Proposal Restrukturisasi Utang Garuda Dirilis lewat Digital, Kini Tergantung Lessor dan Kreditur
Selasa, 16 November 2021 - 21:36 WIB
JAKARTA - PT Garuda Indonesia (Persero) Tbk, telah menyampaikan skema proposal restrukturisasi utang kepada lessor dan kreditur. Adapun total utang perusahaan mencapai USD9,8 Miliar atau setara Rp139 Triliun.
Usai penyerahan tersebut, lessor dan kreditur akan meninjau ulang isi proposal yang ditawarkan manajemen emiten dengan kode saham GIAA itu. Ada dua kemungkinan proposal diterima atau ditolak lessor dan kreditur.
Direktur Utama Garuda Indonesia, Irfan Setiaputra menyebut, penyerahan proposal sebagai langkah maju untuk menangani permasalahan keuangan perusahaan. Artinya, oenyampaian skema proposal restrukturisasi utang menjadi awal dari keseluruhan proses restrukturisasi.
“Proposal ini menguraikan rencana jangka panjang bisnis Garuda serta sejumlah penawaran dalam pengelolaan kewajiban bisnis kami dengan para lessor, kreditur, dan para pemasok utama," ujar Dirut Garuda Indonesia Irfan Setiaputra di Jakarta, Selasa (16/11/2021).
Skema proposal restrukturisasi utang disampaikan melalui kanal data digital yang dapat diakses secara real time oleh seluruh lessor, kreditur, maupun pihak terkait lainnya. Dimana, mengacu pada ketentuan non-disclosure agreement yang telah disepakati seluruh pihak.
Irfan mencatat, kanal tersebut akan mempermudah kreditur dan lessor untuk meninjau dokumen serta memberi tanggapan balik. "Karena ini merupakan bagian dari komitmen Garuda yang menegakkan prinsip-prinsip transparansi dan fairness/kejujuran serta menciptakan komunikasi konstruktif dengan semua kreditur,” katanya.
Proposal tersebut lanjut Irfan, akan diselaraskan dengan momentum pengajuan Penundaan Kewajiban Pembayaran Utang (PKPU) di Pengadilan Niaga Jakarta oleh salah satu mitra bisnis Garuda.
Garuda juga telah berkoordinasi dengan tim restrukturisasi serta para advisors untuk terus melakukan koordinasi intensif bersama pihak lessor dan kreditur dalam menjawab dan mempelajari setiap feedback yang disampaikan kepada perusahaan atas skema proposal. Sekanjutnya, segera dilakukan tindak kanjut negosiasi agar dapat memperoleh kesepakatan terbaik.
“Dukungan lessor dan kreditur tentunya memiliki makna penting bagi kami dalam mendukung upaya transformasi mindset bisnis yang lebih adaptif dan resilient dalam menjawab tantangan industri di masa depan," ungkap dia.
Usai penyerahan tersebut, lessor dan kreditur akan meninjau ulang isi proposal yang ditawarkan manajemen emiten dengan kode saham GIAA itu. Ada dua kemungkinan proposal diterima atau ditolak lessor dan kreditur.
Direktur Utama Garuda Indonesia, Irfan Setiaputra menyebut, penyerahan proposal sebagai langkah maju untuk menangani permasalahan keuangan perusahaan. Artinya, oenyampaian skema proposal restrukturisasi utang menjadi awal dari keseluruhan proses restrukturisasi.
“Proposal ini menguraikan rencana jangka panjang bisnis Garuda serta sejumlah penawaran dalam pengelolaan kewajiban bisnis kami dengan para lessor, kreditur, dan para pemasok utama," ujar Dirut Garuda Indonesia Irfan Setiaputra di Jakarta, Selasa (16/11/2021).
Skema proposal restrukturisasi utang disampaikan melalui kanal data digital yang dapat diakses secara real time oleh seluruh lessor, kreditur, maupun pihak terkait lainnya. Dimana, mengacu pada ketentuan non-disclosure agreement yang telah disepakati seluruh pihak.
Irfan mencatat, kanal tersebut akan mempermudah kreditur dan lessor untuk meninjau dokumen serta memberi tanggapan balik. "Karena ini merupakan bagian dari komitmen Garuda yang menegakkan prinsip-prinsip transparansi dan fairness/kejujuran serta menciptakan komunikasi konstruktif dengan semua kreditur,” katanya.
Baca Juga
Proposal tersebut lanjut Irfan, akan diselaraskan dengan momentum pengajuan Penundaan Kewajiban Pembayaran Utang (PKPU) di Pengadilan Niaga Jakarta oleh salah satu mitra bisnis Garuda.
Garuda juga telah berkoordinasi dengan tim restrukturisasi serta para advisors untuk terus melakukan koordinasi intensif bersama pihak lessor dan kreditur dalam menjawab dan mempelajari setiap feedback yang disampaikan kepada perusahaan atas skema proposal. Sekanjutnya, segera dilakukan tindak kanjut negosiasi agar dapat memperoleh kesepakatan terbaik.
“Dukungan lessor dan kreditur tentunya memiliki makna penting bagi kami dalam mendukung upaya transformasi mindset bisnis yang lebih adaptif dan resilient dalam menjawab tantangan industri di masa depan," ungkap dia.
(akr)
tulis komentar anda