Kinerja Solid, Saham Anak Usaha Grup Lippo Ini Pekan Lalu Naik Dua Digit
Senin, 08 Juni 2020 - 13:33 WIB
JAKARTA - Kinerja saham sejumlah anak usaha grup Lippo sepekan lalu tampil prima. Hal ini tercermin dari kenaikan saham PT Lippo Karawaci (LPKR), PT Lippo Cikarang Tbk (LPCK), PT First Media Tbk (KBLV), PT Multipolar Technology Tbk (MLPT), dan PT Multipolar Tbk (MLPL), dan PT Bank National Nobu Tbk (NOBU) yang melesat hingga dua digit.
Menurut data Bursa Efek Indonesia (BEI) saham MLPT memimpin kenaikan tertinggi hingga 53,91% ke harga Rp885. Disusul oleh KBLV yang melesat 32,7% ke Rp438. Sementara NOBU terkerek 31,34% ke Rp880. MLPL dan LPKR mampu naik hingga 24% dan 22,6% ke harga Rp62 dan Rp180. Sementara itu LPCK naik 10,24% ke harga Rp795.
Kenaikan harga yang dialami beberapa saham Grup Lippo, menurut analis Pilarmas Investindo Sekuritas Okie Ardiastama lantaran dari sisi harga yang relatif murah dan juga sentimen positif pembagian dividen yang akan dilakukan dalam waktu dekat. Kata Okie, untuk MLPT memang dividen payout ratio-nya cukup besar secara historis.
Pada tahun 2019, dividend payout ratio mencapai 182,19%. Sementara di tahun 2018, dividend payout ratio MLPT mencapai 80,19%. Adapun tahun ini dividend payout ratio MLPT mencapai 181,76%.
MLPT tercatat akan membagi dividen Rp133 per saham. Total dividen yang akan dibagikan Rp249,38 miliar. Jumlah tersebut lebih tinggi dibandingkan laba bersih yang dikantongi sepanjang tahun 2019. Menilik laporan keuangannya, sepanjang tahun 2019 MLPT mengantongi laba bersih hingga Rp137,27 miliar. Adapun hingga akhir tahun 2019, MLPT masih memiliki saldo laba belum dicadangkan hingga Rp545,96 miliar. Selain itu, dividend yield MLPT yang tinggi turut menopang penguatan sahamnya.
Dari lima saham yang naik, saham LPCK dan LPKR dinilai masih sangat layak dilirik karena dari sisi likuiditas masih sangat kuat. "Selama LPCK masih terjaga di atas Rp700, investor boleh mempertimbangkan buy on weakness dengan target harga Rp850," kata dia. Okie menambahkan, pola pembalikan arah dari bearish ke bullish juga sudah terlihat sejak Maret 2020.
(Baca Juga: Pendapatan Lippo Karawaci Tembus Rp12,25 Triliun)
Jumat (5/6), harga saham LPCK menguat 4,61% ke Rp795 per saham. Meski naik tipis, karena LPCK memiliki likuditas kuat, maka dari sisi pergerakan saham paling menarik. Pasalnya, LPCK secara teknikal sudah membentuk tren naik sejak pertengahan Mei lalu dan terus berlanjut hingga saat ini.
Sementara itu, saham LPKR hari ini, Senin (8/6), juga dibuka menghijau di Rp184,00 per lembar saham, naik 1,66% dibanding pada penutupan Jumat.
Analis Oso Sekuritas Sukarno Alatas menilai LPKR yang memiliki bisnis inti di sektor properti dan juga kesehatan akan memiliki kinerja positif dalam jangka panjang. Animo di kedua bisnis sektor itu memang cukup baik. Sektor kesehatan dianggap menarik karena merupakan segmen bisnis yang saat ini benar-benar dibutuhkan masyarakat.
