Akuisisi Perusahaan Mobil Listrik Jerman Baru Rencana, Erick Thohir Dibuat Geram

Kamis, 09 Desember 2021 - 18:14 WIB
Menteri BUMN Erick Thohir mengungkapkan, kekesalan terkait dengan rencana akuisisi Street Scooter, sebuah perusahaan mobil listrik milik Deutsche Post DHL Group, Jerman. Foto/Dok
JAKARTA - Menteri BUMN Erick Thohir mengungkapkan, kekesalan terkait dengan rencana akuisisi Street Scooter, sebuah perusahaan mobil listrik milik Deutsche Post DHL Group, Jerman. Pasalnya ada tudingan macam-macam menyusul rencana Indonesia Battery Corporation (IBC) yang bakal mencaplok saham StreetScooter.

Erick Thohir menegaskan, tuduhan tersebut tidak berdasar karena belum ada transaksi apapun antara pihak konsorsium BUMN (IBC) dan pihak StreetScooter. Terlebih Ia mengakui mengakui ada risiko bisnis di balik rencana anak usaha BUMN, IBC untuk mengakuisisi startup mobil listrik asal Jerman, StreetScooter.

"Nah StreetScooter, itu ada perusahaan teknologi, apa dibilang itu korupsi? gimana caranya itu korupsi. Apakah ada yang nuduh Erick Thohir terima duit dari StreetScooter, ayo kita buktikan di pengadilan, dari mana? orang transaksi belum sudah dituduh korupsi. Ya udah kalau emang negara kita gak mau maju. Ya udah, gak apa-apa," ujar Erick Thohir di Jakarta, Kamis (9/12/2021).





Rencana Indonesia Battery Corporation akan mengakuisisi saham StreetScooter, mendapat sorotan banyak pihak. Pasalnya, nilai akuisisi dipandang mahal atau mencapau USD 170 juta atau sekitar Rp 2,43 triliun (kurs dolar Rp 14.300).

Meski begitu, Erick Thohir terkesan memberikan lampu hijau atas rencana pengambilalihan saham StreetScooter tersebut. Dia menilai upaya pengambilalihan saham StreetScooter merupakan transaksi yang normal-normal saja. Sebab, upaya tersebut bertujuan memperbaiki hilirisasi atau ekosistem kendaraan listrik di Indonesia.

Dia juga mengaku belum mengetahui tahap finalisasi dari proses transaksi tersebut. "Belum tahu (finalisasi)," katanya.



Pemerintah, lanjut dia, perlu melakukan langkah intervensi terhadap ekosistem mobil listrik di Tanah Air. Khususnya, mempertahankan bahan baku atau raw material.

"Itu risiko bisnis, kita harus intervensi, sulaya CALT, LG investasi di Indonesia, bikin baterai di Indonesia, bikin mobil di Indonesia, kalau ngak bikin kita tidak kasih nikel, karena itu kita di G20 ditekan untuk kembali jual nikel kita," tuturnya.
(akr)
tulis komentar anda
Follow
Dapatkan berita terkini dan kejutan menarik dari SINDOnews.com, Klik Disini untuk mendaftarkan diri anda sekarang juga!
Video Rekomendasi
Berita Terkait
Rekomendasi
Terpopuler
Berita Terkini More