Kementan: Tingkat Konsumsi Susu di Indonesia Masih Rendah
Senin, 01 Juni 2020 - 12:50 WIB
Dengan jumlah kebutuhan susu nasional tahun 2019 mencapai 4.332,88 ribu ton, produksi Susu Segar Dalam Negeri (SSDN) di atas, hanya mampu memenuhi 22% dari kebutuhan nasional, sehingga 78%nya berasal dari impor. Selain itu, produksi susu saat ini masih didominasi oleh susu sapi, padahal kita memiliki potensi ternak lain seperti kambing perah (Kambing Peranakan Ettawa, Kambing Saanen) dan kerbau perah yang pemanfaatannya belum optimal.
"Berbagai permasalahan dan tantangan dalam pengembangan industri susu nasional harus didorong bersama melalui peran aktif dari semua pihak, tidak hanya pemerintah namun juga akademisi, swasta, industri dan tentu saja para peternak itu sendiri," sambungnya.
Kementan sebagai instansi teknis yang menangani peternakan, terus berupaya keras dalam mengembangkan persusuan nasional untuk mencapai target pemenuhan kebutuhan susu nasional tahun 2025 sebanyak 60% sesuai dengan Cetak Biru Persusuan 2013-2025 yang dikeluarkan oleh Kemenko Perekonomian.
Selanjutnya, terkait upaya pemerintah untuk meningkatkan populasi sapi perah, dilakukan melalui berbagai cara, diantaranya program SIKOMANDAN (Sapi Kerbau Komoditas Andalan Negeri), pemasukan bibit sapi perah untuk replacement induk dan dikembangkan di Balai Ternak Unggul Baturaden.
Selanjutnya, pengembangan rearing unit di Unit Pelaksana Teknis (UPT)/Unit Pelaksana Teknis Daerah (UPTD) dan melalui kemitraan dengan Industri Pengolahan Susu (IPS), penetapan kawasan pengembangan sapi perah nasional, perbaikan mutu genetik melalui pejantan unggul hasil uji zuriat dan produksi semen beku sexing, kemudahan dalam pengajuan rekomendasi pemasukan/pengeluaran ternak, produk ternak.
"Dapat melalui aplikasi Sistem Rekomendasi (SIMREK PKH) serta fasilitasi/kemudahan akses pembiayaan (Kredit Usaha Rakyat-KUR/Program Kemitraan Bina Lingkungan-PKBL) untuk peternak sapi perah," tuturya.
Selain itu, Kementan juga mengembangkan ternak perah lain seperti kambing perah dan kerbau perah serta mendorong pihak swasta untuk melakukan diversifikasi genetik sapi perah melalui pengembangan sapi perah non Frisian Holstein/FH (sapi perah jersey). Pengembangan sapi perah non FH saat ini masih bersifat closed breeding untuk mengetahui kemampuan adaptasi dan produksi ternak di Indonesia.
"Dalam rangka meningkatkan mutu dan kualitas susu peternak, pemerintah terus berupaya meningkatkan kapasitas SDM peternak melalui bimbingan teknis dan pelatihan, serta melakukan pendampingan kepada peternak seperti untuk penerapan Good Farming Practices (GFP)," ucapnya.
Kementan juga berupaya meningkatkan nilai tambah dan daya saing produk peternak melalui diversifikasi produk, fasilitasi sarana prasarana pengolahan susu, pengurusan ijin edar produk susu serta fasilitasi/pendampingan sertifikasi organik untuk kelompok peternak, serta fasilitasi pemasaran melalui akses market online bekerja sama dengan marketplace.
"Untuk peningkatan konsumsi susu, pemerintah terus berupaya mendorong meningkatkan kesadaran masyarakat untuk mengkonsumsi susu melalui sosialisasi dan promosi, baik melalui media sosial maupun sarana promosi," imbuh Ketut.
"Berbagai permasalahan dan tantangan dalam pengembangan industri susu nasional harus didorong bersama melalui peran aktif dari semua pihak, tidak hanya pemerintah namun juga akademisi, swasta, industri dan tentu saja para peternak itu sendiri," sambungnya.
Kementan sebagai instansi teknis yang menangani peternakan, terus berupaya keras dalam mengembangkan persusuan nasional untuk mencapai target pemenuhan kebutuhan susu nasional tahun 2025 sebanyak 60% sesuai dengan Cetak Biru Persusuan 2013-2025 yang dikeluarkan oleh Kemenko Perekonomian.
Selanjutnya, terkait upaya pemerintah untuk meningkatkan populasi sapi perah, dilakukan melalui berbagai cara, diantaranya program SIKOMANDAN (Sapi Kerbau Komoditas Andalan Negeri), pemasukan bibit sapi perah untuk replacement induk dan dikembangkan di Balai Ternak Unggul Baturaden.
Selanjutnya, pengembangan rearing unit di Unit Pelaksana Teknis (UPT)/Unit Pelaksana Teknis Daerah (UPTD) dan melalui kemitraan dengan Industri Pengolahan Susu (IPS), penetapan kawasan pengembangan sapi perah nasional, perbaikan mutu genetik melalui pejantan unggul hasil uji zuriat dan produksi semen beku sexing, kemudahan dalam pengajuan rekomendasi pemasukan/pengeluaran ternak, produk ternak.
"Dapat melalui aplikasi Sistem Rekomendasi (SIMREK PKH) serta fasilitasi/kemudahan akses pembiayaan (Kredit Usaha Rakyat-KUR/Program Kemitraan Bina Lingkungan-PKBL) untuk peternak sapi perah," tuturya.
Selain itu, Kementan juga mengembangkan ternak perah lain seperti kambing perah dan kerbau perah serta mendorong pihak swasta untuk melakukan diversifikasi genetik sapi perah melalui pengembangan sapi perah non Frisian Holstein/FH (sapi perah jersey). Pengembangan sapi perah non FH saat ini masih bersifat closed breeding untuk mengetahui kemampuan adaptasi dan produksi ternak di Indonesia.
"Dalam rangka meningkatkan mutu dan kualitas susu peternak, pemerintah terus berupaya meningkatkan kapasitas SDM peternak melalui bimbingan teknis dan pelatihan, serta melakukan pendampingan kepada peternak seperti untuk penerapan Good Farming Practices (GFP)," ucapnya.
Kementan juga berupaya meningkatkan nilai tambah dan daya saing produk peternak melalui diversifikasi produk, fasilitasi sarana prasarana pengolahan susu, pengurusan ijin edar produk susu serta fasilitasi/pendampingan sertifikasi organik untuk kelompok peternak, serta fasilitasi pemasaran melalui akses market online bekerja sama dengan marketplace.
"Untuk peningkatan konsumsi susu, pemerintah terus berupaya mendorong meningkatkan kesadaran masyarakat untuk mengkonsumsi susu melalui sosialisasi dan promosi, baik melalui media sosial maupun sarana promosi," imbuh Ketut.
Lihat Juga :
tulis komentar anda