Ekonomi Afghanistan Dibangun dari Ketergantungan Bantuan, Bagaimana Saat Dipimpin Taliban?
Jum'at, 20 Agustus 2021 - 05:24 WIB
Salah satu dengan potensi yang sangat mencolok adalah lithium, logam yang digunakan dalam baterai untuk perangkat mobile dan mobil listrik. Akan menjadi sangat penting karena industri motor sedang melakukan transisi ke bentuk transportasi nol-karbon.
Kembali pada tahun 2010, seorang jenderal top AS mengatakan kepada New York Times bahwa potensi mineral Afghanistan "menakjubkan" dengan "banyak ifs, tentu saja".
Surat kabar itu juga melaporkan bahwa memo internal Departemen Pertahanan AS mengatakan negara itu bisa menjadi "Arab Saudinya lithium".
Namun potensi tersebut tidak ada yang mengeksploitasi. Dimana orang-orang Afghanistan melihatnya sebagai sesuatu yang tidak menguntungkan.
Kekuatan Asing
Ada banyak laporan bahwa China ingin terlibat. Tampaknya mereka memiliki hubungan yang lebih baik dengan Taliban daripada kekuatan Barat, sehingga mungkin memiliki keuntungan jika rezim baru memang memegang kekuasaan.
Namun, perusahaan-perusahaan China belum memenangkan kontrak untuk mengembangkan operasi tembaga dan minyak. Tetapi mereka sepertinya enggan untuk berkomitmen kecuali merasa masalah keamanan dan korupsi ditangani dengan baik.
Pertanyaan kunci bagi setiap calon investor yang bersaing keras, apakah itu China atau dari manapun. Apakah Taliban lebih mampu daripada pemerintah Afghanistan sebelumnya untuk menciptakan iklim investasi yang dibutuhkan.
Faktor lain yang mungkin mempengaruhi ekonomi adalah pekerjaan perempuan. Dalam dekade terakhir persentase populasi perempuan di atas 15 tahun dalam pekerjaan telah meningkat secara dramatis.
Meskipun pada 22% di 2019 masih rendah menurut standar internasional. Di bawah Taliban, belum diketahui apakah perubahan akan terus terjadi, jika tidak maka berpotensi semakin merusak prospek ekonomi.
Kembali pada tahun 2010, seorang jenderal top AS mengatakan kepada New York Times bahwa potensi mineral Afghanistan "menakjubkan" dengan "banyak ifs, tentu saja".
Surat kabar itu juga melaporkan bahwa memo internal Departemen Pertahanan AS mengatakan negara itu bisa menjadi "Arab Saudinya lithium".
Namun potensi tersebut tidak ada yang mengeksploitasi. Dimana orang-orang Afghanistan melihatnya sebagai sesuatu yang tidak menguntungkan.
Kekuatan Asing
Ada banyak laporan bahwa China ingin terlibat. Tampaknya mereka memiliki hubungan yang lebih baik dengan Taliban daripada kekuatan Barat, sehingga mungkin memiliki keuntungan jika rezim baru memang memegang kekuasaan.
Namun, perusahaan-perusahaan China belum memenangkan kontrak untuk mengembangkan operasi tembaga dan minyak. Tetapi mereka sepertinya enggan untuk berkomitmen kecuali merasa masalah keamanan dan korupsi ditangani dengan baik.
Pertanyaan kunci bagi setiap calon investor yang bersaing keras, apakah itu China atau dari manapun. Apakah Taliban lebih mampu daripada pemerintah Afghanistan sebelumnya untuk menciptakan iklim investasi yang dibutuhkan.
Faktor lain yang mungkin mempengaruhi ekonomi adalah pekerjaan perempuan. Dalam dekade terakhir persentase populasi perempuan di atas 15 tahun dalam pekerjaan telah meningkat secara dramatis.
Meskipun pada 22% di 2019 masih rendah menurut standar internasional. Di bawah Taliban, belum diketahui apakah perubahan akan terus terjadi, jika tidak maka berpotensi semakin merusak prospek ekonomi.
tulis komentar anda