Aset Naik, Bank Ina Perkuat Sinergi dengan Group Salim
Senin, 23 Agustus 2021 - 16:48 WIB
JAKARTA - PT Bank Ina Perdana Tbk (BINA) akan mengoptimalkan peningkatan total aset melalui sinergi dan melakukan kerja sama dengan perusahaan-perusahaan dalam Group Salim.
Direktur Utama Bank Ina Daniel Budirahayu mengatakan hingga Juli 2021, perseroan telah mencatat pertumbuhan total aset sebesar 36% year to date (ytd) menjadi Rp11,4 triliun. Pertumbuhan aset terutama didorong oleh peningkatan dana pihak ketiga (DPK) menjadi Rp9,7 triliun dari Desember 2020 yang sebesar Rp7,1 triliun. Komposisi pendanaan dana murah (CASA) juga masih terjaga baik di level 34%.
"Peningkatan aset ini akan dioptimalkan Bank Ina dengan bersinergi dan sudah mulai melakukan kerja sama dengan perusahaan-perusahaan dalam Group Salim, yang akan mendukung pertumbuhan bisnis perseroan," kata Daniel dalam keterangan rilisnya di Jakarta, Senin (23/8/2021).
Menurutnya, pendemi Covid-19 memang telah menyebabkan melemahnya permintaan kredit perbankan. Meski demikian, penyaluran kredit Bank Ina masih tumbuh sebesar 5% year to date menjadi Rp3,1 triliun, dengan kualitas aset yang terpelihara dengan baik.
Pertumbuhan di penyaluran kredit dan penghimpunan dana pihak ketiga (DPK) meningkatkan pendapatan bunga bersih dan pendapatan operasional bank, yang pada akhirnya membuat laba bersih Bank Ina meningkat di posisi Juli 2021 menjadi Rp25,6 miliar. Sebagai catatan, hingga Desember 2020 lalu perseroan membukukan laba bersih sebesar Rp19,3 miliar.
"Rasio permodalan bank juga masih sangat kuat dengan CAR di atas 30% dan masih akan meningkat dengan rencana perseroan untuk melakan right issue di semester II/2021," pungkasnya.
Perseroan sebelumnya telah mengumumkan rencana penerbitan saham baru (rights issue) dengan menggunakan laporan keuangan semester I/2021. Hal itu disebutkan dalam rencana penyampaian laporan publikasi keuangan dan laporan keuangan interim (audited) Bank Ina per 30 Juni 2021 kepada Bursa Efek Indonesia (BEI).
Bank Ina akan melakukan penambahan modal perseroan dengan hak memesan efek terlebih dahulu (HMETD) dengan penerbitan sebanyak-banyaknya 2 miliar dengan nilai nominal Rp100 per saham. Rencana tersebut telah mendapatkan persetujuan pemegang saham pada rapat umum pemegang saham (RUPS) yang diselenggarakan pada Juni kemarin.
Direktur Utama Bank Ina Daniel Budirahayu mengatakan hingga Juli 2021, perseroan telah mencatat pertumbuhan total aset sebesar 36% year to date (ytd) menjadi Rp11,4 triliun. Pertumbuhan aset terutama didorong oleh peningkatan dana pihak ketiga (DPK) menjadi Rp9,7 triliun dari Desember 2020 yang sebesar Rp7,1 triliun. Komposisi pendanaan dana murah (CASA) juga masih terjaga baik di level 34%.
"Peningkatan aset ini akan dioptimalkan Bank Ina dengan bersinergi dan sudah mulai melakukan kerja sama dengan perusahaan-perusahaan dalam Group Salim, yang akan mendukung pertumbuhan bisnis perseroan," kata Daniel dalam keterangan rilisnya di Jakarta, Senin (23/8/2021).
Menurutnya, pendemi Covid-19 memang telah menyebabkan melemahnya permintaan kredit perbankan. Meski demikian, penyaluran kredit Bank Ina masih tumbuh sebesar 5% year to date menjadi Rp3,1 triliun, dengan kualitas aset yang terpelihara dengan baik.
Pertumbuhan di penyaluran kredit dan penghimpunan dana pihak ketiga (DPK) meningkatkan pendapatan bunga bersih dan pendapatan operasional bank, yang pada akhirnya membuat laba bersih Bank Ina meningkat di posisi Juli 2021 menjadi Rp25,6 miliar. Sebagai catatan, hingga Desember 2020 lalu perseroan membukukan laba bersih sebesar Rp19,3 miliar.
"Rasio permodalan bank juga masih sangat kuat dengan CAR di atas 30% dan masih akan meningkat dengan rencana perseroan untuk melakan right issue di semester II/2021," pungkasnya.
Perseroan sebelumnya telah mengumumkan rencana penerbitan saham baru (rights issue) dengan menggunakan laporan keuangan semester I/2021. Hal itu disebutkan dalam rencana penyampaian laporan publikasi keuangan dan laporan keuangan interim (audited) Bank Ina per 30 Juni 2021 kepada Bursa Efek Indonesia (BEI).
Bank Ina akan melakukan penambahan modal perseroan dengan hak memesan efek terlebih dahulu (HMETD) dengan penerbitan sebanyak-banyaknya 2 miliar dengan nilai nominal Rp100 per saham. Rencana tersebut telah mendapatkan persetujuan pemegang saham pada rapat umum pemegang saham (RUPS) yang diselenggarakan pada Juni kemarin.
(dar)
tulis komentar anda