Komnas Pengendalian Tembakau Kaitkan Krisis Covid-19 dengan Rokok
Jum'at, 27 Agustus 2021 - 13:38 WIB
JAKARTA - Kenaikan cukai hasil tembakau (CHT) menjadi musuh para asosiasi dan pelaku industri hasil tembakau (IHT) . Namun, bagi Komnas Pengendalian Tembakau, kenaikan cukai ditambah dengan harga rokok yang mahal, dinilai akan membuat konsumsi rokok di masyarakat dapat lebih terkendali sehingga membantu menekan kasus Covid-19 sekaligus membantu pemerintah menekan beban ekonomi dari dampak pandemi.
Ketua Umum Komnas Pengendalian Tembakau Hasbullah Thabrany meminta pemerintah segera menaikkan cukai rokok dan melakukan penyederhanaan golongan tarif cukai agar tingkat keterjangkauan serta konsumsi rokok dapat ditekan.
"Kami sangat berharap seluruh kementerian terkait bersepakat menentukan sikap dan keberpihakannya kepada rakyat, bahwa krisis pandemi Covid-19 akan sulit ditangani tanpa memiliki perspektif bahwa kita juga sedang mengalami krisis epidemi konsumsi produk tembakau saat ini," ujarnya dalam keterangan yang diterima di Jakarta, Jumat (27/8/2021).
Selain itu, dia juga menyampaikan pemerintah harus memiliki sense of crisis dan menyadari bahwa Indonesia tengah mengalami krisis pengendalian konsumsi rokok. Mengutip survei Komnas Pengendalian Tembakau pada 2020, meski pandemi berpengaruh pada penghasilan responden secara ekonomi, namun 49,8% responden masih menghabiskan uang belanja untuk rokok yang sama besarnya seperti sebelum pandemi, dan 13,1% responden justru naik jumlah konsumsi dan uang belanjanya untuk rokok saat pandemi.
Soal jumlah perokok anak, derdasarkan data Riskesdas, pada 2013, jumlah perokok anak 7,2% dan naik menjadi menjadi 9,1% pada 2018. Angka tersebut telah melewati target capaian RPJMN 2014-2019 untuk menurunkan prevalensi perokok anak menjadi 5,4% pada 2019.
Sementara, merujuk pada data Bursa Efek Indonesia (BEI), pandemi Covid-19 tidak berdampak pada industri rokok. PT Hanjaya Mandala Sampoerna Tbk milik Philip Morris asal Amerika Serikat mengantongi pendapatan Rp47,2 triliun pada semester I-2021 atau naik 6,5% (yoy). Begitu juga dengan PT Gudang Garam International Tbk yang pendapatannya naik 12,9% menjadi Rp60,6 triliun.
Ketua Umum Komnas Pengendalian Tembakau Hasbullah Thabrany meminta pemerintah segera menaikkan cukai rokok dan melakukan penyederhanaan golongan tarif cukai agar tingkat keterjangkauan serta konsumsi rokok dapat ditekan.
"Kami sangat berharap seluruh kementerian terkait bersepakat menentukan sikap dan keberpihakannya kepada rakyat, bahwa krisis pandemi Covid-19 akan sulit ditangani tanpa memiliki perspektif bahwa kita juga sedang mengalami krisis epidemi konsumsi produk tembakau saat ini," ujarnya dalam keterangan yang diterima di Jakarta, Jumat (27/8/2021).
Selain itu, dia juga menyampaikan pemerintah harus memiliki sense of crisis dan menyadari bahwa Indonesia tengah mengalami krisis pengendalian konsumsi rokok. Mengutip survei Komnas Pengendalian Tembakau pada 2020, meski pandemi berpengaruh pada penghasilan responden secara ekonomi, namun 49,8% responden masih menghabiskan uang belanja untuk rokok yang sama besarnya seperti sebelum pandemi, dan 13,1% responden justru naik jumlah konsumsi dan uang belanjanya untuk rokok saat pandemi.
Soal jumlah perokok anak, derdasarkan data Riskesdas, pada 2013, jumlah perokok anak 7,2% dan naik menjadi menjadi 9,1% pada 2018. Angka tersebut telah melewati target capaian RPJMN 2014-2019 untuk menurunkan prevalensi perokok anak menjadi 5,4% pada 2019.
Sementara, merujuk pada data Bursa Efek Indonesia (BEI), pandemi Covid-19 tidak berdampak pada industri rokok. PT Hanjaya Mandala Sampoerna Tbk milik Philip Morris asal Amerika Serikat mengantongi pendapatan Rp47,2 triliun pada semester I-2021 atau naik 6,5% (yoy). Begitu juga dengan PT Gudang Garam International Tbk yang pendapatannya naik 12,9% menjadi Rp60,6 triliun.
(uka)
tulis komentar anda