Proyek Industri Jadi Tempat Pengembangan Kompetensi SDM Vokasi

Jum'at, 15 Oktober 2021 - 22:47 WIB
Alat tersebut akan mendeteksi getaran lalu pihak pengelola trem akan segera mengganti roda supaya trem bisa dioperasikan kembali. “Ada empat siswa vokasi yang terlibat dalam proyek ini dan mereka merasa bangga mepresentasikan ini ke klien, yaitu asosiasi transportasi public Zurich,” tuturnya.



Kualitas mahasiswa juga akan sangat dipengaruhi tenaga pengajar, yaitu dosen. Menurut Keller dosen-dosen vokasi harus memiliki pengalaman praktik di industri sesuai mata perkuliahan yang mereka ampu.

“Dosen harus memiliki pengalaman bertahun-tahun di ranah yang mereka ajarkan. Manajemen perguruan tinggi vokasi dan dosen harus berbicara bahasa industri dan memahaminya,” ujar dia.

Pengalaman praktik di industri juga bisa dilakukan selama dosen menjalankan tugas mengajar, misalnya bekerja paruh waktu di industri dan magang. Perguruan tinggi vokasi dan industri akan saling mendapatkan manfaat dari memberikan kesempatan magang kepada dosen atau mahasiswa vokasi.

Dari pihak perguruan tinggi, mahasiswa akan mudah terserap oleh industri dan dosen bisa mendapatkan pengalaman untuk mereka ajarkan.

“Sedangkan bagi perusahaan, mereka akan mendapatkan tenaga kerja yang memenuhi kualifikasi praktis yang tinggi. Mereka juga akan lebih mudah dalam melakukan perekrutan karyawan. Secara bisnis, memperkerjakan tenaga kerja berkualitas akan membantu mereka mencapai profit yang luar biasa,” kata Keller.

Segenap pemangku kepentingan juga harus memberikan perhatian terhadap durasi magang insan vokasi di industri. Waktu tiga bulan jauh dari kata cukup untuk menghasilkan insan vokasi yang berkualitas dan memenuhi persyaratan industri.

“Jika saya lihat situasi di Indonesia, mungkin itu sedikit berlebihan. Mungkin kalian harus mencari solusi terbaik dan meminta direktur jenderal pendidikan vokasi untuk berkolaborasi dengan perusahaan. Menurut saya waktu magang tiga bulan itu tidak cukup, saya menyarankan satu tahun,” ujar Keller.

“Solusinya dosen mengajar 50% di kampus dan menyambi bekerja di perusahaan, sehingga dia akan sambil belajar apa yang akan dia ajarkan,” tambah Keller.

Direktur Jenderal Pendidikan Vokasi Kemendibudristek, Wikan Sakarinto mengatakan, saat ini institusi pendidikan tidak boleh hanya fokus pada kemampuan teknis atau hard skill. Institusi pendidikan vokasi juga harus memberikan perhatian pada soft skill dan karakter.

Menurut Wikan, institusi pendidikan vokasi harus bisa menghasilkan insan vokasi yang memiliki karakter kuat, soft skill kuat, dan hard skill yang kuat. “Ini konsep yang harus kita tanamkan. Soft skill dan hard skill harus dimiliki insan vokasi secara seimbang. Kompetensi diciptakan oleh karakter, soft skill, dan hard skill,” ujar Wikan.

Dunia vokasi Indonesia akan menghadapi banyak tantangan di masa depan, terutama dalam kaitannya dengan industri. Karena itu, Wikan meyakini kerja sama internasional menjadi aspek yang penting bagi Indonesia dalam menjawab tantangan-tantangan tersebut.
Halaman :
tulis komentar anda
Follow
Video Rekomendasi
Berita Terkait
Rekomendasi
Terpopuler
Berita Terkini More