat yang bersamaan Indonesia juga harus menghadapi tantangan untuk dapat menurunkan emisi karbon, maka pengembangan Blok East Natuna yang memiliki kandungan CO2 sangat besar perlu dicarikan solusi agar pemanfaatannya tetap dapat mendukung program penurunan emisi karbon serta dapat menghasilkan proyek ekonomis yang bisa mendukung pertumbuhan ekonomi.
Ketua FGD Pengembangan Blok East Natuna Ngurah Beni Setiawan mengatakan, pemisahan CO2 beserta pemanfaatannya adalah tantangan terbesar untuk mengembangkan Blok East Natuna. Untuk menjawab tantangan itu, kata dia, dua teknologi bisa diterapkan, yaitu pemanfaatan supercritical gas expansion dan air laut sebagai pre-cooling untuk meningkatkan efisiensi pemisahan CO2, dan penggunaan wellhead turbo expander untuk menurunkan beban pendinginan selama proses pemisahan CO2.
"Di samping CO2 reinjection, beberapa alternatif pemanfaatan CO2 yang bertujuan untuk meningkatkan keekonomian juga didiskusikan secara komprehensif selama sesi FGD, di antaranya adalah penggunaan supercritical CO2 sebagai working fluid pada pembangkit tenaga listrik, serta pemanfaatan CO2 untuk EOR pada lapangan-lapangan minyak di Sumatera," paparnya.
Selain penerapan teknologi, sambungnya, dukungan pemerintah juga sangat diperlukan untuk mendukung keekonomian proyek raksasa tersebut. Untuk hal ini, SKK Migas telah menyampaikan dukungannya dan keterbukaannya untuk berdiskusi mengenai kondisi fiskal dan insentif terkait pengembangan Blok East Natuna.
Hadi Ismoyo mengatakan, dengan kebutuhan energi yang terus meningkat dan di saat yang bersamaan Indonesia juga harus menghadapi tantangan untuk dapat menurunkan emisi karbon, maka pengembangan Blok East Natuna yang memiliki kandungan CO2 sangat besar perlu dicarikan solusi agar pemanfaatannya tetap dapat mendukung program penurunan emisi karbon serta dapat menghasilkan proyek ekonomis yang bisa mendukung pertumbuhan ekonomi.
(fai)
tulis komentar anda