Gonjang Ganjing Harga Minyak Mentah Dunia, Ini Prediksi Analis hingga 2022
Minggu, 05 September 2021 - 18:30 WIB
JAKARTA - Ekspektasi produksi minyak dunia masih mendapatkan hambatan berupa pembatasan cukup ketat Covid-19 di sejumlah negara yang memiliki tingkat permintaan konsumsi tinggi.
Sejumlah faktor memicu pergerakan harga minyak dunia seperti pembatasan mobilitas di China , badai tropis Ida di Amerika Serikat, dan proyeksi penambahan pasokan dari organisasi negara-negara pengekspor minyak bumi (OPEC) membuat 'gonjang-ganjing' harga di pasaran.
DBS Research memperkirakan harga rata-rata minyak mentah khususnya Brent berada di kisaran USD65-70 per barel hingga 2022.
"Kami memperkirakan harga rata-rata minyak mentah Brent akan tetap meningkat di rentang USD65-70 per barel hingga 2022, seiring pemulihan permintaan menuju ke level sebelum pandemi Covid-19," kata Analis DBS Group Research Lee Eun Young, dalam laporannya, dikutip Minggu (5/9/2021).
Lee meyakini pemulihan ekonomi dunia akan terus berlanjut hingga 2021 dan mendorong permintaan komoditas ini secara tajam. Secara rinci, dirinya mencermati adanya pemicu dari pemulihan awal ekonomi China dan rencana belanja infrastruktur Amerika Serikat (AS).
Seperti diketahui, ketatnya harga di pasar minyak mentah pada awal tahun 2021 dipicu oleh pemangkasan produksi OPEC mengingat saat itu pembatasan masih cukup ketat di banyak negara. Belakangan ini, OPEC memproyeksikan produksi minyak naik sebesar 24.000 barel per hari menjadi 64 juta barel per hari pada tahun 2021.
Sementara itu, Internasional Energy Agency (IEA) turut memproyeksikan kenaikan permintaan setelah sebelumnya mencatat kenaikan 1,7 juta barel per hari menjadi 96,7 juta barel per hari. Faktor tersebut berimbas terhadap harga minyak mentah di Indonesia.
Pada Jumat (3/9), harga minyak mentah Indonesia Agustus 2021 ditetapkan sebesar USD67,80 per barel. Angka ini merosot dari bulan lalu yang mencapai USD72,17 per barel.
Sejumlah faktor memicu pergerakan harga minyak dunia seperti pembatasan mobilitas di China , badai tropis Ida di Amerika Serikat, dan proyeksi penambahan pasokan dari organisasi negara-negara pengekspor minyak bumi (OPEC) membuat 'gonjang-ganjing' harga di pasaran.
Baca Juga
DBS Research memperkirakan harga rata-rata minyak mentah khususnya Brent berada di kisaran USD65-70 per barel hingga 2022.
"Kami memperkirakan harga rata-rata minyak mentah Brent akan tetap meningkat di rentang USD65-70 per barel hingga 2022, seiring pemulihan permintaan menuju ke level sebelum pandemi Covid-19," kata Analis DBS Group Research Lee Eun Young, dalam laporannya, dikutip Minggu (5/9/2021).
Lee meyakini pemulihan ekonomi dunia akan terus berlanjut hingga 2021 dan mendorong permintaan komoditas ini secara tajam. Secara rinci, dirinya mencermati adanya pemicu dari pemulihan awal ekonomi China dan rencana belanja infrastruktur Amerika Serikat (AS).
Seperti diketahui, ketatnya harga di pasar minyak mentah pada awal tahun 2021 dipicu oleh pemangkasan produksi OPEC mengingat saat itu pembatasan masih cukup ketat di banyak negara. Belakangan ini, OPEC memproyeksikan produksi minyak naik sebesar 24.000 barel per hari menjadi 64 juta barel per hari pada tahun 2021.
Sementara itu, Internasional Energy Agency (IEA) turut memproyeksikan kenaikan permintaan setelah sebelumnya mencatat kenaikan 1,7 juta barel per hari menjadi 96,7 juta barel per hari. Faktor tersebut berimbas terhadap harga minyak mentah di Indonesia.
Pada Jumat (3/9), harga minyak mentah Indonesia Agustus 2021 ditetapkan sebesar USD67,80 per barel. Angka ini merosot dari bulan lalu yang mencapai USD72,17 per barel.
(uka)
tulis komentar anda