Kunci Pemulihan Ekonomi, Kebangkitan UMKM Perempuan Jadi Perhatian
Rabu, 06 Oktober 2021 - 04:26 WIB
Menurut Menko Airlangga, UMKM menyerap Rp 32,72 triliun, lebih dari separuh dari realisasi program PEN senilai RP 61,62 triliun. Khususnya, pada kategori KUR super mikro di mana lebih dari 90 persen penerima manfaatnya adalah perempuan.
“Kita perlu melakukan kolaborasi antar stakeholder dan membekali UMKM dengan akses pasar, akses finansial, dan akses teknologi dengan pemberdayaan maupun pendidikan. Semoga kita bisa mendorong semangat UMKM perempuan untuk bangkit, maju bersama, menjadi UMKM yang tangguh dan dapat naik kelas,” Menko Airlangga menambahkan.
Sementara, Menteri Koperasi dan Usaha Kecil dan Menengah (Menkop UKM), Teten Masduki menyatakan, bahwa pemerintah terus berupaya meningkatkan kinerja para pengusaha berskala mikro, kecil, dan menengah, salah satunya melalui upaya digitalisasi.
“Kita terus mendorong UMKM agar Go Digital, dan target kita di 2024 adalah 30 juta UMKM sudah go digital. Saat ini baru sekitar 15,9 juta UMKM yang sudah terhubung ke ekosistim digital, atau sekitar 24 persen. Angka ini tumbuh 99 persen jika dibandingkan pada awal 2020 atau sebelum pandemi,” jelas Teten.
Pada kesempatan yang sama, Direktur Urusan Eksternal, Elvira Lianita mengungkapkan, komitmen berkelanjutan Sampoerna dalam mengembangkan UMKM, khususnya UMKM perempuan adalah hal yang tidak dapat dipisahkan. Ia mengambil contoh besarnya peran perempuan pada komunitas toko kelontong binaan Sampoerna Retail Community (SRC).
“Setiap hari kami berinteraksi dengan pelaku UMKM dan hal ini memberikan pemahaman mendalam mengenai tantangan yang mereka hadapi. Melalui SRC kami membina dan membangun sebuah komunitas yang terdiri dari 150.000 toko kelontong. Lebih dari 60% toko kelontong tersebut dimiliki dan dikelola oleh perempuan, dengan lebih dari separuh diantaranya merupakan pencari nafkah utama keluarga mereka,” kata Elvira.
Lebih jauh, Elvira menjelaskan, bukti nyata pelaku UMKM perempuan untuk memberdayakan komunitas sekitarnya. Hal itu terwujud pada inisiatif Pojok Lokal SRC yang mengajak para anggotanya untuk mendedikasikan porsi tokonya untuk memajang dan menjual produk lokal.
“Kami melihat bagaimana anggota SRC yang sebagian besar dimiliki oleh perempuan, ikut memberdayakan UMKM lain di komunitas sekitarnya untuk berkreasi dan memanfaatkan Pojok Lokal. Berdasarkan survei yang dilakukan oleh Kompas pada tahun 2019, hal ini berdampak pada peningkatan omzet UMKM sebesar 28%, atau mencapai omzet sekitar Rp 5,7 triliun dibandingkan dengan sebelum bergabung dengan Pojok Lokal. Ini adalah bukti nyata pentingnya pemberdayaan perempuan dan hal inilah yang mendasari SAPA Untuk Indonesia,” tutup Elvira.
“Kita perlu melakukan kolaborasi antar stakeholder dan membekali UMKM dengan akses pasar, akses finansial, dan akses teknologi dengan pemberdayaan maupun pendidikan. Semoga kita bisa mendorong semangat UMKM perempuan untuk bangkit, maju bersama, menjadi UMKM yang tangguh dan dapat naik kelas,” Menko Airlangga menambahkan.
Sementara, Menteri Koperasi dan Usaha Kecil dan Menengah (Menkop UKM), Teten Masduki menyatakan, bahwa pemerintah terus berupaya meningkatkan kinerja para pengusaha berskala mikro, kecil, dan menengah, salah satunya melalui upaya digitalisasi.
“Kita terus mendorong UMKM agar Go Digital, dan target kita di 2024 adalah 30 juta UMKM sudah go digital. Saat ini baru sekitar 15,9 juta UMKM yang sudah terhubung ke ekosistim digital, atau sekitar 24 persen. Angka ini tumbuh 99 persen jika dibandingkan pada awal 2020 atau sebelum pandemi,” jelas Teten.
Pada kesempatan yang sama, Direktur Urusan Eksternal, Elvira Lianita mengungkapkan, komitmen berkelanjutan Sampoerna dalam mengembangkan UMKM, khususnya UMKM perempuan adalah hal yang tidak dapat dipisahkan. Ia mengambil contoh besarnya peran perempuan pada komunitas toko kelontong binaan Sampoerna Retail Community (SRC).
“Setiap hari kami berinteraksi dengan pelaku UMKM dan hal ini memberikan pemahaman mendalam mengenai tantangan yang mereka hadapi. Melalui SRC kami membina dan membangun sebuah komunitas yang terdiri dari 150.000 toko kelontong. Lebih dari 60% toko kelontong tersebut dimiliki dan dikelola oleh perempuan, dengan lebih dari separuh diantaranya merupakan pencari nafkah utama keluarga mereka,” kata Elvira.
Lebih jauh, Elvira menjelaskan, bukti nyata pelaku UMKM perempuan untuk memberdayakan komunitas sekitarnya. Hal itu terwujud pada inisiatif Pojok Lokal SRC yang mengajak para anggotanya untuk mendedikasikan porsi tokonya untuk memajang dan menjual produk lokal.
“Kami melihat bagaimana anggota SRC yang sebagian besar dimiliki oleh perempuan, ikut memberdayakan UMKM lain di komunitas sekitarnya untuk berkreasi dan memanfaatkan Pojok Lokal. Berdasarkan survei yang dilakukan oleh Kompas pada tahun 2019, hal ini berdampak pada peningkatan omzet UMKM sebesar 28%, atau mencapai omzet sekitar Rp 5,7 triliun dibandingkan dengan sebelum bergabung dengan Pojok Lokal. Ini adalah bukti nyata pentingnya pemberdayaan perempuan dan hal inilah yang mendasari SAPA Untuk Indonesia,” tutup Elvira.
(akr)
Lihat Juga :
tulis komentar anda