Gapki Sebut Permintaan Sawit Masih Tinggi di Tengah Pandemi
Selasa, 24 Agustus 2021 - 13:18 WIB
JAKARTA - Permintaan produk minyak sawit masih tinggi meski di tengah pandemi Covid-19 . Ketua Bidang Komunikasi Gabungan Pengusaha Kelapa Sawit Indonesia (Gapki) Tofan Mahdi mengatakan, secara umum tren permintaan di pasar global masih tinggi sejak pandemi Covid-19 tahun lalu. Bahkan, tidak ada penurunan ekspor sawit yang sangat signifikan.
"Memang sempat terjadi penurunan permintaan pada awal Maret 2020 ketika Covid-19 masuk pertama kali di Indonesia. Kemudian beberapa negara melakukan lockdown sehingga terjadi penurunan permintaan negara-negara utama tujuan ekspor kita seperti China, India, Pakistan, dan Uni Eropa," ujarnya dalam Market Review IDX Channel, Selasa (24/8/2021).
Tofan melanjutkan, ketika protokol kesehatan mulai diterapkan sehingga kegiatan ekonomi sudah mulai bergerak kembali, permintaan ekspor produk minyak sawit kembali meningkat dan cenderung stabil hingga saat ini.
"Ketika sektor lain menghadapi pukulan yang sangat besar akibat pandemi, sektor minyak sawit masih bertahan. Bahkan sekarang harganya cenderung stabil pada posisi yang cukup tinggi. Saya boleh mengatakan bahwa ini harga yang cukup tinggi dalam jangka waktu yang lama dalam kurun 1 dekade terakhir," paparnya.
Pada Juni 2021, nilai ekspor produk sawit sebesar USD2,118 miliar. Meski turun 30,1% dari bulan Mei 2021, devisa dari ekspor sawit masih mencapai 11,4% dari total devisa ekspor, yang menunjukkan tetap pentingnya ekspor sawit bagi perolehan devisa negara.
Tofan menambahkan, sekitar 70% produk sawit Indonesia terserap ekspor. "Secara umum permintaannya masih sangat baik. Di tahun 2020 saja dari total 52 juta ton produksi minyak sawit, mungkin sekitar 30 juta ton terserap di luar negeri. Memang permintaan ekspor sangat tinggi baik untuk kebutuhan makanan maupun oleochemical," tukasnya.
"Memang sempat terjadi penurunan permintaan pada awal Maret 2020 ketika Covid-19 masuk pertama kali di Indonesia. Kemudian beberapa negara melakukan lockdown sehingga terjadi penurunan permintaan negara-negara utama tujuan ekspor kita seperti China, India, Pakistan, dan Uni Eropa," ujarnya dalam Market Review IDX Channel, Selasa (24/8/2021).
Tofan melanjutkan, ketika protokol kesehatan mulai diterapkan sehingga kegiatan ekonomi sudah mulai bergerak kembali, permintaan ekspor produk minyak sawit kembali meningkat dan cenderung stabil hingga saat ini.
"Ketika sektor lain menghadapi pukulan yang sangat besar akibat pandemi, sektor minyak sawit masih bertahan. Bahkan sekarang harganya cenderung stabil pada posisi yang cukup tinggi. Saya boleh mengatakan bahwa ini harga yang cukup tinggi dalam jangka waktu yang lama dalam kurun 1 dekade terakhir," paparnya.
Pada Juni 2021, nilai ekspor produk sawit sebesar USD2,118 miliar. Meski turun 30,1% dari bulan Mei 2021, devisa dari ekspor sawit masih mencapai 11,4% dari total devisa ekspor, yang menunjukkan tetap pentingnya ekspor sawit bagi perolehan devisa negara.
Tofan menambahkan, sekitar 70% produk sawit Indonesia terserap ekspor. "Secara umum permintaannya masih sangat baik. Di tahun 2020 saja dari total 52 juta ton produksi minyak sawit, mungkin sekitar 30 juta ton terserap di luar negeri. Memang permintaan ekspor sangat tinggi baik untuk kebutuhan makanan maupun oleochemical," tukasnya.
(ind)
Lihat Juga :
tulis komentar anda