Subhan Aksa Keluhkan Kenaikan Harga Batu Bara ke DPR RI
Jum'at, 24 September 2021 - 13:05 WIB
MAROS - Komisi VII DPR RI berkunjung ke pabrik PT Semen Bosowa Maros (Bosowa Semen) di Desa Baruga, Kecamatan Bantimurung, Kabupaten Maros. Kunjungan tersebut dalam rangka kunjungan kerja spesifik Komisi VII DPR RI masa sidang 1 tahun 2021-2022. Kunker dihadiri Wakil Ketua Komisi, H Eddy Soeparno (PAN), dan lima anggota lainnya. Di antaranya yakni Andi Ridwan Wittiri (PDIP), Ridwan Hisjam (Golkar), Rico Sia (Nasdem), Ali Ahmad (PKB), dan Rofik Hananto(PKS).
Rombongan ini diterima langsung Wakil Direktur Utama PT Semen Bosowa Maros , Subhan Aksa.
Bupati Maros, AS Chaidir Syam, yang turut hadir menyatakan jika peran Semen Bosowa untuk Maros sangat besar. Toh, pembangunan dan serapan tenaga kerja yang hampir 70% merupakan putra Maros. Hal tersebut adalah bentuk sinergi Bosowa dengan Pemkab Maros, yang juga termasuk penyumbang PAD nomor dua terbesar setelah PT Angkasa Pura I di Bandara Hasanuddin.
Baca Juga: Cegah Penyebaran Covid-19, Karyawan Bosowa Semen Jalani Swab Test
Sementara itu, dalam pemaparannya, Subhan Aksa melaporkan jika hampir 100% proses vaksinasi karyawan di Semen Bosowa telah dilakukan. Namun di pabrik tetap diterapkan protokol kesehatan.
Pada kesempatan itu, Subhan juga mengeluhkan terkait harga batu bara yang naik pada awal 2021. Bahkan peningkatannya mencapai 90%, terlebih lagi penggunaan baru bara sebagai bahan baku semen menyerap 70% dari proses produksi. Serta isu terkait carbon tax, yang akan dibebankan kepada industri yang memakai bahan bakar berbasis karbon yang tentunya akan sangat memberatkan pelaku industri semen.
“Konsumsi nasional 116 juta ton, yang tidak beriringan dengan penjualan 67-70 juta ton/tahun. Hal ini membutuhkan intervensi dari DPR RI untuk mendukung penyehatan industri semen,” ujar putra bungsu Aksa Mahmud ini.
Terkait hal itu, Eddy Soeparno mengatakan, keprihatinannya terhadap industri semen yang over supply. Sebab di Sulawesi ada tiga pabrik semen yang total memproduksi 14 juta ton, namun konsumsi hanya 6,1 juta ton. Sehingga over supply sekitar 50 persen. Hal ini juga makin diperparah dengan adanya pemain baru yang memiliki akses permodalan yang kuat, sehingga mengacaukan harga di pasaran.
"Industri nasional harus tumbuh dan kuat. Kita punya kesempatan karena industri jadi tulang punggung dari kebangkitan ekonomi, termasuk industri semen. Proyek proyek infrastruktur kedepan, ibukota baru di Kalimantan, kita berharap sektor industri dan semen akan terbantu. Khususnya Bosowa , jadi harapan untuk warga Maros," ujar legislator dapil Jawa Barat III ini.
Rombongan ini diterima langsung Wakil Direktur Utama PT Semen Bosowa Maros , Subhan Aksa.
Bupati Maros, AS Chaidir Syam, yang turut hadir menyatakan jika peran Semen Bosowa untuk Maros sangat besar. Toh, pembangunan dan serapan tenaga kerja yang hampir 70% merupakan putra Maros. Hal tersebut adalah bentuk sinergi Bosowa dengan Pemkab Maros, yang juga termasuk penyumbang PAD nomor dua terbesar setelah PT Angkasa Pura I di Bandara Hasanuddin.
Baca Juga: Cegah Penyebaran Covid-19, Karyawan Bosowa Semen Jalani Swab Test
Sementara itu, dalam pemaparannya, Subhan Aksa melaporkan jika hampir 100% proses vaksinasi karyawan di Semen Bosowa telah dilakukan. Namun di pabrik tetap diterapkan protokol kesehatan.
Pada kesempatan itu, Subhan juga mengeluhkan terkait harga batu bara yang naik pada awal 2021. Bahkan peningkatannya mencapai 90%, terlebih lagi penggunaan baru bara sebagai bahan baku semen menyerap 70% dari proses produksi. Serta isu terkait carbon tax, yang akan dibebankan kepada industri yang memakai bahan bakar berbasis karbon yang tentunya akan sangat memberatkan pelaku industri semen.
“Konsumsi nasional 116 juta ton, yang tidak beriringan dengan penjualan 67-70 juta ton/tahun. Hal ini membutuhkan intervensi dari DPR RI untuk mendukung penyehatan industri semen,” ujar putra bungsu Aksa Mahmud ini.
Terkait hal itu, Eddy Soeparno mengatakan, keprihatinannya terhadap industri semen yang over supply. Sebab di Sulawesi ada tiga pabrik semen yang total memproduksi 14 juta ton, namun konsumsi hanya 6,1 juta ton. Sehingga over supply sekitar 50 persen. Hal ini juga makin diperparah dengan adanya pemain baru yang memiliki akses permodalan yang kuat, sehingga mengacaukan harga di pasaran.
"Industri nasional harus tumbuh dan kuat. Kita punya kesempatan karena industri jadi tulang punggung dari kebangkitan ekonomi, termasuk industri semen. Proyek proyek infrastruktur kedepan, ibukota baru di Kalimantan, kita berharap sektor industri dan semen akan terbantu. Khususnya Bosowa , jadi harapan untuk warga Maros," ujar legislator dapil Jawa Barat III ini.
tulis komentar anda