Yang pasti, kata dia, pelonggaran pembatasan sosial serta berlakunya kenormalan baru, akan menimbulkan optimisme dan memungkinkan kinerja operasional mal dan sektor properti berangsur pulih. Hal ini sejalan dengan membaiknya konsumsi masyarakat. Kesehatan emiten dengan proporsi recurring income yang besar menjadi kekuatan terbesar LPKR.
Menurut data Bursa Efek Indonesia (BEI) saham MLPT memimpin kenaikan tertinggi hingga 53,91% ke harga Rp885. Disusul oleh KBLV yang melesat 32,7% ke Rp438. Sementara NOBU terkerek 31,34% ke Rp880. MLPL dan LPKR mampu naik hingga 24% dan 22,6% ke harga Rp62 dan Rp180. Sementara itu LPCK naik 10,24% ke harga Rp795.
Kenaikan harga yang dialami beberapa saham Grup Lippo, menurut analis Pilarmas Investindo Sekuritas Okie Ardiastama lantaran dari sisi harga yang relatif murah dan juga sentimen positif pembagian dividen yang akan dilakukan dalam waktu dekat. Kata Okie, untuk MLPT memang dividen payout ratio-nya cukup besar secara historis.
Pada tahun 2019, dividend payout ratio mencapai 182,19%. Sementara di tahun 2018, dividend payout ratio MLPT mencapai 80,19%. Adapun tahun ini dividend payout ratio MLPT mencapai 181,76%.
MLPT tercatat akan membagi dividen Rp133 per saham. Total dividen yang akan dibagikan Rp249,38 miliar. Jumlah tersebut lebih tinggi dibandingkan laba bersih yang dikantongi sepanjang tahun 2019. Menilik laporan keuangannya, sepanjang tahun 2019 MLPT mengantongi laba bersih hingga Rp137,27 miliar. Adapun hingga akhir tahun 2019, MLPT masih memiliki saldo laba belum dicadangkan hingga Rp545,96 miliar. Selain itu, dividend yield MLPT yang tinggi turut menopang penguatan sahamnya.
Dari lima saham yang naik, saham LPCK dan LPKR dinilai masih sangat layak dilirik karena dari sisi likuiditas masih sangat kuat. "Selama LPCK masih terjaga di atas Rp700, investor boleh mempertimbangkan buy on weakness dengan target harga Rp850," kata dia. Okie menambahkan, pola pembalikan arah dari bearish ke bullish juga sudah terlihat sejak Maret 2020.
(Baca Juga: Pendapatan Lippo Karawaci Tembus Rp12,25 Triliun)
Jumat (5/6), harga saham LPCK menguat 4,61% ke Rp795 per saham. Meski naik tipis, karena LPCK memiliki likuditas kuat, maka dari sisi pergerakan saham paling menarik. Pasalnya, LPCK secara teknikal sudah membentuk tren naik sejak pertengahan Mei lalu dan terus berlanjut hingga saat ini.
Sementara itu, saham LPKR hari ini, Senin (8/6), juga dibuka menghijau di Rp184,00 per lembar saham, naik 1,66% dibanding pada penutupan Jumat.
Analis Oso Sekuritas Sukarno Alatas menilai LPKR yang memiliki bisnis inti di sektor properti dan juga kesehatan akan memiliki kinerja positif dalam jangka panjang. Animo di kedua bisnis sektor itu memang cukup baik. Sektor kesehatan dianggap menarik karena merupakan segmen bisnis yang saat ini benar-benar dibutuhkan masyarakat.
Yang pasti, kata dia, pelonggaran pembatasan sosial serta berlakunya kenormalan baru, akan menimbulkan optimisme dan memungkinkan kinerja operasional mal dan sektor properti berangsur pulih. Hal ini sejalan dengan membaiknya konsumsi masyarakat. Kesehatan emiten dengan proporsi recurring income yang besar menjadi kekuatan terbesar LPKR.
(fjo)
Lihat Juga :
tulis komentar anda