Krisis Energi Dimana-mana, Harga Batu Bara Global Meroket 276%
Minggu, 17 Oktober 2021 - 18:00 WIB
JAKARTA - Harga batu bara global terus mengalami peningkatan signifikan dalam kurun waktu setahun terakhir dipicu krisis energi dunia . Berdasarkan harga acuan ICE Newscastle untuk kontrak Oktober 2021 pada penutupan, Jumat (15/10/2021) menembus USD240/ton terkoreksi (-2,04%), tetapi menguat dalam sepekan (0,59%) dan masih berada di area puncaknya, meroket 276,77% sejak 15 Oktober tahun kemarin.
Sementara untuk harga kontrak November 2021, tercatat sebesar USD241,35/ton, tertekan (-4,89%), tetapi masih menguat sepekan (6,91%), dan melambung 277,40%, efektif sejak 15 Oktober 2020. Kuatnya harga batu bara dunia turut mengerek harga dalam negeri. Harga batu bara acuan (HBA) menurut Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) untuk periode Oktober 2021 mencapai USD161,63/ton, naik tajam dari HBA Oktober 2020 yang saat itu masih sebesar USD 51/ton.
Seperti diketahui, kenaikan harga batu bara dipengaruhi oleh permintaan global, terutama China yang saat ini tengah dilanda krisis energi.
"Kenaikan HBA bulan Oktober 2021 disebabkan oleh permintaan yang terus meningkat di China di mana saat ini kebutuhan batu bara meningkat untuk keperluan pembangkit listrik yang melampaui kapasitas pasokan batu bara domestik. Selain itu juga meningkatnya permintaan batu bara dari Korea Selatan dan kawasan Eropa seiring dengan tingginya harga gas alam," ungkap Kepala Biro Komunikasi Layanan Informasi Publik dan Kerja Sama Kementerian ESDM, Agung Pribadi di Jakarta, Selasa (5/10/2021).
Sebagai informasi, HBA adalah harga yang diperoleh dari rata-rata Indonesia Coal Index (ICI), Newcastle Export Index (NEX), Globalcoal Newcastle Index (GCNC), dan Platt's 5900 pada bulan sebelumnya, dengan kualitas yang disetarakan pada kalori 6322 kcal/kg GAR, Total Moisture 8%, Total Sulphur 0,8%, dan Ash 15%.
Terdapat dua faktor turunan yang memengaruhi pergerakan HBA yaitu, supply dan demand. Pada faktor turunan supply dipengaruhi oleh season (cuaca), teknis tambang, kebijakan negara supplier, hingga teknis di supply chain seperti kereta, tongkang, maupun loading terminal.
Sementara untuk faktor turunan demand dipengaruhi oleh kebutuhan listrik yang turun berkorelasi dengan kondisi industri, kebijakan impor, dan kompetisi dengan komoditas energi lain, seperti LNG, nuklir, dan hidro. Nantinya, HBA bulan Oktober ini akan dipergunakan pada penentuan harga batubara pada titik serah penjualan secara Free on Board di atas kapal pengangkut (FOB Vessel).
Sementara untuk harga kontrak November 2021, tercatat sebesar USD241,35/ton, tertekan (-4,89%), tetapi masih menguat sepekan (6,91%), dan melambung 277,40%, efektif sejak 15 Oktober 2020. Kuatnya harga batu bara dunia turut mengerek harga dalam negeri. Harga batu bara acuan (HBA) menurut Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) untuk periode Oktober 2021 mencapai USD161,63/ton, naik tajam dari HBA Oktober 2020 yang saat itu masih sebesar USD 51/ton.
Seperti diketahui, kenaikan harga batu bara dipengaruhi oleh permintaan global, terutama China yang saat ini tengah dilanda krisis energi.
"Kenaikan HBA bulan Oktober 2021 disebabkan oleh permintaan yang terus meningkat di China di mana saat ini kebutuhan batu bara meningkat untuk keperluan pembangkit listrik yang melampaui kapasitas pasokan batu bara domestik. Selain itu juga meningkatnya permintaan batu bara dari Korea Selatan dan kawasan Eropa seiring dengan tingginya harga gas alam," ungkap Kepala Biro Komunikasi Layanan Informasi Publik dan Kerja Sama Kementerian ESDM, Agung Pribadi di Jakarta, Selasa (5/10/2021).
Sebagai informasi, HBA adalah harga yang diperoleh dari rata-rata Indonesia Coal Index (ICI), Newcastle Export Index (NEX), Globalcoal Newcastle Index (GCNC), dan Platt's 5900 pada bulan sebelumnya, dengan kualitas yang disetarakan pada kalori 6322 kcal/kg GAR, Total Moisture 8%, Total Sulphur 0,8%, dan Ash 15%.
Terdapat dua faktor turunan yang memengaruhi pergerakan HBA yaitu, supply dan demand. Pada faktor turunan supply dipengaruhi oleh season (cuaca), teknis tambang, kebijakan negara supplier, hingga teknis di supply chain seperti kereta, tongkang, maupun loading terminal.
Sementara untuk faktor turunan demand dipengaruhi oleh kebutuhan listrik yang turun berkorelasi dengan kondisi industri, kebijakan impor, dan kompetisi dengan komoditas energi lain, seperti LNG, nuklir, dan hidro. Nantinya, HBA bulan Oktober ini akan dipergunakan pada penentuan harga batubara pada titik serah penjualan secara Free on Board di atas kapal pengangkut (FOB Vessel).
(nng)
Lihat Juga :
tulis komentar anda