Sisi Gelap Kamp Pertambangan Australia, dari Pesta Miras hingga Pelecehan Seksual
Sabtu, 14 Agustus 2021 - 18:01 WIB
Tiga korporasi tambang terbesar Australia baik BHP, Rio Tinto, dan Fortescue belum memberikan komentar terbaru mereka. Namun, sebelumnya telah angkat bicara terkait langkah-langkah perusahaan untuk mengatasi masalah tersebut, termasuk upaya meningkatkan keterwakilan perempuan dalam pekerjaan tersebut.
Seperti BHP Group yang menargetkan ada keseimbangan gender 50-50 pada 2025. Perusahaan mencatat persentase perempuan telah meningkat menjadi 26,5% naik dari 17,6% sejak pertengahan 2016.
Selanjutnya Rio Tinto yang berupaya meningkatkan representasi perempuan sebesar 2 poin dalam setiap tahun. Ini terbukti ada kenaikan 0,9% menjadi 21% pada paruh pertama 2021. Korporasi telah mempekerjakan total 1270 perempuan, atau 32% dari total perekrutan.
Sementara Fortescue telah meluncurkan inisiatif untuk mengatasi pelecehan seksual di tempat kerja dan membantu persoalan para pekerja perempuan.
"Sebagai sebuah industri, kita harus terus berbuat lebih banyak untuk memastikan bahwa pekerja kita yang beragam mencerminkan masyarakat kita dan menumbuhkan budaya kerja yang dapat merangkul keberagaman dan inklusivitas," kata Elizabeth Gaines, Kepala Eksekutif Fortescue, pekan lalu.
Pada konferensi tahunan di kota pedalaman Kalgoorlie pekan lalu, Gaines mencatat bahwa pihaknya terus meningkatkan keseimbangan gender. "Jelas bahwa industri masih memiliki PR yang harus segera dituntaskan," katanya pada konferensi tersebut.
Laporan Insiden
Anggota komisi Hak Asasi Manusia di Australia bidang diskriminasi gender, Kate Jenkins pada bulan lalu melaporkan 40 persen pekerja pertambangan pernah mengalami pelecehan seksual di tempat kerja, lebih tinggi dari rata-rata di semua industri.
Perempuan di industri pertambangan dua kali lebih mungkin dilecehkan secara seksual sebesar 74 persen, dibandingkan rekan laki-laki yang mencapai 32 persen selama lima tahun terakhir.
Beberapa pekan lalu, Pejabat eksekutif Pilbara Minerals, Ken Brinsden mengatakan bahwa sejak tiga tahun terakhir, ada lonjakan jumlah laporan kasus pelecehan seksual di lokasi tambang dan kamp-kamp Australia Barat.
Seperti BHP Group yang menargetkan ada keseimbangan gender 50-50 pada 2025. Perusahaan mencatat persentase perempuan telah meningkat menjadi 26,5% naik dari 17,6% sejak pertengahan 2016.
Selanjutnya Rio Tinto yang berupaya meningkatkan representasi perempuan sebesar 2 poin dalam setiap tahun. Ini terbukti ada kenaikan 0,9% menjadi 21% pada paruh pertama 2021. Korporasi telah mempekerjakan total 1270 perempuan, atau 32% dari total perekrutan.
Sementara Fortescue telah meluncurkan inisiatif untuk mengatasi pelecehan seksual di tempat kerja dan membantu persoalan para pekerja perempuan.
"Sebagai sebuah industri, kita harus terus berbuat lebih banyak untuk memastikan bahwa pekerja kita yang beragam mencerminkan masyarakat kita dan menumbuhkan budaya kerja yang dapat merangkul keberagaman dan inklusivitas," kata Elizabeth Gaines, Kepala Eksekutif Fortescue, pekan lalu.
Pada konferensi tahunan di kota pedalaman Kalgoorlie pekan lalu, Gaines mencatat bahwa pihaknya terus meningkatkan keseimbangan gender. "Jelas bahwa industri masih memiliki PR yang harus segera dituntaskan," katanya pada konferensi tersebut.
Laporan Insiden
Anggota komisi Hak Asasi Manusia di Australia bidang diskriminasi gender, Kate Jenkins pada bulan lalu melaporkan 40 persen pekerja pertambangan pernah mengalami pelecehan seksual di tempat kerja, lebih tinggi dari rata-rata di semua industri.
Perempuan di industri pertambangan dua kali lebih mungkin dilecehkan secara seksual sebesar 74 persen, dibandingkan rekan laki-laki yang mencapai 32 persen selama lima tahun terakhir.
Beberapa pekan lalu, Pejabat eksekutif Pilbara Minerals, Ken Brinsden mengatakan bahwa sejak tiga tahun terakhir, ada lonjakan jumlah laporan kasus pelecehan seksual di lokasi tambang dan kamp-kamp Australia Barat.
tulis komentar anda