Kejar Ketertinggalan, Gapmmi Harap Ada Festive Season Baru dalam New Normal
Rabu, 03 Juni 2020 - 13:39 WIB
JAKARTA - Ketua Umum Gabungan Pengusaha Makanan dan Minuman Indonesia (Gapmmi) Adhi S. Lukman mengatakan, prediksi pertumbuhan industri makanan dan minuman (mamin) akan menurun di angka 4-4,5% akibat pandemi Covid-19. Momen bulan Ramadan dan lebaran yang biasanya meriah atau 'festive', tidak mampu mendongkrak pertumbuhan industri mamin tahun ini.
"Di semester kedua ini, kami berpikir bagaimana membuat second festive season, karena momen lebaran tidak menghasilkan apa-apa. Setelah bulan Desember, kami berharap akan ada festive season karena ada libur bersama di bulan Desember, yang diharapkan bisa meningkatkan permintaan," ungkap Adhi dalam video conference Market Review IDX Channel bertajuk "Industri Pangan dan Tingkat Konsumsi Masyarakat Saat Pandemi" di Jakarta, Rabu (3/6/2020). (Baca Juga : Terimbas Covid-19, Industri Mamin Diprediksi Hanya Tumbuh 4,5% )
Selama beberapa waktu nanti, Gapmmi juga merencanakan untuk mengulang pasar rakyat di seluruh kabupaten dan kota di Indonesia untuk menggairahkan ekonomi. Adhi menyebut, penjualan saat musim festive biasanya meningkat hingga 30% dibandingkan rata-rata penjualan normal bulanan.
"Kami biasanya mendata 2 bulan sebelum lebaran dan saat lebaran, kali ini datanya belum keluar. Tapi hasil pantauan kami ke anggota bervariasi, ada penurunan yang berkisar dari 15-50%. Kalau dirata-rata, penjualan menurun secara year-on-year (yoy) sebesar 20-30%. Jatuhnya flat," terangnya.
Penjualan turut menurun drastis akibat sektor distribusi yang terhalang. "Banyak toko, retail, dan pasar yang ditutup, sehingga ini juga menutup distribusi dari pabrik. Kami berusaha menghidupkan pemasaran secara online. Selain marketplace, banyak perusahaan-perusahaan anggota kami yang membuat virtual shop sendiri untuk mengantisipasi putusnya rantai pasokan industri ke rumah tangga," papar Adhi.
Namun, meski pemasaran online ini membantu, tidak serta meningkatkan penjualan secara drastis. Jika distributor hidup, maka rantai pasok dan ekosistem ekonomi akan hidup kembali.
Adhi memberikan masukan, bahwa bantuan tunai dari pemerintah harus diperbesar, karena kebanyakan bantuan sosial (bansos) diberikan dalam bentuk produk dan juga penambahan dana recovery.
"Beberapa negara memberikan bantuan secara tunai sehingga masyarakat bisa membelanjakan kebutuhannya. Kelompok menengah atas punya uang, tetapi mereka terbatas mengakses kesenangan dan kesukaannya. Kelompok menengah kebawah tidak punya daya beli yang kuat. Kalau diberikan dana tunai, mungkin bisa meningkatkan daya beli," tambahnya.
Sebelumnya Gapmmi dan Kamar Dagang dan Industri Indonesia (Kadin) serta beberapa asosiasi lainnya sudah mengusulkan beberapa skema bantuan untuk para pelaku usaha yang sebelum Covid-19 sangat potensial, namun tutup dan kehabisan modal akibat pandemi.
"Namun sayangnya, perbankan angkat tangan. Karena adanya restrukturisasi, mereka tidak bisa memberikan modal baru. Padahal modal ini sangat dibutuhkan oleh para pelaku usaha itu," pungkas Adhi.
"Di semester kedua ini, kami berpikir bagaimana membuat second festive season, karena momen lebaran tidak menghasilkan apa-apa. Setelah bulan Desember, kami berharap akan ada festive season karena ada libur bersama di bulan Desember, yang diharapkan bisa meningkatkan permintaan," ungkap Adhi dalam video conference Market Review IDX Channel bertajuk "Industri Pangan dan Tingkat Konsumsi Masyarakat Saat Pandemi" di Jakarta, Rabu (3/6/2020). (Baca Juga : Terimbas Covid-19, Industri Mamin Diprediksi Hanya Tumbuh 4,5% )
Selama beberapa waktu nanti, Gapmmi juga merencanakan untuk mengulang pasar rakyat di seluruh kabupaten dan kota di Indonesia untuk menggairahkan ekonomi. Adhi menyebut, penjualan saat musim festive biasanya meningkat hingga 30% dibandingkan rata-rata penjualan normal bulanan.
"Kami biasanya mendata 2 bulan sebelum lebaran dan saat lebaran, kali ini datanya belum keluar. Tapi hasil pantauan kami ke anggota bervariasi, ada penurunan yang berkisar dari 15-50%. Kalau dirata-rata, penjualan menurun secara year-on-year (yoy) sebesar 20-30%. Jatuhnya flat," terangnya.
Penjualan turut menurun drastis akibat sektor distribusi yang terhalang. "Banyak toko, retail, dan pasar yang ditutup, sehingga ini juga menutup distribusi dari pabrik. Kami berusaha menghidupkan pemasaran secara online. Selain marketplace, banyak perusahaan-perusahaan anggota kami yang membuat virtual shop sendiri untuk mengantisipasi putusnya rantai pasokan industri ke rumah tangga," papar Adhi.
Namun, meski pemasaran online ini membantu, tidak serta meningkatkan penjualan secara drastis. Jika distributor hidup, maka rantai pasok dan ekosistem ekonomi akan hidup kembali.
Adhi memberikan masukan, bahwa bantuan tunai dari pemerintah harus diperbesar, karena kebanyakan bantuan sosial (bansos) diberikan dalam bentuk produk dan juga penambahan dana recovery.
"Beberapa negara memberikan bantuan secara tunai sehingga masyarakat bisa membelanjakan kebutuhannya. Kelompok menengah atas punya uang, tetapi mereka terbatas mengakses kesenangan dan kesukaannya. Kelompok menengah kebawah tidak punya daya beli yang kuat. Kalau diberikan dana tunai, mungkin bisa meningkatkan daya beli," tambahnya.
Sebelumnya Gapmmi dan Kamar Dagang dan Industri Indonesia (Kadin) serta beberapa asosiasi lainnya sudah mengusulkan beberapa skema bantuan untuk para pelaku usaha yang sebelum Covid-19 sangat potensial, namun tutup dan kehabisan modal akibat pandemi.
"Namun sayangnya, perbankan angkat tangan. Karena adanya restrukturisasi, mereka tidak bisa memberikan modal baru. Padahal modal ini sangat dibutuhkan oleh para pelaku usaha itu," pungkas Adhi.
(ind)
Lihat Juga :
tulis komentar anda